Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 13 - Rumah di Atas Pohon

Chapter 13 - Rumah di Atas Pohon

Kaja membereskan urusannya di Desa Pertiwi, dia mengobati penduduk yang terkena luka dibantu oleh Guru-Guru di perguruan Angin Timur. Kaja kini merasa ilmu pengobatan yang diajarkan Kakeknya benar-benar bermanfaat. Dahulu, dia hanya diajari mengobati hewan yang terluka namun kini dia harus mengobati manusia sungguhan. Semua menerima Kaja dengan baik dan para murid, guru dan penduduk berubah karena melihat Kaja sebagai pahlawan mereka.

Dua hari Kaja bertahan dengan penduduk desa. Saat dirasa semua penduduk sudah pulih, Kaja siap berangkat ke Ibukota pusat di Benua yang mereka tinggali. Tujuannya adalah menjadi anggota Aflif tentunya. Anggota Aflif Bumi Langit yang terluka karena pertempuran itu dilumpuhkan beladirinya, sehingga mereka harus memulai memulihkan energi mereka jika masih tetap ingin menjadi seniman beladiri. Mereka pun disembuhkan oleh Kaja dan meminta mereka untuk pergi dan menjadi orang baik.

Kaja membawa bungkusan tas kecil di pundaknya, dia siap berangkat. Putri sedih dan memberinya apel segar serta makanan untuk dibawa Kaja. Kaja berpamitan, dia berangkat melangkah menuju masa depannya. Dia harus menguak misteri Kakek Noran dan orangtuanya, dia membulatkan tekatnya untuk berpetualang dan mengarungi dunia ini.

Kaja terus berjalan, meninggalkan hutan lebat dan melewati banyak pemukiman, namun Kaja terus berlalu. Perjalanan yang panjang, beberapa hari kemudian, Kaja menemukan sebuah rumah makan di tepi sebuah kota kecil.

Saat Kaja masuk ke rumah makan itu, ternyata di dalamnya penuh sesak orang. Dari penampilan masing-masing orang mereka adalah para pendekar dan seniman beladiri dari berbagai Perguruan dan Klan. Kaja bingung mendapatkan tempat duduk, hingga seorang lelaki Tua beserta rombongannya memberi kode Kaja untuk duduk di tempat meja mereka.

Kaja mengucapkan terimakasih pada lelaki tua dan kelompoknya itu.

Nyatanya, mereka adalah kelompok Aflif. Kaja ditraktir oleh lelaki tua itu dan dia mendekat. Kaja baru sadar kini, anggota Aflif tentu saja banyak yang baik, hanya oknum yang memang memanfaatkan keanggotaan di Aflif untuk berbuat buruk.

Namun itu sudah umum terjadi. Asosiasi Aflif pun tak bisa menindak mereka karena Tim Aflif bergerak sendiri, kecuali menjalankan misi yang didapatkan Asosiasi. Bahkan karena pesanan dari beberapa orang yang memiliki uang banyak, misi untuk berbuat kejahatan atau memusnahkan suatu perguruan pun diterima Aflif. Kaja mendapatkan cerita itu dari Kakek baik tersebut.

"Kakek, lalu kenapa disini ramai sekali? Sepertinya banyak Pendekar yang makan di sini, atau memang setiap hari ramai?"

Kakek itu pun menjelaskan kalau sebenarnya menurut rumor, ada ramalan yang mengatakan bahwa akan muncul buah syurga. Buah ini menurut para peramal akan menjadikan orang yang mendapatkannya memiliki kekuatan besar.

Karena ramalan itulah, kini pendekar dan para seniman beladiri dari semua tempat keluar dan mencari informasi tentangnya. Di dunia ini, buah syurga sangat sedikit jumlahnya, siapapun yang mendapatkannya, akan menjadi pendekar besar dan dihormati dunia nantinya.

Kaja mengerti sekarang. Kakeknya juga bercerita kalau buah syurga merupakan satu dari tiga kekuatan yang bisa didapatkan seseorang untuk menjadi sangat kuat; selain berlatih, mendapatkan kekuatan dari pemberian maupun Rakuta, dan buah syurga.

"Jadi, Kakek juga sedang mencoba menemukan buah itu?"

"Tidak juga Kaja, kami ada misi untuk menumpas perompak yang sering menghadang para pedagang di perbatasan Kota Dromar ini."

Kaja mengangguk dan tanda mengerti. Misi mereka baik dan menolong banyak orang. Kaja betah mengobrol dengan Kakek tersebut, Kaja juga mengetahui dari kelima Tim beserta Kakek Kamir tersebut, mereka memiliki kekuatan yang cukup tinggi karena energi mereka dapat dirasakan Kaja.

Kaja sangat beruntung karena belajar beladiri dan juga belajar menjadi Alkemis. Dengan perpaduan kedua kemampuan itu, Kaja dapat mendeteksi kekuatan energi seseorang dan memperkirakannya tanpa menggunakan alat.

Setelah makan, Tim Aflif Sentosa yang diketuai oleh Sanu dan juga ada Kamir selaku Mage dan penasehat tim itu pun berpisah dengan Kaja. Mereka berpisah di depan rumah makan. Tim Aflif Sentosa kembali bekerja dan hendak menginspeksi perbatasan dan bersembunyi untuk menyelidiki dan menumpas perampokan para saudagar yang lewat.

