Tatapan Nicholas begitu tajam kepada laki-laki yang sekarang berada di hadapannya, dia berhasil memegang dengan erat kepalan tangan laki-laki yang hendak memukul wajahnya barusan,
Tentu saja hal itu menjadi pusat perhatian oleh seluruh murid yang berada di lorong tersebut. Karena sejak dari dulu, tidak ada yang berani melawan Elliot. Karena siapapun yang berhadapan dengannya, pasti akan mendapatkan sebuah masalah pada waktu pulang dari sekolah.
"Argghhh, lepas!"
Elliot mengerang kesakitan, pada saat kepalan tangannya yang digenggam oleh tangan kanan Nicholas, diremas dengan begitu kuat.
Terlihat tatapan tajam Nicholas dan senyuman tipis dari wajahnya, membuat Elliot semakin kebingungan, karena sejak dari dulu dia tidak pernah melihat jikalau laki-laki yang sedang menghalau pukulan darinya itu bisa menunjukkan wajah yang demikian.
"Krakk"
"Awwwwwhhh!!!"
Semua mata langsung terbelalak dengan lebar, pada saat mereka juga bisa mendengar retakan tulang yang berbunyi di jemari tangan Elliot, serta teriakan kesakitan darinya.
Richard yang mengetahui hal tersebut, dia langsung melepaskan diri dari pegangan teman-teman Elliot, karena pada waktu melihat Nicholas melakukan hal tersebut, dia harus segera bertindak, jika tidak maka akan ada sebuah berita berubah nantinya di sekolah mereka.
Teman-teman dari Elliot yang memegangi tangan Richard, mereka tidak menghalangi pada waktu laki-laki tersebut meloloskan diri dari mereka, yang sekarang menjadi perhatian dari mereka semuanya adalah ketua pemimpin gengnya yang terlihat tidak berdaya di depan laki-laki kutu buku itu.
Richard berlari menuju ke arah di mana Nicholas berada, dan lalu memegang tangan laki-laki tersebut sambil berbisik kepadanya, "Nicholas sadar, kita harus segera masuk dalam kelas!" Richard berkata dengan agak panik, karena dia mengetahui jikalau teman baiknya itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Karena dia ingat pada waktu membaca di sebuah artikel, Werewolf akan sangat menakutkan Jikalau emosinya sudah memuncak, dan dia tidak bisa terkendalikan ketika dalam amarahnya yang begitu besar.
"Nicholas!"
Setelah Richard berteriak dengan nada yang lumayan tinggi, laki-laki tersebut langsung mengerjapkan matanya beberapa kali, dan melihat kearah dimana Richard berada di.
"Huh, iya," Nicholas menjawab sambil melepaskan genggaman tangannya yang memegang kepalan tangan dari Elliot.
Dan mereka berdua dengan cepat langsung menuju ke dalam kelas, sedangkan Elliot yang baru saja di lepaskan genggaman tangannya dari laki-laki kutu buku itu, dia langsung memegangi tangan kirinya, dengan raut wajah yang begitu kesakitan. Dan setelah itu teman satu geng nya langsung mendekat kearahnya.
"Hei, bro apakah kamu tidak apa-apa?" Lukas bertanya kepada Elliot,
"Apakah kamu tidak melihat!?" Bentaknya kepada temannya yang baru saja menanyakan hal tersebut kepadanya. "Awas saja, Reiss. Aku akan membalasmu!" Elliot berdesis sambil menatap tajam ke arah dimana Nicholas dan Richard berjalan.
"Kamu gila, kamu bisa saja menghancurkan tangan anak pejabat!" Richard berbisik sambil melihat sekelilingnya, karena mereka berdua sekarang menjadi pusat perhatian semua murid yang berada di lorong tersebut.
"Aku juga tidak tahu, yang aku rasakan tadi cuma ingin menghancurkan sesuatu hal!" Nicholas menjawab sambil melihat jemari tangannya.
"Kamu gila, kamu harus bisa mengontrol dirimu Reiss," Richard berdesis sambil mencengkram lengan Nicholas namun tidak terlalu keras. Dan mereka berdua sekarang duduk di bangku masing-masing.
