"Nicholas, ayo segera turun. Kamu gak sekolah?"
"Nicholas!!!"
[Tok...Tok...Tok]
Suara ketukan pintu secara lembut itu terdengar dari luar kamar laki-laki yang sekarang membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Enggan untuk bangun dari tidur singkatnya, hari ini rasanya ingin untuk membolos sekolah, dan seharian berada di dalam kamar, pikir Nicholas.
Namun hal itu tidak bisa dia lakukan, jikalau hanya berbaring di atas ranjang tanpa melakukan kegiatan rutinnya.
"Nicholas,"
Suara itu muncul lagi, dari balik pintu kamarnya. Dia mengira jikalau sosok perempuan yang jarang sekali berada di rumah tersebut ketika pagi hari telah lama meninggalkan posisi sebelumnya, ternyata sampai sekarang Laura masih dengan setia menunggu agar anak semata wayangnya segera bangun dari tidurnya.
"Woahhh, yah ibu, aku sudah bangun. Aku mau mandi dulu," Ujar Nicholas dengan menguap lalu membuka selimut yang masih menutupi wajahnya, matanya langsung membelalak dengan lebar, ketika dia baru menyadari kalau yang membangunkannya barusan adalah Ibunya.
Dengan cepat Nicholas langsung duduk di ranjang, dan menepuk-nepuk pipinya. Dia mengira masih mimpi di pagi hari yang sudah sangat terang itu.
"Ibu kau kah itu?" Nicholas berteriak dari dalam kamar, memastikan bahwa yang tadi membangunkannya adalah Ibunya.
Karena bisa di bilang kalau dia jarang sekali mendapati ibunya berada di rumah dan membangunkannya di pagi hari. Dia tahu kalau ibunya sangat sibuk bekerja di restaurant.
"Cepat turun, sarapannya sudah siap,"
Nicholas bisa mendengar suara sosok perempuan yang sangat dia kenal itu menimpali apa yang baru saja dia tanyakan. Dan dengan cepat, Nicholas langsung melompat dari kasurnya, dan bergegas untuk mandi.
Raut wajah yang begitu bahagia itu terukir dengan sempurna di muka Nicholas saat ini, dia yang sedang bercermin di kamar mandinya, sambil menggosok giginya, tidak sabar untuk bisa segera bertemu dengan ibunya.
Setelah selesai menggosok gigi dengan bersih, dia lalu iseng untuk melihat giginya di cermin yang berada di depannya. Dia memicingkan bibirnya agar bisa melihat giginya,
"Apakah benar, kalau aku punya gigi taring?" Ujarnya sambil memeriksa giginya yang begitu rata tanpa taring sama sekali. Dia langsung membuyarkan lamunan sejenak nya saat tiba-tiba teringat akan sesuatu hal.
Setelah selesai bersiap, Nicholas menyambar ranselnya yang berada di meja belajarnya,
[Suara dari kejauhan]
"Iya, hari ini saya akan lunasi jatah bulanan rumah ini,"
Nicholas langsung terdiam seketika, saat mendengar perbincangan ibunya dengan pemilik tanah yang selalu meributkan hak rumah dan tanah dari ayahnya yang telah lama menghilang itu.
Meskipun jarak mereka berdua jauh, namun Nicholas bisa mendengar dengan jelas apa yang di katakan oleh Ibunya.
Dia menuruni tangga menuju ke bawah, dan lurus ke arah di mana ruang makannya berada.
"Wah baunya harum sekali, pasti enak." Nicholas berkata sambil tersenyum kepada Ibunya yang sekarang sedang sibuk menyiapkan sarapan paginya.
Laura menolehkan kepalanya, melihat kedatangan dari anak laki-laki nya, lalu dengan memberikan senyuman simpul pada Nicholas, lalu berjalan dengan perlahan menghampiri Nicholas.
"Ibu kangen banget sama kamu haha," Ucapnya sambil memeluk dengan erat Nicholas yang baru saja hendak mengambil waffle yang sudah di siapkan untuknya.
"Ahh, iya Mom, ayo kita sarapan dulu," Tukas Nicholas sambil terkekeh menimpali apa yang baru saja di katakan oleh ibunya.
Sebenarnya meskipun dia rindu dengan ibunya, namun kalau di berikan pelukan dan ciuman di pipinya, terkadang Nicholas merasa malu dan sungkan dengan ibunya sendiri.
"Ah iya ayo hehe," Jawab Laura sambil duduk di kursi yang dia sediakan tadi.
