Dalam kegelapan yang sempit itu.
Sebuah lampu menyala, seperti lilin kecil.
Kaja kaget, di depannya, berhadapan dengan dibatasi meja kayu. Sosok manusia namun terbuat dari kayu, dan matanya terlihat sayu sedang menatapnya dengan kedua tangan kayunya menyilang ke depan. Jari-jari makhluk itu seperti dahan kayu dan saling bersilangan antar jari-jari kayu itu.
"Si ..., siapa anda?"
"Hmmm Hmmm Hmmmm," manusia kayu itu bergumam, ada senyum kecil dari kulit kayunya.
"Namaku Groot, aku sudah lama memperhatikanmu Kaja."
Kaja kaget karena sosok itu mengenalnya.
Sosok itu berdiri, benar saja, semua tubuhnya terbuat dari kayu.
"Kamu datang bersama lelaki itu 10 tahun yang lalu. Kamu setiap hari membawa air, dihina, dilatih keras oleh lelaki tua bersamamu itu. Bahkan kamu menolong Rakuta bernama Bajra."
"Siapa engkau ini wahai Groot?"
Groot berjalan pelan menyamping pandangan Kaja.
"Aku juga Rakuta, aku adalah pohon tertua di hutan ini. Aku hidup dan dianugeri kehidupan yang lama sehingga aku bisa menyerap esensi energi di hutan ini."
"Apa anda yang melindungiku dari orang-orang Aflif itu"
"Benar."
Groot mengangkat tangan kayunya yang dipenuhi suluran-suluran akar itu, jemari kayunya membuka dan pandangan Kaja tembus dari dinding kayu yang mengitari mereka. Mereka dapat melihat keluar namun hanya tembus remang.
Kaja melihat di luar ada Bajra si Rakuta yang dia selamatkan sedang berdiri dengan gagah melindungi ruangan kayu yang diubat oleh Groot.
"Kau orang yang menarik Kaja. Kau dapat mendengar kami, kau bisa memahami ucapan kami dan bisa berkomunikasi dengan kami. Mungkin, kau adalah orang yang ditakdirkan untuk menyelamatkan ras kami dari manusia-manusia yang serakah."
Kaja baru menyadari kalau Rakuta bukan hanya dari ras hewan, melainkan dari pepohonan yang sudah lama hidup dan menyerap energi di sekelilingnya.
Kaja masih melihat beberapa anggota Bumi Langit yang masih ragu hendak menyerang Bajra. Sedangkan di sisi lain, Hana berada di antara penduduk desa. Para anggota Aflif Bumi Langit yang tersisa terlihat marah dan siap menyerang Bajra.
"Maaf Tuan Groot, bisakah kau biarkan aku keluar dan membantu mereka?"
Groot berhenti sejenak, kepalanya lalu mengarah kepada Kaja.
"Aku punya pertanyaan untukmu Kaja,"
"Apa itu, tuan Groot?"
"Kenapa kau ingin tetap berjuang? Kenapa kau mau menolong orang-orang yang dahulu selalu menghinamu dan merendahkanmu? Kenapa kau tak berhenti saja?" Bola mata Groot diantara kayu-kayu serabut di wajahnya agar tertarik tanda penasaran.
"Tuan Groot, Aku adalah seorang Dokter, aku Alkemis, aku ingin melindungi siapapun yang memang patut dilindungi."
Groot tersenyum, "Lalu, apa yang akan kau lakukan nanti di masa depan? Apa yang ingin kau bangun dengan kekuatanmu yang masih kecil itu?"
"Aku tak peduli Tuan Groot, aku hanya ingin berjuang dengan segenap kekuatanku agar bisa membawa perdamaian dan tak ingin melihat kejahatan merajalela. Kalau itu pun aku harus berjuang sampai puncak Aflif, maka aku akan melakukannya dan mengubah Aflif."
'Bocah yang menarik,' Dalam pikirannya, Groot melihat kesungguhan Kaja.
"Baiklah, mari kita buat kesepakatan. Aku akan membantumu."
***
"Serang dari semua sisi!" Nagin memberikan perintah. Mereka menuju Bajra yang tadi tiba-tiba datang dan melindungi gundukan kayu yang menutupi Kaja tiba-tiba.
Mora mengayunkan tombaknya kearah Bajra, Rakuta itu mengibaskan sayapnya dan mengaum keras, dia ingin melindungi Kaja sekuat tenaga.
Nagin menyusul dari samping menghempaskan pedangnya yang dipenuhi aura, Bajra berbalik dan cakarnya yang disertai energi juga menahan pedang itu.