Tak lama setelah Nicholas dan Richard duduk di bangku mereka masing-masing, tiba-tiba perempuan berambut gelombang berwarna hitam itu masuk ke dalam ruangan kelas tersebut.
Tentu saja hal itu langsung membuat pandangan Nicholas tertuju kearah perempuan tersebut.
Emily, apakah dia satu kelas denganku hari ini?. Nicholas bergumam sambil menarik simpul bibirnya, agar terlihat lebih menawan di hadapan perempuan yang dia sukai itu.
Dan tidak disangka jikalau ternyata Emily menanggapi senyuman darinya, lalu perempuan itu memutuskan untuk duduk dibelakang, yang jaraknya tak terlalu jauh dari di mana Nicholas berada.
Senyuman lebar Nicholas itu tidak kunjung pudar dari wajahnya. Baru kali ini rasanya dia tersenyum hingga giginya terlihat semuanya, sambil melihat kearah depan.
[Drttt...Drttt...Drttt]
Tubuh Nicholas langsung bergerak dengan sendirinya, pada saat dia merasakan sebuah getaran berada di saku celananya.
Dengan perlahan Nicholas merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya, karena mumpung belum ada guru yang masuk ke kelas tersebut, dia memutuskan untuk melihat lebih dahulu siapa yang mengiriminya pesan.
Matanya melebar bahagia, rasanya seperti ingin copot dari wajahnya, saat ternyata dia mendapatkan pesan dari perempuan yang dia sukai.
[Dari : My Emily]
[Yang kamu lakukan tadi di lorong, kamu tampak keren.]
Senyuman yang sebelumnya sudah lebar, dan pada waktu dia membaca pesan tersebut dari Emily, senyumannya semakin lebar di raut wajahnya.
Raut wajah kegirangan darinya terlihat begitu sempurna di wajahnya, karena rasanya saat ini dia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya pada waktu mendapatkan pesan dari perempuan yang dia suka.
Nicholas tidak membalas pesan dari Emily, namun dia hanya tersenyum dan dan memutuskan untuk dengan perlahan melirik kearah belakang, dimana Emily berada.
Pada saat Nicholas melihat kearah belakang, diam melihat jikalau ternyata Emily juga melihat ke arahnya, hingga akhirnya tatapan mereka terkunci menjadi satu, dan senyuman mereka terjalin menjadi satu.
Dan tentu saja hal itu membuat mata Richard terbelalak dengan lebar, pada waktu melihat kearah dimana Nicholas dan Emily berada.
"Benarkah?" Richard mendesis sambil melihat bolak-balik dari Nicholas menuju ke Emily dan begitu seterusnya.
"Baiklah semuanya perhatian,"
Semua mata langsung memandang ke arah depan, pada saat mendengar suara tersebut datang secara tiba-tiba.
Nicholas langsung memalingkan wajahnya dan melihat kearah dimana suara tersebut berasal.
Dan mereka yang berada di dalam ruangan tersebut terlihat bingung karena tiba-tiba melihat ada sosok perempuan yang mereka tidak kenal sebelumnya.
Perempuan dengan tampilan yang begitu modis, rambut hitamnya di gelung dengan rapi di belakang, memakai kacamata berwarna hitam, hidung mancungnya dengan mantap menopang kaca mata yang dia pakai, bibir kenyal tipisnya terlihat begitu merona dengan warna merah terang, dan pakaian ketatnya membuat lekuk tubuhnya begitu terlihat sangat menggoda.
"Kenalkan semuanya, namaku adalah Jessica Warner, kalian bisa memanggilku Jessica, dan aku adalah guru untuk mata pelajaran Sejarah kalian. Karena Pak Raymond tidak bisa hadir dikarenakan sakit. Jadi aku akan menggantikannya untuk beberapa kali pertemuan, sampai dia sembuh dari sakitnya." Jessica mengenalkan diri kepada muridnya, sambil tersenyum dengan begitu lebar kepada 20 muridnya yang berada di ruangan tersebut.
"Ada pertanyaan?" Dia bertanya kembali kepada muridnya, untuk memastikan jikalau mereka yang berada di dalam ruangan tersebut telah mengerti dengan apa yang baru saja dia katakan.
Mereka semuanya hanya diam dan tidak bersuara sama sekali.