Mereka berdua membawa Nicholas menuju ke ruang kesehatan, dan merebahkan tubuhnya yang lemas itu di di ranjang pasien yang berada di tempat tersebut.
"Okey, sekarang Apa yang harus kita lakukan?" Richard bertanya bingung pada saat melihat teman baiknya lemas berada di atas ranjang pasien.
"Aku coba cek dulu," ucap Emily Sambil memegang pergelangan tangan dari Nicholas, mencoba untuk mengecek denyut nadi dari laki-laki tersebut.
"Aku rasa yang terjadi padanya saat ini, sama seperti kejadian yang menimpanya beberapa hari lalu, karena kondisinya hampir sama dengan sebelumnya," Richard berkata sambil melihat wajah Nicholas yang mulai pucat itu.
"Apa yang terjadi dengannya?" Emily bertanya penasaran dan melihat kearah dimana Richard berada.
Richard langsung membelalakkan matanya, pada waktu Emily bertanya akan hal tersebut, karena dia langsung teringat dengan kejadian yang agak kurang masuk akal untuk jelaskan.
"Ah, itu hmmm, serangan panik saja." Jawab Richard dengan agak terbata, lalu dia mencoba untuk mengalihkan pandangan dari Emily.
Hampir saja aku keceplosan mengenai kejadian tersebut, Untung saja Mulutku masih bisa terkendali dan tidak keceplosan seperti biasanya. Batin Richard sambil duduk di kursi yang berada di sebelah ranjang pasien tersebut.
"Oh begitu," ujar Emily menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Kalau dari yang aku lihat, dia tidak apa-apa, namun aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Karena menurut pengetahuanku, dia bukan hanya terkena serangan panik saja." Emily Berkata dan tangan kanannya masih memegangi pergelangan tangan dari Nicholas, dia mencoba untuk mengecek denyut nadinya memastikan keadaan dari laki-laki tersebut.
Dan pada waktu melihat ke arah wajah dari Nicholas, dia agak menyipitkan matanya karena seperti melihat sesuatu di wajah Nicholas.
"Richard tolong ambilkan aku tisu," Emily meminta kepada Richard untuk bisa mengambilkan tisu yang berada tak jauh darinya, karena saat ini Emily rasanya menyadari sesuatu yang membuat tubuh Nicholas menjadi lemas.
"Hah, baiklah," Richard menimpali dengan agak bingung, namun dia menuruti apa yang diminta oleh perempuan itu. Dia mengambil tisu yang berada di sebelah kanannya, lalu dia berikan kepada Emily.
"Sekalian tolong ambilkan aku air, kamu taruh di dalam gelas aja." Ujar Emily menambahkan kepada Richard, setelah laki-laki tersebut memberikan tisu kepadanya.
"Hah, really?" Richard menimpali dengan raut wajah yang tidak percaya, pada saat dia sekarang menjadi orang yang disuruh-suruh oleh Emily.
"Kamu mau tidak agar temanmu cepat pulih, atau aku tinggal saja?" Emily Berkata sambil bangkit dari duduknya, pada saat melihat bahwa ekspresi dari Richard rasanya tidak menyukai waktu dia dimintai bantuan olehnya.
"Ah, tidak, tidak aku hanya bercanda, Iya aku akan segera ambilkan." Richard menjawab dengan agak tergagap, langsung dia bergegas menuju ke kamar mandi untuk mengambil air. Meskipun Sebenarnya dia agak meragukan perempuan tersebut, Namun Tidak ada salahnya untuk mencoba Jikalau memang Emily bisa melakukannya.
"Siapa dia, berani-beraninya menyuruhku. Kalau bukan karena dia mau mengurusi teman baikku, Aku tidak mau menuruti apa yang dia minta!" Richard berdesis sambil mengambil air di wastafel, lalu dengan perlahan dia membawanya menuju ke ruangan itu kembali.
Richard langsung memberikan segelas air putih pada perempuan itu, dengan raut wajah yang agak bingung pada saat melihat jikalau Emily sepertinya mengetahui sesuatu namun dia tidak mau mengatakannya.
"Ah, makasih ya," ucap Emily sambil tersenyum kepada Richard, lalu dia dengan cepat memasukkan selembar tisu tersebut ke dalam gelas bening berisikan air, namun tidak memasukkannya sampai semuanya basah.
Richard hanya diam dan memperhatikan dengan seksama apa yang hendak dilakukan oleh Emily kepada Nicholas.
Aku tidak tahu apakah ini seperti dugaanku, karena aku pernah belajar sedikit mengenai wolfsbane dengan kakak laki-laki ku, dan aku rasa yang sekarang berada di permukaan kulit wajah Nicholas, adalah serbuk wolfsbane. Batin Emily sambil dengan perlahan mengusapkan tisu ke wajah Nicholas.
