Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 12 - Kamu Harus Kuat!

Chapter 12 - Kamu Harus Kuat!

Nagin Bergulingan ke belakang, tekanan energi yang besar karena ledakan itu membuat tubuhnya terpental dan membentur pohon. Dia muntah darah, dia terluka berat. Nagin sudah tak kuasa lagi bergerak, seluruh tubuhnya terasa hancur.

Mora mendekati Nagin, dia juga terkena imbas dari ledakan energi tersebut. Dia mendekati Nagin yang sudah tak bergerak di tanah.

Sementara itu, kabut akibat ledakan energi sudah menipis dan menghilang perlahan. Semua melihat Kaja masih berdiri namun sedikit menunduk sedikit karena kelelahan. Dia sudah menghamburkan energi yang besar, butuh waktu untuk pulih tentunya. Namun, dia tak terluka sama sekali.

Hana mendekati Kaja, "Kau butuh pemulihan," Hana menghulurkan kedua tangannya ke punggung Kaja, ada energi tipis. Hana adalah mage tentu paham hal itu dengan cepat. Kaja merasa lebih baikan dan energinya mulai stabil.

Di sisi lain, Mora yang kini berada di dekat Nagin ketuanya. Dia merasa gemetaran. Dia harus berbuat apa, semua rekannya sudah tak ada yang bisa bertarung. Sedangkan Hana sudah tak dipihaknya lagi.

Penduduk Desa dan para Guru dan Murid di Perguruan Angin Timur bisa bernapas lega sekarang. Mereka merasa sudah aman. Mereka perlahan mendekati Kaja, Putri tersenyum dan berterimkasih kepada Kaja, Kaja pun mengangguk dan tersenyum.

Kini, Mora semakin ketakutan. Dia bisa saja kalah dengan mudah melawan Kaja meskipun masih terluka dalam. Apalagi, jika semua orang mengeroyoknya, dia mustahil bisa menang.

Wusshh!

Saat itu juga, sebuah kilatan cahaya berpendar dan tiba-tiba sesosok pria sudah berada di dekat Mora dan Nagin yang masih tak berdaya tergeletak. Lelaki itu santai saja berdiri di dekat Mora, namun semua orang termasuk Kaja menjadi waspada dan bersiap kembali jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Lelaki yang baru datang itu melihat Nagin yang tak berdaya, Dia juga melihat sekeliling dan melihat beberapa anggota Aflif Bumi Langit sudah kalah dan hanya tersisa Mora.

Mora melihat lelaki yang berdiri di dekatnya tersebut, dia sadar dan baru saja ingat siapa lelaki kokoh yang kedua tangannya masih di belakang tersebut.

"Senior! Tolong kami tegakkan kebenaran, Kami sedang berjuang untuk menyelesaikan misi, namun mereka menghalangi Kami. Tolong Kami, berikan keadilan pada mereka!" Mora seperti mendapat angin segar. Dia mengenal lelaki itu, dia adalah salah satu orang penting di Aflif, bahkan merupakan top Aflif yang memiliki kemampuan diakui oleh semua anggota Aflif.

Hana yang berada bersama penduduk dan Kaja juga kaget melihatnya, "Dia! Dia adalah anggota Aflif juga. Dia berbahaya!" Hana melihat arloji di tangan kirinya, poin yang terlihat di hologram sangat tinggi, bahkan Hana gemetaran melihat angka poin yang melebihi angka 10.000 tersebut. Hana merasa seluruh kekuatan dirinya, Kaja dan Perguruan itu tak akan sanggup melawan orang tersebut.

"Bahaya." Hana berdesis pelan tanpa disadarinya dan semua orang di sekitarnya juga ikut ketakutan. Kaja menyadari hal itu, namun apapun yang terjadi, Kaja tidak akan pernah menyerah untuk melindungi semua orang disana.

Lelaki itu kini tersenyum kecil, seolah meremehkan banyaknya kuantitas orang yang berada di pihak Kaja, semua waspada. Lelaki itu terlihat menggerakkan tangan kanannya ke depan dan luapan energi terlihat di sana dan seolah siap bertarung.

Semua orang yang berada di pihak Kaja bersiap siaga, apapun yang terjadi mereka harus siaga dan melawan.

WUSSH! BRUUK!

Semua mata terkaget dengan kejadian yang demikian cepat, bahkan mata sulit untuk mengikuti gerakan lelaki itu bergerak. Bukan barisan Kaja yang diserang lelaki itu, melainkan Mora sendiri yang tiba-tiba tergeletak di tanah tak sadarkan diri.

Pukulan lelaki itu dengan cepat mengarah ke belakang kepala Mora tanpa disadari Mora sama sekali, bahkan Mora tak sempat berteriak kesakitan karena kecepatan pukulan itu. Sempurna, seluruh anggota Aflif Bumi Langit kini hancur, kecuali Hana yang memilih pindah haluan dan mengakui dosanya.

