Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 16 - Bagas dan Ketua Perampok

Chapter 16 - Bagas dan Ketua Perampok

Ledakan energi membuat salah satu ketua perampok itu terdorong ke samping, senjatanya telah terpental. Sesosok pemuda berdiri dan tiba-tiba saja sudah muncul entah darimana dan sudah berada di sana.

Pemuda itu adalah Kaja, Dia sudah berada diantara pertempuran itu. Kaja yang dalam perjalanan tersebut melihat pertarungan itu dan Dia tak bisa membiarkan kejahatan merajelala, dia telah berjanji untuk berjuang melindungi yang lemah. Kaja memundurkan tangan kanannya yang tadi mengeluarkan energi. Banyak yang tidak menyadari kehadirannya, kecepatannya tinggi tentu saja.

"Apakah Anda dari Aflif?" Danu terbengong sejenak dan bertanya.

Kaja melihat pemimpin Aflif itu, "Bukan, Saya seorang pengelana yang kebetulan lewat."

"Hai Bocah! Kenapa Kamu ikut campur. Pergi sana!" Salah satu perampok mengacung-acungkan pedangnya.

Kaja mendekati dua anggota Aflif yang terluka, Nani dan Raga. Kaja menyalurkan energi penyembuhan melalui tangannya tanpa menyentuh tubuh mereka. Ada kabut aura yang muncul, keduanya merasakan tubuh mereka menjadi segar kembali. Nani bahkan kaget karena dirinya juga memiliki kemampuan menyembuhkan, namun kecepatan remaja tersebut tentu jauh di atasnya.

"Aku tidak peduli dengan urusan orang lain, namun jika sudah melukai dan berbuat kejahatan. Maka, aku akan ikut campur dan membela kebenaran," Kaja menatap para perampok itu.

"Membela kebenaran! Hahahaha," Salah satu ketua perampok tertawa membahana, "Hidup di zaman ini memang harus jahat! Bahkan, para Aflif itu adalah penjahat yang hanya mementingkan misi dan uang!"

Perampok itu semakin benci dengan kata-kata membela kebenaran. Mereka segera kembali ke barisan dan mengepung Kaja dan para Aflif Hati Naga. Mereka pun bersiap kembali dan mereka merasa terbantu dengan adanya bantuan meskipun seorang pemuda.

"Siapa namamu Anak muda?" Danu menengok kearah Kaja, Pemuda yang cakap dan terlihat menjanjikan karena tubuhnya seolah ditempa untuk menjadi seorang seniman beladiri. Bahkan energi dari tubuhnya terasa cukup kuat untuk ukuran remaja sepertinya.

"Namaku Kaja Paman, dan Aku kebetulan lewat karena hendak melakukan perjalanan ke Ibukota."

"Bagus, dan terimakasih karena sudah membantu."

Kaja mengangguk dan bersiap sambil sedikit memajukan tubuhnya, tanda bersiap dengan segala serangan.

Belum sempat keduanya sudah diserang beberapa perampok. Dua orang juga muncul dari pepohonan. Reza memutuskan untuk ikut membantu. Karena nekat, Bagas tak bisa membiarkan adiknya dalam bahaya.

Bagas menenangkan Reza dan ikut membantu namun sudah membicarakan syarat dengan Reza sebelumnya. Jika tak bisa menolong, maka harus bersiap untuk mundur.

Keduanya berjalan santai mendekati medan tempur itu.

Bagas memegang tongkatnya dengan kedua tangannya di belakang punggungnya.

"Kenapa ada yang bertarung di wilayahku!" Bagas memutar tongkatnya dan membenturkan satu sisinya ke tanah. Dukkk! Getarannya dapat dirasakan semua orang di sana. Itu menandakan kekuatan orang itu tentu saja tinggi.

Bagas dan Reza segera mendekati Kaja dan para Aflif itu, mereka menghadap ke arah pera perampok. Reza menoleh kearah Kaja dan tersenyum, "Terimakasih karena sudah membantu." Kaja pun tersenyum dan menjawab sama-sama dan itu sudah menjadi kewajiban saling membantu. Mereka pun persiap kembali.

Dan.

WUUSSH! Booom! BRAKK! KLANG!

Senjata saling bertemu, Bagas dan Reza menghajar seketika salah satu ketua divisi perampok dan Bagas memukulkan tongkatnya ke perut perampok itu setelah Reza membuatnya sibuk. Melihat celah yang sangat terlihat Bagas dengan mudah memukulkan tongkatnya.

Para pasukannya pun dibuat tak berdaya dengan gerakan cepat Bagas, dalam beberapa detik saja mereka sudah terlempar seperti benda yang mudah dilemparkan begitu saja.

Selesai di pihak Bagas dan Reza dengan mudah melumpuhkan musuh mereka.

