Chapter 8 - KESADARAN WILLIAM

"Ya Tuhan, William!! selalu itu yang ada di pikiran kamu. Baiklah terserah kamu, kapan kamu mau menikah. Aku tidak memberikan pendapatku lagi." ucap Sheisha dengan kepala yang semakin pusing ingin meledak.

"Ciiiitttttttt!!"

William menghentikan mobilnya dengan menekan rem sangat keras tepat di depan sebuah tempat suci beribadah.

"Apa kamu membantah ucapanku Sheisha?" ucap William dengan tatapan tidak senang.

Sheisha sangat terkejut dengan apa yang di lakukan William, jantungnya hampir saja terlepas dari tempatnya.

Agar William semakin tidak marah, Sheisha memberanikan diri meraih tangan William.

"Dengar Will, aku tidak membantah ucapanmu, aku hanya menjelaskan padamu apa yang sebenarnya terjadi. Aku dan Harry tidak ada hubungan apa-apa. Kita hanya sebatas teman dan sahabat." ucap Sheisha dengan wajah sedikit takut dengan kemarahan William yang tak terkendali.

"Aku bukan laki-laki bodoh Sheisha, aku pasti akan mengungkap hubungan gelap kalian." ucap William dengan wajah terlihat mengeras.

Mendengar ucapan William, Sheisha hanya bisa terdiam tidak membantah ucapan William lagi.

"Baiklah, kamu bisa membuktikan kata-katamu itu nanti Will. Yang penting kita sekarang harus pergi ke EO teman kamu kan? apa kamu ingin dia menunggu lama?" tanya Sheisha dengan tatapan lembut berusaha menenangkan hati William.

William terdiam sesaat dengan wajah mengeras.

"Baiklah, aku akan melanjutkan perjalanan kita. Tapi sebelum itu kamu harus mencium bibirku. Kamu tahu! dari sejak aku pulang dari rumah sakit, kamu sama sekali tidak pernah menciumku?" ucap William menatap dalam wajah Sheisha.

Sheisha menghela nafas panjang, bagaimana bisa dia bisa melakukan hal itu kalau sikap William sama sekali tidak manis padanya. Malah semakin membuatnya takut.

"Baiklah Will, pejamkan matamu." ucap Sheisha berusaha mengembalikan perasaan cintanya yang pernah ada dan sebenarnya masih ada.

Walau William sangat menyakiti hatinya, dalam hati Sheisha paling dalam masih sangat mencintai William.

Dengan penuh perasaan dan hati yang tulus, Sheisha memeluk William dan mendekatkan wajahnya dengan wajah William.

Tubuh William bergetar hebat saat Sheisha memeluknya. William mengangkat wajahnya dan menatap wajah Sheisha dengan tatapan berkabut, ada perubahan pada tatapan kedua mata William. Terlihat tatapan mata yang begitu menderita.

"Ada apa denganmu Will? kenapa wajahmu tiba-tiba pucat dan tubuhmu gemetar? apa kamu merasakan sakit Will?" tanya Sheisha dengan tatapan heran. Karena baru hari ini, Sheisha merasakan tatapan William seperti William yang dulu. Yang menatapnya dengan penuh cinta.

"Sheisha... Sheisha, akhirnya aku bisa melihatmu kembali sayang." ucap William memeluk Sheisha dengan sangat erat.

"Ada apa denganmu Will, bukannya aku selalu bersamamu? dan setiap hari kita bertemu?" tanya Sheisha semakin bingung dengan sikap William yang baru saja marah-marah dan sekarang terlihat sabar seperti William yang dia kenal dulu.

"Aku...aku merasa baru terbangun dari mimpi yang panjang. Sepertinya aku mengalami mimpi yang buruk Sheisha. Apa yang terjadi padaku Sheisha?" tanya William seraya mengamati wajah Sheisha dengan tatapan rindu.

"Kamu mengalami kecelakaan William, dan kamu amnesia. Kamu tidak bisa mengenaliku sama sekali, bahkan kamu juga tidak mengenali Harry sahabat yang kamu sayangi." ucap Sheisha dengan tatapan serius.

"Aku melupakanmu dan Harry? tidak Sheisha. Bagaimana mungkin aku melupakanmu, wanita yang sangat aku cintai dan Harry saudaraku?" ucap William dengan suara hampir tercekat.

