"Terima kasih Harry, dan kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa yang menghubungimu tadi?" tanya Sheisha dengan tatapan penuh.
"Dia mengaku temanku sekolah saat SMA, namanya Jenni. Dia punya Perusahaan yang memproduksi product kecantikan untuk wanita dan pria. Saat ini dia butuh seseorang untuk menjadi brand perusahaannya. Apa kamu mau menerima penawarannya?" tanya Harry dengan wajah serius.
Sheisha terdiam mendengar penjelasan Harry.
"Harry, mungkin sudah waktunya aku untuk bangun dari mimpi sedih ini. Aku harus kembali beraktifitas agar aku bisa melupakan kesedihanku." ucap Sheisha dengan wajah serius.
"Aku senang mendengarnya Sheisha, semoga dengan kamu sibuk kembali kamu bisa melupakan hal yang membuatmu sedih." Ucap Harry dengan sebuah senyuman merasa lega melihat Sheisha bersemangat lagi.
"Harry, apa kita berangkat sekarang ke kantor? sebelum aku menerima tawaran teman kamu, aku ingin memeriksa penawaran lainnya dulu." ucap Sheisha dengan tatapan penuh.
"Oke...kamu bisa memilih tawaran yang kamu suka. Ayo...kita berangkat." ucap Harry seraya mengulurkan tangannya dengan perasaan bahagia.
Dengan tersenyum Sheisha menyambut uluran tangan Harry dan berjalan keluar dari Apartemen.
Dalam perjalanan ke kantor Sheisha, Harry tidak banyak bicara selain menatap wajah cantik Sheisha yang tersenyum menatap ke arah jalanan.
Tiba di kantor, segera Harry keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Sheisha.
"Terima kasih Harry." ucap Sheisha selalu tersentuh dengan sikap manis Harry. Tapi sayangnya perasaan dan cinta Sheisha tidak pernah berpaling ke yang lain selain hanya pada William.
Dalam genggaman tangan Harry, Sheisha masuk ke dalam kantornya. Tidak ada yang berubah dari ruang kantornya tetap bersih dan rapi.
"Harry, di mana kamu letakkan semua berkas tawaran kontrak kerjaku?" tanya Sheisha setelah duduk di kursi kerjanya.
"Tunggu sebentar." ucap Harry sedang menyalakan AC agar Sheisha tidak merasa gerah.
Setelah menyalakan AC, Harry membuka laci meja kerja Sheisha dan mengeluarkan beberapa kontrak kerja yang selama sebulan hanya tergeletak begitu saja di meja.
"Lumayan banyak juga Har, aku tidak percaya ini." ucap Sheisha sambil melihat-lihat kontrak kerja yang menurutnya cocok dengan hatinya.
"Kontrak kerja itu sudah terkumpul selama satu bulan. Dan aku tidak tahu bagaimana dengan kelanjutan kontrak itu, akan tetap menjadi milikmu atau sudah menjadi milik orang lain. Sekarang kamu pilih saja mana kontrak tawaran kerja yang menurutmu kamu sukai, setelah itu aku akan menghubungi mereka." ucap Harry sambil mengeluarkan minuman dingin dari kulkas dan di letakkan di atas meja Sheisha.
"Baiklah Harry, aku akan mempelajari semua tawaran kontrak kerja ini." Ucap Sheisha dengan serius membuka satu-satu kontrak kerjanya dan mempelajarinya dengan cermat.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya Sheisha mendekati Harry yang duduk santai di kursi sofa.
"Harry, aku rasa..aku tidak memilih ini semua." ucap Sheisha sambil menundukkan wajahnya.
"Lalu, apa tidak ada pilihan lagi Sheisha? kalau semua kamu tolak bagaimana kamu bisa bekerja?" tanya Harry dengan tatapan tak mengerti.
"Tidak juga Harry, aku tetap akan bekerja dengan satu kontrak saja. Yaitu tawaran kontrak kerja teman kamu itu." ucap Sheisha dengan tatapan serius.
"Jadi kamu menerima tawaran kontrak kerja dari Jenni?" tanya Harry dengan tatapan tak percaya.
"Tapi Sheisha, perusahaan jenni baru berdiri dan berkembang. Produknya masih belum menembus pasaran. Kamu akan bekerja keras dengan pekerjaan ini." ucap Harry dengan perasaan cemas Sheisha tidak akan bisa membuat produk laku keras. Apalagi wajah Sheisha akan menjadi brand perusahaan Jenni.
