Chapter 15 - PINGSAN

"William mengatakannya padaku? kapan?! aku tidak pernah mendengarnya." ucap Sheisha seraya bangun dari duduknya namun tangan Harry menahannya hingga tubuhnya oleng dan terjatuh dalam pangkuan Harry.

Untuk sesaat Sheisha tertegun menatap kedua mata Harry sambil memeluk leher Harry dengan erat.

Harry menelan salivanya kemudian melepas pelukannya dengan pelan.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Harry dengan wajah memerah merasa bersalah.

"Aku tidak apa-apa." ucap Sheisha dengan perasaan malu berdiri tegak sambil menenangkan hatinya.

"Aku masih belum selesai bicara denganmu Sheisha, kenapa kamu mau pergi begitu saja." ucap Harry sudah terlanjur basah ingin mengungkapkan perasaannya pada Sheisha.

"Aku tidak kemana-mana Harry, aku hanya mau ambil minum saja." ucap Sheisha merasa gugup dengan tatapan Harry yang menatapnya tak berkedip.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku Sheisha? Kamu sudah tahu kan kalau aku mencintai kamu? Kamu pasti mendengar dengan jelas apa yang dikatakan William padamu kalau aku lebih dulu mencintaimu sebelum William datang dengan cintanya." ucap Harry dengan suara pelan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Harry, sungguh...aku benar-benar tidak tahu tentang perasaanmu itu. Seandainya aku tahu sebelumnya..." ucap Sheisha dengan wajah tertunduk tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan perasaannya pada Harry kalau dulu dia mempunyai perasaan yang sama pada Harry.

Namun saat William datang dalam kehidupannya dan menyatakan cintanya tidak ada alasan bagi Sheisha menolak cinta William.

William seorang Pria yang tampan dan ramah juga sangat sabar dan penyayang. Walau William seorang CEO muda dan kaya raya hal itu tidak membuat William sombong.

Dan sejak itu cinta Sheisha pada Harry beralih pada William apalagi Harry tidak pernah mengatakan cintanya pada Sheisha.

"Apa yang ingin kamu katakan Sheisha? jujurlah padaku. Kamu jangan cemas, aku sudah berjanji pada William untuk menjagamu sampai William kembali." ucap Harry berharap Sheisha juga pernah memiliki perasaan yang sama.

Sheisha menatap penuh wajah Harry kemudian menggenggam tangan Harry dengan erat.

"Aku sangat menyayangimu Harry, kamu tahu? kehadiran kamu sangatlah berarti bagiku. Seperti halnya kehadiran William dalam hidupku. Tapi kamu tahu kan, ada perbedaan antara hubungan kita dengan hubunganku dan William." ucap Sheisha berusaha menjelaskan posisi Harry dan William dalam ruang hatinya.

Harry menahan nafasnya sambil menganggukkan kepalanya sangat mengerti dengan maksud ucapan Sheisha.

"Aku mengerti apa yang kamu katakan Sheisha. Aku sangat tahu di mana posisiku saat ini di dalam hatimu. Aku sudah bahagia bisa selalu dekat denganmu." ucap Harry dengan sebuah senyuman.

Dalam hati Harry sangat paham, perasaan Sheisha padanya hanyalah perasaan sayang pada seorang sahabat bukan pada seorang kekasih.

Sheisha menatap wajah Harry kemudian tersenyum sambil mengusap wajah Harry. "Kamu sahabatku yang terbaik Harry, aku sangat tergantung padamu. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada hidupku jika tidak ada kamu." ucap Sheisha dengan tatapan sungguh-sungguh.

"Kamu juga sahabatku satu-satunya yang terbaik." ucap Harry berjanji dalam hati akan menyimpan perasaan cintanya sampai mati.

"Hem... sekarang apa yang harus aku kerjakan lagi Harry?" tanya Sheisha dengan sebuah senyuman duduk di hadapan Harry.

"Kamu ingin ke mana atau ingin apa? kita bisa makan di restoran atau jalan-jalan ke mall? aku terserah kamu saja." ucap Harry sepenuhnya menuruti keinginan Sheisha.

Sheisha tersenyum kemudian memeluk leher Harry dengan wajah terlihat bahagia.

"Bagaimana kalau kita cari makan? aku sudah sangat lapar. Aku ingin makan sate ayam dengan sambal yang pedas." ucap Sheisha dengan antusias.