Kenapa lelaki itu menyerang rekannya sendiri? Itu yang menjadi pertanyaan Hana dan orang-orang di sekelilingnya.

Lelaki itu perlahan mendekati Kaja dan penduduk serta Hana, semakin dekat dan semakin dekat. Semua orang siaga dan terlihat mundur ke belakang kecuali Kaja, Kaja merasa lelaki itu tidak akan berbuat buruk pada mereka.

"Kamu Kaja?"

Kaja sempat ragu menjawab, "Benar Paman. Paman kenal Saya?"

Lelaki itu tersenyum, "Apakah Kakekmu yang mengajarkanmu beladiri?"

"Maksud Paman Kakek Noran?"

Lelaki itu kembali tersenyum, "Ternyata Lelaki Tua itu menipumu juga."

Kaja terheran, "Paman kenal dengan Kakekku?"

"Masih banyak yang belum kamu ketahui Kaja. Kau harus menjadi lebih kuat sehingga kamu akan mengetahui siapa dirimu dan siapa kakekmu itu. Yang jelas, Dia selama ini melindungimu dan mangajarimu beladiri dengan sangat baik."

Kaja masih kebingungan,"Aku tidak paham Paman," Wajah Kaja masih terlihat bingung.

"Jadilah lebih kuat, dan carilah kebenaran tentang jati dirimu sendiri. Jika berjodoh, kita akan bertemu lagi. Kau akan mengetahui siapa dirimu."

Lelaki itu beralih meninggalkan Kaja.

"Tunggu Paman," Kaja mengetahui lelaki itu akan pergi meninggalkannya, "Siapa nama Paman?"

Lelaki itu berhenti diam sejenak, "Orang memanggilku, Garra."

"Garra," Kaja mengulangi kata-kata itu, namun baru selesai berujar lelaki itu sudah menghilang dari hadapannya. Kaja tersenyum, Dia tahu sekarang lelaki itu adalah orang yang memberinya pesan di meja di rumahnya, lelaki itu sudah memperhatikan semua pertarungannya dan dia yakin lelaki itu ingin menolongnya ketika dirinya kalah. Kaja tersenyum, perjalanannya akan dimulai, dia kini semakin penasaran tentang jati dirinya.

"Kaja," Putri memanggil dan mengagetkan lamunan Kaja.

"Ada apa Nona?"

Putri ragu berkata, "Apakah Kau akan pergi?"

Kaja hanya tersenyum dan mengangguk, "Tapi aku akan mengobati penduduk yang terluka dulu, setelah semua baik-baik saja, Aku akan pergi untuk menemukan Kakekku dan mencari keberanaran tentangku."

Putri memahami itu, Dia baru sadar bahwa memang benar instingnya, bahwa Kaja yang setiap hari lewat perguruannya adalah orang yang memiliki kekuatan besar dalam dirinya.

"Kaja," Baron menunduk mendekati Kaja, "Maafkan kami karena selama ini kami jahat kepadamu," Baron masih menunduk di susul murid-murid perguruan Angin Timur yang lain dan semuanya berlutut karena merasa bersalah selama ini kepada Kaja.

"Bangunlah Kalian semua. Selama kita belajar dari kesalahan kita, kita akan bisa maju dan menjadi orang-orang yang bijak nantinya," Kaja membantu Baron dan yang lainnya berdiri.

Mereka saling tersenyum dan melebur semua kesalahpahaman yang pernah terjadi, Baron dan rekan-rekannya berjanji untuk menjadi orang baik dan melindungi desa mereka. Kaja bahagia mendengarnya, dan mereka saling berjanji untuk menjadi lebih kuat agar dapat menegakkan kebenaran dan menolong yang kesusahan di masa depan nanti.

***

Garra melesat pergi menuju rekan-rekannya yang sudah menunggunya. Dia masih saja tersenyum dan memiliki harapan besar pada Kaja, ada hubungan antara dirinya dan Kaja yang masih selalu diingatnya. Dia tahu, Kaja adalah sosok bayi kecil yang dibawa sejak kecil oleh Bunto atau nama samaranya, Noran.

Tentu saja, itu pasti bayi kecil itu. Noran dalam pelarian, tak punya keluarga, dan Bayi kecil itu menurut informasi terakhir dibawa oleh Bunto.

Namun, yang lebih mengagetkan bagi Garra adalah, baru kali ini dia melihat ada penggabungan antara Rakuta dengan manusia yang demikian cepat tanpa proses pemadatan energi. Bahkan, para Rakuta itu seolah dapat saling berkomunikasi dengan Kaja.

Sekali lagi, Garra hanya tersenyum dan menaruh harapan besar pada Kaja di kemudian hari, Bocah yang menarik!

Alat di mata Garra menunjukkan tulisan hologram kecil di depannya, dua rekannya sudah menunggunya dari tadi. Garra bergegas dan menantikan petualangan Garra di kemudian hadir, dan Garra tak sabar menunggu waktu itu.