Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 18 - Rakuta Drakado

Chapter 18 - Rakuta Drakado

Bagas menepukkan telapak tangan kanan dan kirinya, ada sedikit debu yang terbang terlihat lembut.

"Sudah berakhir." Dia tersenyum menghadap Kaja. Namun, belum sempat menoleh kembali kearah Reza dan lainnya. Ledakan dahsyat terjadi tiba-tiba.

Duaarrrr!.

Semua mengarah ke arah ledakan. Ronga nampak berdiri dengan tubuh penuh cahaya yang menyala-nyala. Kekuatan energinya meledak-ledak, matanya memerah penuh amarah. Kesumatnya sudah mencapai ubun-ubun. Dia mengerahkan kemampuan terkuatnya, Dia ternyata juga menyerap energi Rakuta. Di dunia ini, setiap orang hanya bisa menyerap satu kekuatan dari hewan Rakuta. Mungkin ada yang bisa lebih dari satu tapi itu adalah orang yang benar-benar dianugerahi.

Ada sayap cahaya yang muncul dari belakang Ronga. Dia pun naik ke atas dan sepasang sayap bercahaya itu mengepak sambil memancarkan cahaya tekanan yang dahsyat. Angin dari tekanan energinya saja membuat orang-orang merasa tertekan, dan menahan serangan gelombang itu dengan energi defensif mereka.

"Heh! Benar-benar menyusahkan!" Bagas geram.

"Apakah sekarang kamu butuh bantuan?" Kaja menatap Bagas.

"Aku bisa mengatasinya."

Tanpa ekspresi, Bagas mengarahkan kedua tangannya ke depan. Dia juga mulai serius dan hendak mengerahkan kemampuan terbaiknya.

"Upgrade!"

Bagas berteriak dan… seperti ada booster di punggung Bagas, seperti mesin yang mengeluarkan asap namun berwarna cahaya orange.

Wusssshh!

Hampir-hampir tak terlihat, gerakan Bagas seperti kilat yang menyambar. Sangat cepat dan langsung menuju Ronga dengan kecepatan penuh. Cakar tajamnya mengarah langsung ke Ronga.

Namun, Ronga juga sudah menyadarinya. Itu adalah bentuk kekuatan terkuatnya. Insting Ronga pun maksimal. Dia menahannya dengan tameng cahaya. Mereka beradu kekuatan dengan level tinggi yang mereka miliki.

Hiaaaaaattttt!

Keduanya sama-sama mendorong, sama-sama mendesak. Benturan itu menyebabkan udara di sekeliling mereka kacau dan seperti angin yang mendesis-desis. Pertarungan yang luar biasa, orang-orang disana menyaksikannya dengan takjub.

Bagas kembali mundur ke belakang, dia menginjak tanah karena tekanan kekuatan Ronga demikian besar. Bahkan, bisa beberapa kali lipat setelah mengeluarkan energi Rakuta yang diserapnya.

"Kini Kau sadar Bocah! Tadi aku hanya bermain-main saja! Hahahaha! Sudah lama rasanya tidak ada yang bisa membuatku bersemangat untuk bertarung!"

"Dasar penjahat! Keluarkan saja seluruh kemampuanmu!" Bagas kembali bersiap.

Kini, giliran Ronga yang melancarkan serangannya. Sayapnya mengibas beberapa kali dan serangan seperti besi energi menyerang bertubi-tubi banyaknya pada Bagas. Bagas menahan serangan itu, armornya sangat kuat sehingga mampu menahan serangan sebanyak itu. Namun, dia juga kewalahan dan tak bisa bergerak bebas, menunggu ada celah.

Sial! Bagaimana ini! Bagas masih memikirkan cara agar lepas dari serangan bertubi-tubi itu. Serangan yang terlempar dan tak mengenainya saja, mampu membuat ledakan di sana-sini.

Kaja melihat hal itu, sepertinya Bagas memerlukan bantuan darinya. Dia kembali fokus pada energinya. Pedang tiba-tiba muncul begitu saja, Kaja menariknya. Kesempatan pikirnya, karena Ronga sedang sibuk terus menyerang Bagas.

Kaja mengayunkan pedangnya ke arah Ronga, dari tanah dan pohon di sekitar mereka tiba-tiba ada lilitan-lilitan kayu seperti akar yang mulai merambat cepat. Menyergap kaki Ronga, Ronga pun baru menyadarinya. Namun terlambat, kayu uluran semakin banyak dan mulai menyergap seluruh tubuhnya.

"Sialan!" Ronga meronta, energinya menghajar dan padangnya terayun melepaskan jeratan akar-akar sebesar lengan orang dewasa itu.

Braaak! Duaakk!

Akar itu terputus dan banyak yang berantakan, namun akar yang lain segera menyusul dengan cepat. Ronga masih meronta, serangannya pada Bagas juga berhenti karena dia sibuk sendiri melepaskan diri dari kurungan akar-akar kayu yang dikeluarkan Kaja.