BLAAMMM! BLUMMM! BOOOMM!
Dentuman demi dentuman terus bertabrakan, para Aflif Bumi langit lima orang itu berusaha mencari celah dan menyerang Bajra. Bajra sendiri merupakan Rakuta besar seperti singa dan bersayap itu. Mereka awalnya sedikit bingung kenapa hewan Rakuta bisa tiba-tiba muncul dan terbang lalu melindungi Kaja yang terperangkap masuk ke dalam suluran akar kayu.
Mereka juga penasaran, apa yang terjadi dengan Kaja di dalam gumpalan kayu tersebut.
Meskipun Bajra berusaha keras menahan kelima serangan anggota Aflif itu, namun mereka adalah para seniman beladiri yang sudah terlatih dan juga menjadi anggota Aflif. Mereka punya kombinasi serangan yang baik, terutama jika bersama maka serangan mereka akan semakin ofensif.
Kaja kewalahan. Serangan terus datang dan dihalaunya namun konsentrasinya juga melindungi Kaja dalam bungkusan kayu di belakangnya.
Sabetan pedang Nagin mengenai kaki Bajra, ditambah hempasan tombak Mora juga menyamping mengenai kaki belakang Bajra. Dan terakhir, Pukulan energi Sando menghempaskan Bajra dan terlempar ke kiri dimana Kaja berada.
Bajra tertatih mencoba bangkit kembali, terseok-seok dan akhirnya bisa bangkit kembali. Kakinya limbung dan terjatuh lagi. Namun, Bajra masih berusaha bangun dan mendekati gumpalan kayu Kaja dan mengaum keras sekali lagi. Dia ingin melindungi Kaja, apapun resikonya.
Nagin dan keempat rekannya merasa semakin marah, mereka bersiap membantai Bajra dan merangsek maju.
Namun, mereka tertahan karena dua puluhan orang berdiri di dekat Bajra dan juga Hana yang kini berdiri di pihak lain. Luka-luka murid dan para guru Perguruan Angin Timur sudah hampir pulih, mereka berdiri untuk berjuang bersama saat ini.
Kalau pada akhirnya mereka diam saja juga dibunuh, maka lebih baik mereka bertarung habis-habisan seperti Kaja yang melindungi mereka.
Dan, adu kekuatan mereka pun siap terjadi.
HIAAAAT! HIAAAAT!
KLANG! BOOOM! BRAAAK!
Serangan demi serangan saling bertabrakan, Baron membantu para gurunya mengepung satu musuh, Hana bersamanya juga Putri. Para murid terlihat masih kewalahan, ada yang terpelanting dan tersungkur.
Namun, mereka kini lebih bersemangat. Anggota Aflif Bumi Langit yang tersisa hanya lima orang karena Hana telah menjadi musuh mereka. Kini, mereka habis-habisan juga.
Namun, Nagin yang merupakan pemimpin Tim memiliki kekuatan lebih besar adalah memang pada level yang berbeda. Dia menghempaskan para murid dan Guru yang mengepungnya dengan mudah. Hingga dia mencapai Hana.
Hana berjuang keras namun sihirnya dipatahkan oleh Nagin dan pukulannya siap menghantam kepala Hana. Hana memejamkan matanya, dia sudah pasrah.
Lagi-lagi Nagin kaget dan mundur ke belakang karena ada energi yang kuat menahan pukulan itu, Nagin mundur dan menghempaskan tubuhnya ke belakang dengan cepat. Hempasan energi dan tekanan yang besar, dan seseorang sudah tepat berada di depan Hana. Sosok itu duduk dan lutut kirinya agak ke bawah karena menahan pukulan Nagin, wajahnya sedikit menunduk.
Wajahnya tertutup kedua tangannya yang menahan serangan Nagin tadi.
Kini dia membuka kepalanya ke atas, dia adalah Kaja.
"Sudah cukup para penjahat, perbuatan kalian sudah keterlaluan!"
Energi di sekitar Kaja seolah meluap-luap, Hana di belakangnya merasakan energi bocah itu telah meningkat drastis dibandingkan saat awal bertemu. Dia sendiri kaget karena luapan energi seperti itu hanya bisa didapatkan dari latihan bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun pelatihan yang intensif.
Beberapa murid dan Guru perguruan Angin Timur yang terluka pun merasakan energi kuat milik Kaja. Bahkan, Nagin juga merasa kaget sehingga dia reflek mundur tadi karena benturan energinya dengan energi Kaja. Tekanan yang besar!