Kaja juga undur diri, Siang itu. Kaja menelusuri jalan yang ditunjukkan menuju kota pusat.

Tanpa terasa, Kaja sudah melakukan perjalanan hingga sore. Kaja bertemu dengan beberapa orang Seniman Beladiri di hutan dan di jalan setapak. Semua terlihat ramai dalam perjalanan mereka. Tentu saja, mereka punya misi yang berbeda, juga ada yang memang mencari informasi soal misi, dan ada juga yang menyelidiki informasi soal buah syurga. Kaja menyapa mereka jika bertemu, mereka juga memberi saran pada Kaja agar berhati-hati.

Ada juga sekelompok orang yang tak suka dan tak peduli dengan Kaja. Kaja pun meneruskan perjalannya.

Tanpa disadari, malam hampir menyapa. Kaja tak menemukan perumahan, Dia tak tahu arah saat ini, dia harus beristirahat di hutan. Kaja pun memutuskan untuk tidur di hutan.

Kaja mencari kayu bakar kering, dia juga mendapatkan hewan hutan yang bisa dia buru dengan mudah dan bersiap bermalam di hutan jika perlu.

Malam pun menyapa, Kaja membuat tenda dari kain yang cukup besar dengan ditaruh di atas kayu yang sudah disusunnya dengan sederhana. Api menemaninya, Kaja juga membuka bekal makanan dari rumah makan dan memakannya.

Ditemani semilir angin malam yang menerpa pelan api unggunnya, Kaja melihat dari kejauhan ada lampu remang di atas pohon. Kaja baru sadar, ada rumah kayu kecil disana.

Seseorang yang tampak berjalan pelan keluar dari rumah kayu tersebut, berjarak sekitar 100 meter dari Kaja. Lelaki itu terlihat berjalan di batang pohon besar, dia membawa lampu di tangan kirinya. Dia memperhatikan Kaja dari jauh dan melambaikan tangannya kearah Kaja.

Kaja paham, dia segera melompat dari dahan ke dahan dan mencapai rumah kayu di atas pohon tinggi itu.

Lelaki tua ini menyapa Kaja, Kaja pun memberi salam penghormatan, dan Kaja diminta beristirahat di rumahnya.

Kaja masuk rumah, meski terlihat kecil dari luar, rumah kayu itu Nampak besar setelah masuk di dalam.

Kaja diminta duduk, lelaki tua itu nampak terlihat berjalan pelan memakai tongkat. Kenapa bisa lelaki tua tinggal di hutan dan rumah pohon, begitu pikir Kaja.

Lelaki tua itu pun masuk ke biliknya yang kecil, dia mengambil makanan dalam sebuah cawan kayu dan menaruhnya di meja. Ada buah disana.

"Kakek sendirian?" Kaja memberanikan diri bertanya.

"Iya Anak muda."

Mereka pun terlibat beberapa percakapan sederhana hingga lelaki tua itu bertanya apa tujuan Kaja melakukan perjalanan.

Kaja menghentikan makan buahnya dan menatap lelaki tua di hadapannya itu.

"Aku ingin mengalahkan Lord Master dan menjadi ketua Aflif. Aku ingin mengubah peraturan di Aflif agar tak lagi menganiaya orang lemah dan menjadikan anggota Aflif sebagai pembela kebenaran."

Kaja menerangkan dengan penuh keyakinan.

Lelaki tua itu menatap mata Kaja, "Apa kau yakin bisa melakukannya, kemampuanmu masih kurang anak muda!"

Lelaki tua itu masih mempertanyakan kesungguhan Kaja. Kaja serius kini, "Aku hanya bisa berusaha Kakek, bukankah takdir itu bersama mereka yang bersungguh-sungguh?"

Lelaki tua itu tersenyum lagi, "Kamu bocah yang menarik Anak muda. Baiklah, tunggu sebentar, aku punya makanan lain di dalam."

Lelaki tua itu pun kembali masuk ke biliknya, dan keluar dengan membawa cawan satu lagi dan masih ditutupi dengan tutup cawan itu. Lelaki tua itu menaruhnya di meja, "Makanlah makanan ini."

Lelaki tua itu membuka penutup cawan, ada buah anggur sepertinya, namun warnanya putih. Kaja pun tak berani menolak. Kaja mengambilnya dan hendak memakannya namun ragu, "Kakek tidak makan? Ini Cuma satu, Kakek nanti makan apa?"

"Kakek sudah makan Anak muda, makanlah itu."

Kaja pun tak berani menolak lagi, dia menggigit buah anggur putih itu, rasanya sangat nikmat. Kaja tersenyum, belum pernah memakan buah seenak itu, lagi dan lagi, Kaja merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Hingga buah itu hancur dan ditelannya.

Tiba-tiba semua gelap, lampu di ruangan itu tiba-tiba mati total. Kaja sekilas mulai kehilangan kesadaran dirinya. Apakah aku diracuni? Kaja berpikir cepat, namun kesadarannya hilang seketika.