Di sisi lain, Para Aflif juga menyerbu dengan dua divisi, ada dua ketua dan anak buahnya. Pertarungan terus berlanjut sengit, namun kini para Aflif lebih mudah merobohkan mereka karena jika hanya dua divisi maka mereka juga unggul.

Pedang bertemu pedang dan dua ketua divisi dari perampok itu pun terjatuh juga, dan salah satunya terkena pedang di zirahnya dan tembus sedikit di perutnya. Mereka pun dirobohkan dengan cepat.

Kaja di sisi lain, sendirian menghadapi sekitar 20 orang, namun gerakannya kini semakin cepat. Dalam 5 detik, 6 orang tumbang dengan cepat. Tanpa senjata, Kaja menggunakan tangan dan kakinya. Semua terheran karena tak bisa mengikuti gerakan Kaja. Belum sempat kekaguman mereka sirna, Kaja sudah mencapai ketua divisi perampok, perampok itu menyambar dengan senjatanya namun kaja mencegahnya dengan menahan lengannya.

Brukk! Tendangan Kaja cukup kuat mementalkannya. Tidak terlalu keras, perampok itu hendak bangkit lagi dan mengarahkan senjatanya. Kaja dengan cepat memegang pundak perampok itu dan membantingnya ke tanah.

BOOMM!

Anak buah yang tersisa menjadi kaget dan terpana. Kaja berdiri, musuhnya sudah pingsan.

Mereka menang dengan cepat, berkat bantuan Kaja dan Bagas serta Reza para Aflif itu merasa tertolong.

Belum sempat mereka lega dan juga saling tukar ucapan. Angin bertiup demikian kencang hingga membuat beberapa mata susah melihat. Seperti ada kabut dari angin yang menyambar-nyambar, ada tekanan yang kuat tiba-tiba. Dari situlah para perampok yang tersisa dan juga pemimpin divisi yang masih kepayahan berdiri tersungging senyum.

Apa pasal?

Dua orang terbang dengan mudahnya mendekati mereka semua, keduanya seperti terbang tanpa beban dan salah satunya memakai mahkota bertanduk dua. Satunya lagi hanya memakai pengikat rambut biasa dengan kain dan menutupi separuh rambutnya.

Keduanya adalah Ketua dan Wakil Ketua para perampok. Mereka marah karena anak buah mereka banyak yang tumbang.

Mereka turun perlahan, tanpa ekspresi sang Ketua melihat para anak buahnya terkapar dan yang lain sudah kelelahan bertarung. Sedangkan Wakil ketuanya tetap diam sambil menyilangkan kedua tangannya ke dadanya.

Angin hembusan dari energi sang Ketua Perampok itu mulai mereda. Wakil Ketua, Horis menundukkan kepalanya sedikit kepada Ketuanya itu, Ronga.

"Ketua! Kita harus membalas dendam!"

Sang ketua Perampok yang sudah terkenal dan malang melintang di empat kota daerah itu diam sejanak. Namun, dia mulai membuka mulutnya perlahan, semua memperhatikannya.

"Ha... Ha... Ha... !"

Tawanya tiba-tiba membahana, Kaja hampir menutup telinganya namun dia menahannya dengan energinya. Begitupun juga dengan Bagas dan Reza, mereka berusaha menutupi telinga mereka karena auman energi yang dahsyat itu mampu membuat bulu kuduk merinding dan suaranya menggelegar.

"Lihat poin auranya!" Perintah Danu kepada Rani.

Sambil kesulitan mencoba bergerak karena tekanan yang ditimbulkan ketua perampok itu, Rani memencet tombol pada gelangnya. Mengarah pada Ronga, Angka itu membuat mereka kaget, 12.500.

Artinya, dia sudah berada di rank Emas. Meski masih awal, kekuatan pemimpin perampok itu besar karena Danu sendiri masih dalam tahap perak. Danu sendiri ada para rank puncak Perak. Mereka tak tahu jika perampok ini memiliki ketua dengan kekuatan rank tinggi.

"Hentikan!"

Bagas memutar tongkatnya di atas kepalanya. Dia mengayunkan tongkatnya dan menghantamkannya ke bumi dan ...

BOOOMMMM!

Dua tekanan bertabrakan, angin saling bertemu namun tawa Ronga segera berhenti karena pukulan tongkat itu tentunya mengagetkannya. Tekanan yang luar biasa.

Bagas membantu adiknya Reza untuk berdiri karena tekanan energi Ronga itu. Reza membuka telinganya yang ditutupi kedua tangannya.

Setelah Reza dapat berdiri, Bagas menatap kedua orang di depannya itu. Mereka telah menyakiti adiknya.

"Aku adalah Lawanmu!"

Kedua mata mereka saling menatap, Bagas dan Ronga.

Ronga pun tersenyum, "Bocah yang menarik!"