"Tapi itu kenyatannya dalam seminggu ini Will. Padahal menurut Dokter Ruth, kamu tidak mengalami apa-apa di kepala kamu." ucap Sheisha dengan tatapan mengerti. William benar-benar telah berubah kembali seperti yang dulu di kenalnya.

"Em... baiklah Sheisha, mungkin dalam satu Minggu ini aku memang mengalami amnesia. Tapi sekarang, aku telah mengingat semuanya. Maafkan aku, aku pasti membuatmu takut bukan?" ucap William dengan sebuah tanda tanya yang besar dalam hatinya.

"William, apa kamu melupakan sesuatu?" tanya Sheisha saat baru ingat kalau William baru saja memintanya untuk di cium.

"Melupakan apa?" tanya William dengan tatapan penuh.

"Kita baru akan pergi ke EO teman kamu, setelah aku menciummu." ucap Sheisha dengan jujur.

"Apa? aku memintamu menciumku? dan kenapa kita harus ke EO sekarang? bukankah sudah ada kesepakatan kalau kita ke EO untuk prewedding setelah rekaman lagu kamu selesai dalam dua bulan ke depan ini?' tanya William dengan tatapan serius.

"Itulah William, aku juga bingung denganmu. Kamu memintaku kita akan menikah secepatnya dalam dua Minggu ini." ucap Sheisha tanpa menyembunyikan apapun lagi menceritakan semuanya tentang kejadian tujuh hari terakhir yang di lakukan William.

Kedua mata William semakin berkabut tidak kuasa menahan kesedihan yang di alami Sheisha dan Harry.

"Aku berbuat seperti itu padamu Sheisha? bagaimana perasaanmu saat mengalami semua itu? kamu pasti menderita sekali. Tolong maafkan aku Sheisha." ucap William dengan perasaan bersalah.

"Aku sudah memaafkanmu Will, bahkan Harry sama sekali tidak pernah marah padaku." ucap Sheisha dengan sungguh-sungguh.

"Aku harus menghubungi Harry dan meminta maaf padanya." ucap William seraya mengambil ponselnya dan segera menghubungi Harry.

"Hallo, Harry kamu di mana sekarang?" tanya William dengan wajah serius.

"Aku ada di kantor, ada apa Will? apa kamu sudah percaya kalau Sheisha sedang sakit sekarang?" ucap Harry di sana dengan perasaan cemas.

"Apa Harry? Sheisha sakit? tapi Sheisha tidak mengatakan apa-apa padaku. Dan aku meneleponmu saat ini ingin minta maaf padamu. Sheisha sudah menceritakan semua sikapku selama tujuh hari terakhir ini. Aku benar-benar tidak tahu dengan apa yang telah aku lakukan pada kalian berdua." ucap William dengan perasaan menyesal karena sama sekali tidak mengingat semuanya.

"William aku hanya meminta padamu, kamu harus ingat dengan janjimu padaku dua tahun yang lalu sebelum kamu berhubungan dengan Sheisha. Aku tidak ingin kamu melanggar janji mu itu Will." ucap Harry dengan serius.

"Tentu aku akan selalu mengingatnya Harry, dan aku akan menepati janjiku itu untuk selalu membahagiakan Sheisha walau seharusnya kamu yang lebih berhak untuk memilikinya." ucap William dengan suara bergetar menutup panggilannya.

Masih teringat dengan jelas dalam ingatan William pada dua tahun yang lalu. Harry memilih mundur dan menyimpan perasaannya hanya karena demi dirinya yang juga mencintai Sheisha.

Demi persahabatan Harry tidak mengatakan perasaannya pada Sheisha.

"William, ada apa? apa Harry marah padamu?" tanya Sheisha dengan tatapan mengerti akan pembicaraan William dengan Harry.

"Tidak ada apa-apa dan Harry juga tidak marah padaku, karena kamu tahu bagaimana persahabatanku dengannya. Dan bagaimana dia menyayangi kita. Sebaiknya sekarang kita pulang saja karena Harry bilang kalau kamu saat ini sedang sakit. Kenapa kamu tidak mengatakan padaku kalau kamu sakit Sheisha?" tanya William seraya menggenggam tangan Sheisha.

"Aku sudah mengatakan padamu kalau aku sedang sakit saat ini Will, tapi kamu tidak percaya dan tetap mengajak aku ke tempat teman kamu untuk acara prewedding kita." ucap Sheisha dengan hati dan pikiran semakin bingung.