Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 9 - Perjuangan yang Menggerakkan

Chapter 9 - Perjuangan yang Menggerakkan

Semilir angin perlahan mengipasi pipi dan terasakan sejuknya. Namun sedetik kemudian hempasan angin begitu kuat, mengikuti gerakan Kaja yang menghadang serangan Nagin dan beberap rekannya yang memburu Kaja.

Kaja meliuk dengan kecepatan, matanya jeli kesana dan kemari menghindari serangan enam orang; Nagin, Raka, Sando, Sanji, Hana dan Mora. Kaja memusatkan energinya, terutama memadatkan Soul Balancing sehingga keseimbangannya terjaga menghentak, melompat, menolak, terbang ke atas dan berpindah. Semua serangan keenam orang itu sebaik mungkin dihindari sambil menunggu waktu yang tepat untuk membalas serangan.

Nagin semakin membabi buta, mengarahkan pedangnya kearah Kaja. Mora juga mengarahkan tombak trisulanya.

Kaja semakin konsentrasi, gerakan keenam orang itu terlihat dan masih bisa diatasi untuk menghindar dalam jangkauan matanya, hanya saja kerjasama mereka nampak kompak dan saling mengisi sehingga sulit mencari celah.

Sanji menendang dari belakang Kaja saat dia bergeser ke kiri menghindari sabetan pedang Nagin. Kaja melirik ke belakang, segera menunduk, tak kena.

Saat menghempas energi angin ke samping kanan, dari atas Raka sudah memukulkan gada besarnya. Kaja sekilas melihat sambaran energi dari atas, secepat kilat dia berguling beberapa keli ke balakang. Nahasnya, Sando sudah bersiap dari arah belakang dan mengeluarkan energi dorongan dari kedua tangannya. Kaja menghindar sedikit namun bahu kirinya terkena ledakan energi dan membuat tubuh Kaja agak limbung dan terseret dua meteran di tanah.

Bahu kiri Kaja sedikit nyeri, namun Kaja bangkit kemudian. Enam orang musuhnya berkumpul lagi dan memasang formasi. Kaja berdiri lagi dengan sempurna, dia mengeluarkan energi tipis di bahu kirinya. Recovery, lukanya cepat sembuh kembali. Kakeknya, Noran alias Bunto mengajarkan banyak hal soal organ tubuh yang terluka ringan.

"Bocah! Menyerah saja dan serahkan nyawamu, Hehehe," Nagin semakin mendesiskan bibirnya dan merasa di atas angin.

Sekali lagi, enam orang yang tersisa dari Bumi Langit bersiap menyerang, ada desir energi yang terkumpul dan siap menyerang. Kaja semakin waspada, dia menyeret kaki kirinya sedikit ke belakang, bersiap meluncur ke depan. Dia tak lagi merasa harus defensif, melainkan ofensif.

Dua energi siap bertempur, energi 1 vs 6.

HIIAAT! Nagin duluan mencoba menendang Kaja, Kaja menghindar ke kiri, tak kena. Disusul Mora mengayunkan tombaknya dari atas, Kaja menahannya dengan memusatkan energi di tangannya. Hana mengayunkan tongkat sihirnya dari jauh, merapal serangan Api. Kaja menghembusnya dengan angin energi, sihir api itu tertolak dan bertabrakan dengan energi Kaja.

DUAARR!

Kabut mulai menipis, Kaja menajamkan matanya, dari samping Sanji hendak menendang kepala Kaja. Kaja menghindar, ada celah. Dikumpulkan energinya di lengan dan mendorong dari bawah, Sanji merasa tertekan dan terpental dan bergulingan di tanah.

Pandangan sudah pulih kembali, Sanji masih jatuh di tanah, sisanya mulai berang dan bersiap menyerang Kaja lagi.

Kini, lima orang terlihat murka melihat satu rekannya terjatuh dan sulit berdiri. Mereka segera mengumpulkan semua energi dan siap habis-habisan. Mereka berlima segera meluncur ke arah Kaja, sedangkan Sanji mencoba bangun dan memulihkan sedikit kekuatannya.

Nagin semakin membabi buta menghamburkan setiap energi. Mora melibaskan ujung tombaknya kearah Kaja berkali-kali mengimbangi gerakan Ketuanya, Nagin. Kaja terus meliuk, belum ada celah kesempatan.

Raka masuk dan menyabetkan pedangnya, Sando pun demikian. Kaja kewalahan menghadapi mereka, meskipun kini dia merasa mudah bergerak dan kekuatannya semakin kuat dengan latihan bertarung. Namun, musuh mereka adalah semua anggota Aflif yang tentu memiliki pengalaman tempur tim yang baik.

Kaja mati-matian berusaha menghindari setiap gerakan. Benturan energi aura dari pertarungan mereka membubung dan menciptakan delusi dalam pandangan orang yang melihatnya, termasuk penduduk desa dan perguruan Angin Timur yang melihat pertarungan dahsyat itu dan berdoa agar Kaja bisa melawan mereka. Mereka menyesal, orang yang dulu mereka hina kini menjadi penyelamat mereka bahkan mempertaruhkan nyawanya demi mereka.