Kening Harry berkerut saat mendengar keinginan Sheisha yang tidak biasanya.

"Apa Sheisha? kamu ingin makan sate ayam dan sambal yang pedas? apa aku tidak salah dengar? Bukankah kamu tidak suka sate ayam apalagi lagi dengan rasa pedas? kamu sama sekali tidak menyukai makanan itu Sheisha?" ucap Harry dengan tatapan heran.

Sheisha mengangkat wajahnya sambil mengusap tengkuk lehernya.

"Tapi Harry, saat ini aku ingin makanan itu? ayolah Harry, bukankah kamu tidak pernah menolak keinginanku." ucap Sheisha dengan wajah merajuk.

Harry menghela nafas panjang kemudian menganggukkan kepalanya.

"Baiklah Sheisha, kita akan mencari makanan sate ayam. Tapi ingat, aku tidak mau kamu makan sambal terlalu banyak. Kamu harus ingat penyakit lambung kamu Sheisha." ucap Harry sambil menangkup wajah Sheisha yang sedang merajuk.

"Iya...iya Harry, aku berjanji padamu aku hanya makan sambal sedikit." ucap Sheisha dengan bibir cemberut.

Harry hanya tersenyum melihat sikap Sheisha yang mulai kembali manja padanya.

"Ayo ..kita berangkat." ucap Harry meraih tangan Sheisha dan menggenggam tangannya.

Dengan wajah bahagia Sheisha masuk ke dalam mobil setelah Harry membukakan pintu mobil untuknya.

"Harry, apa kamu tahu di mana restoran yang jual sate ayam?" tanya Sheisha setelah berada di dalam mobil.

"Aku tidak tahu, kita akan mencarinya." ucap Harry dengan tersenyum kemudian menjalankan mobilnya dengan sangat pelan.

Setelah berputar-putar cukup lama di jalanan, akhirnya Harry menemukan restoran khusus yang menyediakan sate ayam dan sate kambing.

"Sheisha, kita makan di sini saja oke." ucap Harry sambil melihat ke arah Sheisha yang terdiam di tempatnya.

"Sheisha, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Harry dengan tatapan cemas saat melihat wajah Sheisha terlihat pucat.

"Aku tidak tahu Harry, tiba-tiba aku merasa lemas dan berkeringat dingin. Aku merasa aneh saja. Sepertinya aku merasa mual dan muntah." ucap Sheisha sambil mengusap keringatnya dengan tisu.

"Mungkin kamu sangat lelah Sheisha, atau bisa juga lambung kamu kambuh lagi. Akhir-akhir ini kamu tidak tepat waktu makan dan jarang makan juga. Sebaiknya kamu makan sekarang." ucap Harry dengan tatapan cemas tidak tega melihat wajah pucat Sheisha.

"Mungkin kamu benar Harry. Mulai hari ini aku harus makan yang teratur." ucap Sheisha berusaha tersenyum agar Harry tidak merasa cemas.

Harry menganggukkan kepalanya kemudian keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil Sheisha.

Dengan penuh perhatian Harry memeluk bahu Sheisha yang terlihat lemas.

"Kita duduk di luar saja." ucap Harry agar Sheisha bisa segera duduk dan beristirahat.

"Sheisha, kamu tunggu di sini sebentar. Aku akan pesan makanan." ucap Harry merasa berat meninggalkan Sheisha.

"Harry jangan pergi." ucap Sheisha tiba-tiba bangun dari duduknya sambil memegang perutnya. Segera Harry memeluk bahu Sheisha.

"Ada apa Sheisha? apa yang kamu rasakan?" tanya Harry dengan cemas.

"Aku mau muntah." ucap Sheisha sambil memegang perutnya dengan wajah merah pucat.

"Huekkk... Huekkk... Huekkk"

Sheisha tidak bisa menahan lagi rasa mualnya dan muntah di tempatnya berdiri.

"Sheisha, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Harry dengan panik melihat Sheisha tiba-tiba mual dan muntah.

"Aku tidak tahu Harry, sepetinya aku mau pingsan." ucap Sheisha tiba-tiba merasa tubuhnya sangat lemas dan kedua matanya berkunang-kunang.

Baru selesai bicara tubuh Sheisha sudah terjatuh dalam pelukan Harry yang masih memeluknya.