Richard yang melihat perempuan tersebut mengusapkan tisu seperti mengelap ke wajah Nicholas, dia hanya diam dan mencoba untuk berpikiran positif. Karena dirinya juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Nicholas.
Richard mendekatkan wajahnya ke arah Emily, untuk bisa melihat Sebenarnya apa yang sedang dilakukan oleh perempuan itu.
Emily yang sedang fokus untuk bisa mengusap serbuk berwarna ungu yang berada di wajah Nicholas, pandangannya teralihkan pada saat melihat laki-laki yang berada di depannya tiba-tiba mendekatkan wajah ke arahnya, dan melihat dengan jeli ke wajah Nicholas.
"Bisakah kamu agak munduran sedikit, karena aku agak terganggu dengan tatapanmu yang super-super aneh itu." Emily Berkata sambil melihat aneh kearah dimana Richard berada, dan tentunya Hal itu membuat Richard langsung memundurkan dirinya begitu jauh dari Emily, sambil memberikan ekspresi raut wajah yang juga aneh.
"Tenang saja aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kepadamu kok, aku hanya memastikan jikalau teman baikku baik-baik saja." Richard berkata dengan nada yang agak kesal, pada saat Emily mengatakan demikian.
Emily tidak menjawab apa yang baru saja dikatakan oleh Richard, dia tetap fokus untuk bisa membersihkan wajah Nicholas dengan tisu yang sudah dia basahi barusan.
Dan pada waktu dia sudah selesai melakukan hal tersebut, Emily mengangkat tisu yang dia gunakan, dan dia melihat dengan jeli tisu tersebut.
'Hmmm, ternyata memang benar dugaan ku, bahwa serbuk ungu yang berada di wajah Nicholas adalah serbuk Wolfsbane. namun siapa yang melakukannya? Dan tujuannya apa? Kan Nicholas bulan were...wolf... Hah tidak mungkin,' batin Emily dengan raut wajahnya yang mulai panik.
"Hei, apa yang sedang kamu lakukan?" Richard bertanya dengan penasaran saat melihat Emily sedang memperhatikan tisu yang dia pegang.
"Ah, tidak apa-apa kok," Jawab Emily sambil menyembunyikan tisu yang dia pegang, lalu dia melihat kembali ke arah di mana Nicholas berada.
Hmmm, ada apa sebenarnya, pasti dia menyembunyikan sesuatu, karena terlihat sekali dari raut wajahnya, dia kira dia bisa menyembuhkannya dariku. Hah, jangan harap. Batin Richard dan berjalan mendekati Emily.
"Richard,"
Richard langsung menghentikan langkahnya dan melihat ke arah dimana suara itu berasal. "Nicholas," Dengan segera Richard langsung menghampiri Nicholas.
"Bagaimana keadaan mu? Apa yang kamu rasakan saat ini? Apakah pusing? Atau kamu..."
"Hei, tenang saja, aku sudah merasa baikan kok," Ucap Nicholas memotong apa yang baru saja di katakan oleh Richard, karena temannya itu kalau sudah khawatir pasti akan mempertanyakan banyak hal padanya dalam waktu yang sama.
"Huh, syukurlah kalau begitu, btw kamu apakan dia? Kok bisa langsung baikan?" Richard bertanya kepada Emily yang berdiri agak jauh dari ranjang pasien.
Dan spontan Nicholas melihat ke arah di mana Emily berada, dia baru menyadari jikalau ternyata perempuan yang dia suka berada di ruangan yang sama saat ini.
"Emily," Nicholas berkata sambil tersenyum kepada Emily.
"Ah, Hai, aku hanya membantu Richard membawamu ke ruang kesehatan." Jawab Emily dengan agak gugup.
"Hmmm, aku rasa aku harus segera pergi," Emily berkata dengan agak terburu-buru, dia melangkahkan kaki cepat hendak meninggalkan ruangan tersebut.
"Ah, Emily tunggu sebentar."
Emily langsung menghentikan langkahnya, pada saat dia mendengar jikalau Nicholas memanggil namanya.
Dengan perlahan dia menolehkan pandangannya kearah di mana laki-laki tersebut sambil tersenyum simpul. "Ya, ada yang bisa ku bantu lagi?" Emily bertanya untuk memastikan.
"Ah, hmm untuk acara pesta dansa,"
"Iya, aku mau,"
Belum sempat Nicholas menyelesaikan kalimat nya, Emily langsung memberinya sebuah jawaban. Lalu perempuan itu bergegas pergi meninggalkan ruangan kesehatan.
Senyuman lebar itu langsung terukir dengan sempurna di wajah Nicholas.