Hiaattt!!!!

BRAAK BRAAKK!

Klang, WUSSSHHH!

Pertarungan semakin tak imbang, Kaja mulai terkuras energinya, dia ingin melakukan recovery namun seolah tak memiliki kesempatan. Satu tendangan dari Nagin mendarat di perut kirinya, meski sudah melapisi tubuhnya dengan energi bertahan namun Kaja masih terpental.

BUG!

Kaja terseret di tanah, ada beberapa memar di sekujur tubuhnya. Kaja tak peduli, dia bangun kembali meski sejenak ada jeda untuk recovery soul. Kemampuan Heal yang didapatkannya itu adalah salah satu keahlian seorang Alkemis yang punya kemampuan bertarung sekaligus menyembuhkan diri.

"Kenapa kamu diam Hana! Kenapa tidak kau Buff kami!" Nagin Nampak marah kepada Hana yang memang seorang Mage namun tak memberikan buff saat mereka bertarung dengan Kaja dengan sengit tadi.

Hana ragu hendak melakukan apa, dia merupakan anggota baru dari Bumi Langit karena mage sebelumnya meninggal dunia dalam menjalankan misi. Mage memang merupakan support bagi tim. Namun, Dia rawan terbunuh oleh musuh yang memiliki kecepatan dan membunuh mage, yang juga bisa menjadi healer merupakan hal penting untuk menghancurkan tim.

"Aku tidak bisa lagi bertarung, cukup sampai disini. Kita ini Aflif, kita tidak lagi memiliki harga diri dengan menyerang seorang bocah dan bahkan mengeroyoknya."

"Dasar Kau! Kami akan menghukummu nanti," Nagin terlihat marah.

Hana merasa dia harus membuat keputusan penting dalam hidupnya, dia selama ini senang bergabung dalam Aflif dan berharap memiliki martabat. Namun, apa yang dialaminya malah kejahatan dan kini malah mengeroyok bocah seperti tak memiliki harga diri lagi.

"Semuanya! Segera lumpuhkan bocah itu, dia sudah terluka!"

Dan lagi, semua bersiap kecuali Hana yang mundur dari pertempuran. Sanji kembali bersiap dan marah karena terjatuh tadi, dia sudah bergabung dengan timnya.

"Matilah Kau bocah!" Nagin semakin kesumat.

Pedang Nagin memburu Kaja, Kaja sekali lagi kerepotan. Jika hanya satu orang atau dua orang mungkin dia memiliki kesempatan, namun ini tim menyerangnya dan lima orang. Beberapa pukulan dan tendangan sesekali mengenai Kaja, dia kewalahan.

Hana tak kuasa ingin membantu Kaja kali ini, bocah itu demikian kuat bertahan demi melindungi orang lain, tanpa terasa Hana tersentuh. Dia teringat dulu waktu kecil ingin bergabung dengan Aflif dan menegakkan kebenaran. Dia ingat itu semua dalam pikirannya.

Tanpa disadari yang lain, Hana mendekati beberapa guru dan murid perguruan dan mencoba heal mereka dari luka dengan kemampuannya setidaknya ini menebus rasa bersalah dan dosanya selama ini. Setidaknya dia ingin membantu, dia membulatkan tekatnya untuk tak lagi berbuat salah, meskipun dia dikeluarkan dari Tim Aflif atau bahkan akan dibunuh.

Hana tersentuh dengan keteguhan Kaja.

Murid dan Guru perguruan mulai dapat sembuh dari luka. Mereka akan berjuang kembali membantu Kaja dan mungkin itu dapat memberikan peluang untuk menang. Mereka mengangguk pada Hana sebagai ucapan terimakasih. Mereka sudah siap ikut bertarung dengan Kaja, karena ini adalah desa mereka dan tempat kelahiran mereka.

Kaja sudah membuktikan bahwa perjuangan itu harus sepenuh hati, mereka tergerak oleh kesungguhan Kaja, mereka akan ikut berjuang bersamanya.

Disaat itu, Kaja terhempas menghantam sebuah pohon, saat hendak bangkit lagi Nagin kesumat dan melancarkan pukulannya ke Kaja. Sepersekian detik, Kaja merasa pukulan itu akan mengenainya.

SLURT! SLUURTT! SLURRTT!

Tiba-tiba ada akar-akar pohon yang menghalangi serangan Nagin. Nagin mundur ke belakang. Akar-akar itu semakin banyak dan menutupi Kaja. Kelima orang yang menyerangnya merasa aneh, Kaja menghilang terbungkus dalam suluran akar yang akhirnya menumpuk dan seolah menutupi Kaja. Kaja hilang dalam cangkang akar yang demikian banyak.

Kaja merasa nyaman, dan duduk di sebuah kayu dan ada meja di depannya.

Dimana Aku?