Bagas melihat kesempatan, difokuskannya tangannya ke depan. Seluruh armor di tubuhnya dan juga cakar tajamnya berpendar pecah, energi cahaya mengelilinginya. Armor itu berubah di tangan Bagas menjadi sebuah panah energi yang anak panahnya berkobar-kobar. Busur energi itu siap menembakkan panah yang penuh dengan kekuatan energinya.

Belum sempat Bagas melancarkan serangan, Ronga sudah bisa melepaskan lilitan-lilitan akar kayu. Sayapnya mengibas kencang dan akar-akar yang menyergap seluruh kaki dan tubuhnya hancur berantakan.

Hiiiaaatttt! Ronga terlihat marah lagi dan dia siap mengeluarkan ledakan energi. Sayapnya terus bergerak-gerak cepat dan menciptakan fenomena energi yang semakin meluap. Ronga mengarahkan tangannya ke arah Bagas dan Kaja dengan masing-masing tangannya seperti hendak menembak.

"Matilah Kalian!" Di sekeliling belakang Ronga nampak senjata dari energi yang tercipta, seperti tombak yang besar yang jumlahnya tak terhitung lagi. Begitu banyak dan tajam, semuanya bersiap menyerang Bagas dan Kaja, serta yang lainnya. Kini, Ronga yakin serangan terakhirnya akan mengakhiri segalanya.

"Hancurlah … Kalian semua!!!" Ronga berteriak kencang.

Wuusshhhh!

Namun, hanya angin yang mendesau, serangan itu dipatahkan. Ronga keheranan, namun sayapnya yang terus mengibas tak bisa digerakkannya. Sayap energi yang dia bentuk dari Rakuta Drakado yang merupakan burung rajawali yang sangat besar. Burung rajawali yang telah hidup ratusan bahkan mungkin ribuan tahun dan menyerap banyak energi. Kekuatannya ada pada sayapnya yang terus mengepak sambil mengumpulkan energi alam.

Lilitan akar kembali melilit dirinya, namun kini melilit sayap energinya. Kaja yang melakukannya, dia tahu bahwa kekuatan Ronga berasal dari sayapnya yang terus mengepakkan sumber energi. Serangan Ronga juga menjadi batal. Lilitan akar itu semakin menutupi seluruh energi sayap Ronga.

Ronga berusaha melepaskan lilitan-lilitan akar itu dengan pedangnya. Namun, disaat dia berusaha melepaskan diri.

Panah energi yang besar sudah mendekatinya dengan kecepatan penuh. Konsentrasinya sekejap hilang, dia menghadang serangan itu dengan kedua tangannya.

Bagas telah melepaskan tembakan energinya pada level tertingginya.

"Rasakanlah Ronga!" tembakan besar itu melesat dengan cepat, anak panah yang bergerak cepat itu semakin membesar dan terus membesar dan menabrak tubuh Ronga.

Wuuuunggggggg!

Telak. Serangan itu mengenai tubuh Ronga, serangan itu pun menembus tubuhnya dengan melintasinya dan menghilang setelah menabrak dirinya.

Blaaammm!

Energi itu menghantam tubuh Ronga dengan sangat keras. Silau karena serangan itu mengenai Ronga. Hingga, angin mendesau dan kemudian sudah berangsur normal. Semilir angin meniup rambut Kaja dan Bagas.

Tubuh Ronga penuh luka, terlihat serangan fatal itu mengenai tubuhnya. Ada beberapa luka seperti gosong dan hitam. Tubuhnya lunglai lemas dan terjatuh ke tanah begitu saja.

Benar-benar berakhir?

Sebuah cahaya sebesar bola kecil keluar dari tubuh Ronga. Terbang melayang-layang ke segala penjuru dan seolah hendak menuju ke mereka.

Bola energi itu berputar pelan sejenak dan melesat kearah Kaja, menghunjam masuk ke tubuhnya. Semua orang tahu itu adalah core dari Rakuta yang sudah dimurnikan energinya oleh Ronga, namun kini memilih tuannya sendiri?

Bola cahaya itu masuk ke tubuh Kaja begitu saja, Kaja pun tak bereaksi. Biasanya jika ada core yang diserap maka akan sakit dan menahan penyatuan dari energi tersebut.

Bagas pun melihat hal itu, dia tak terlalu memikirkannya, toh semua adalah takdir dari Tuhan. Mungkin, energi Rakuta itu memang sudah menjadi takdir pemuda tersebut.

"Kenapa Kau mengganggu pertarunganku?" Bagas protes pada Kaja.

"Aku lihat kau butuh bantuan?"

"Dasar Kau ini! Aku sedang mengetes kemampuanku. Aku bertahan dan melihat serangannya, aku ingin lihat sebatas mana hasil latihanku selama ini!"

Keduanya masih terlihat obrolan seru tersebut.

"Tanpa Kau bantu pun! Aku pasti bisa mengalahkannya!"

"Baiklah! Baiklah!" Kaja mengangkat kedua bahunya sebagai tanda menyerah.

Dan, Reza melihat keduanya sedang mengobrol dengan seru. Sepertinya, kakaknya sudah menemukan teman untuk memulai petualangannya.