"Kamu jangan cemas Harry, aku senang teman kamu sudah memilihku untuk menjadi brand produknya itu berarti dia sudah percaya padaku. Aku tidak akan mengecewakan temanmu itu." ucap Sheisha dengan tersenyum.
"Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan. Aku akan menghubungi Jenni. Tunggu sebentar." ucap Harry kemudian segera menghubungi Jenni.
"Hallo... dengan Jenni." ucap Harry sambil menatap Sheisha yang juga sedang menatapnya.
"Hallo... Harry?? akhirnya kamu menghubungiku juga. Bagaimana Harry? apa Sheisha menerima tawaran kontrak kerjaku?" tanya Jenni dengan suara terdengar keras dan antusias.
"Benar Jen, Sheisha menerima tawaran kontrak kerja kamu. Jadi kapan kita bisa bertemu. Karena kita harus banyak membahas segala hal. Apalagi kamu belum mengirim kontrak kerja itu kan?" ucap Harry hanya menerima penjelasan Jenni dari telepon belum memberikan kontrak kerja yang original.
"Oke, Harry. Kita bisa bertemu Restoran Korean nanti malam jam tujuh. Aku akan membawa kontrak kerja itu." ucap Jenni setelah itu menutup panggilannya.
"Bagaimana Harry, kita jadi bertemu Jenni di mana?" tanya Sheisha dengan tatapan dalam.
"Jam tujuh malam di restoran Korean kita akan bertemu dengan Jenni." ucap Harry sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
Untuk sesaat Sheisha terdiam kemudian menatap Harry.
"Harry, kalau Jenni adalah teman kamu, kenapa kamu sama sekali tidak mengingat wajahnya? apa kamu sama sekali tidak ingat?" tanya Sheisha dengan tatapan heran.
"Aku tidak tahu, yang aku tahu saat SMA aku jarang berteman dengan wanita." ucap Harry dengan jujur.
"Benarkah? aku sama sekali tidak percaya wajah setampan kamu tidak banyak teman wanita. Saat kuliah saja kamu menjadi rebutan." ucap Sheisha dengan tersenyum.
Wajah Harry memerah mendengar ucapan Sheisha.
"Hanya menjadi rebutan saja tapi tidak ada yang mau menjadikan aku pacar." ucap Harry merasa lega bisa melihat senyuman Sheisha lagi.
"Bukan tidak ada yang mau, tapi kamu saja yang tidak mau. Kenapa Harry? kenapa kamu takut menjalin hubungan dengan seorang wanita? apa mereka menakutkanmu?" tanya Sheisha dengan tatapan tak mengerti.
Sudah empat tahun lamanya bersahabat dengan Harry, Sheisha tidak pernah melihat Harry menjalin hubungan dengan salah satu dari sekian banyak teman-teman wanita yang mengejarnya.
"Kalau seorang wanita sangat menakutkan bagiku, mungkin aku juga takut padamu." ucap Harry dengan memicingkan matanya.
Sheisha tersenyum kemudian tertawa kecil membuat hati Harry berdebar-debar.
"Benar juga yang kamu katakan, lalu alasannya apa? berikan aku satu alasan saja. Kenapa kamu tidak mau menjalin hubungan dengan mereka?" tanya Sheisha dengan wajah serius.
"Karena aku sudah mencintai salah satu wanita dalam hidupku." Ucap Harry merasa jantungnya semakin berdetak sangat kencang saat Sheisha menanyakan tentang hal pribadinya.
"Umm...aku tahu, dia wanita cinta pertama kamu saat kamu pertama kali kuliah. Dan sampai sekarang kamu tidak pernah mengatakan padaku siapa dia? aku benar-benar sahabat yang buruk bagimu ya? sampai untuk masalah hati kamu tidak pernah mengatakannya padaku." ucap Sheisha dengan bibir cemberut.
Harry menghela nafas panjang menatap penuh wajah Sheisha.
"Bukankah sebelum William pergi sudah mengatakannya padamu? siapa wanita yang aku cintai? hanya saja kamu tidak mempercayainya." ucap Harry dengan suara parau.
"William mengatakannya padaku? kapan?! aku tidak pernah mendengarnya." ucap Sheisha seraya bangun dari duduknya namun tangan Harry menahannya.