Di meja kayu berwarna coklat yang sekarang mereka gunakan untuk menikmati hidangan sarapan pagi, suasana tampak begitu hangat, meskipun pagi ini cuacanya agak sedikit mendung dan dingin.
[Suara Mobil]
Mata Nicholas terdiam dan menatap kosong ke arah depan, saat dia mendengar suara mobil yang dia kenal.
"Richard datang, dia ikut sarapan disini Mom,"
Nicholas tiba-tiba berkata demikian, yang membuat ibunya tentu saja bingung, dan melihat ke arahnya dengan tatapan yang aneh.
"Ah, okay, memangnya dia dimana sekarang..."
"Permisi, Nicholas..."
Belum sempat Laura bertanya tentang keberadaan dari teman baik Nicholas, yang baru saja dia bicarakan bersama dengannya. Namun sekarang laki-laki yang sedang di bicarakan oleh mereka berdua, sudah berada di teras rumah.
"Biar ibu saja yang bukain pintu," Ujar Laura sambil bangkit berdiri lalu bergegas menuju ke ruang tamu.
Dia membuka pintu dengan perlahan, dan saat dia buka pintu depan, dia sudah di sambut dengan laki-laki berpakaian santai, yang berada di depannya tepat.
Tersenyum dengan begitu lebar, "Loh anda di rumah? Saya kira anda berangkat bekerja," Ucap Richard sambil berbasa-basi, matanya tidak bisa berhenti untuk segera melihat keberadaan dari teman baiknya itu.
"Ah, iya hari ini aku ambil Libur kerja, jadi bisa di rumah. Ayo masuk ke dalam ikut sarapan bersama," Jawab Laura, mempersilahkan Richard untuk bisa masuk ke dalam rumah, dan tentunya menuju ke arah di mana Nicholas berada.
Raut wajah gembira itu menyeruak di muka Richard, saat dia melihat jikalau teman baiknya itu dalam keadaan yang baik-baik saja.
Dia mendekat ke arah Nicholas dan berbisik dari belakangnya, "Kamu berhutang cerita kepadaku," Ujarnya dan segera langsung duduk di sebelah Nicholas.
Namun Nicholas yang mendengar kalimat tersebut dari laki-laki yang berada di sebelahnya itu, dia hanya diam sambil tersenyum simpul. Mengiyakan apa yang di tanyakan oleh Richard, tanpa memberikan jawaban dengan bibirnya.
Mereka bertiga menikmati sarapan secara bersamaan, sebelum akhirnya Nicholas pamit kepada Ibunya untuk berangkat ke sekolah bersama dengan Richard.
"Ibu aku berangkat dulu yah,bye" Ujar Nicholas sambil melambaikan tangannya, dia meninggalkan ruang makan. Dan pergi bersama dengan Richard menuju ke mobil Jeep hitam yang sudah terparkir di depan rumahnya.
"Kamu tidak akan percaya," Ucap Richard seperti biasa, selalu datang dengan sebuah informasi yang pastinya akan sangat bermanfaat untuk di dengarkan.
"To the point aja, napa..." Tukas Nicholas kepada Richard sambil membuka pintu mobil Jeep dan segera masuk ke dalam mobil tersebut.
"Berita mayat yang terkubur di tengah hutan terlarang itu telah menyebar di sekolah. Dan hampir dari mereka semuanya, mengetahui akan hal itu." Richard mengatakan sambil menyalakan mobil jeepnya.
Dan memutar haluan menyetirnya, untuk bisa keluar dari halaman rumah Nicholas.
[Penciuman tajam terdeteksi...]
"Huh, bau apa ini? Apakah kamu membawa sandwich di ranselmu?" Nicholas berkata sambil menurunkan jendela kaca yang berada di sebelahnya.
"Bagaimana kamu tahu?"
"Ewww, sandwich ikan tuna, Astaga Richard, aku kan gak suka dengan bau dari makanan itu mengapa kamu membawanya?" Nicholas mengeluh kepada Richard, saat dia mencium bau sandwich ikan tuna di dalam mobilnya.
"Hei, Nicholas dengar. Tidak mungkin kamu bisa mencium bau dari sandwich ikan tuna ini." Jawab Richard sambil merogoh sesuatu di dalam ranselnya.
"Ibuku telah membungkusnya dengan rapi di dalam kotak makan siangku, dan dia lapisi dengan plastik pembungkus, yang pastinya membuat bau dari dalam kotak bekal ini, tidak akan keluar kemana-mana."
"Hebat juga yah, penciuman mu," Ujar Richard, yang langsung membuat Nicholas menoleh dengan cepat ke arahnya.