Satu bulan kemudian....
Harry menatap Sheisha yang sedang melamun di taman belakang dengan memeluk jaket William.
Sambil menahan nafas Harry mendekati Sheisha.
"Sudah hampir satu bulan kamu selalu seperti ini Sheisha. Apa kamu tidak ingin meneruskan hidupmu Sheisha?" tanya Harry seraya duduk di samping Sheisha.
"Aku tidak tahu Harry aku harus berbuat apa lagi. Hidupku terasa tak berarti tanpa adanya William di sampingmu. Aku terasa mati Harry." ucap Sheisha dengan kedua matanya berkaca-kaca mencium dalam jaket William.
"Aku tahu apa yang kamu rasakan. Aku juga merasa sepi tanpa William. Perusahaan juga tidak seperti dulu saat ada William." ucap Harry ikut merasakan kehilangan William.
"Di mana William kira-kira Harry? apa kamu sudah tidak mencarinya lagi?" tanya Sheisha dengan tatapan penuh.
"Bagaimana tidak aku tidak mencarinya Sheisha. Kamu sendiri tahu bagaimana usahaku mencari William." ucap Harry dengan tatapan sedih merasa kecewa Sheisha masih saja mengharapkan William tanpa memperhatikan kesehatannya juga masa depannya.
"Maafkan aku Harry, seharusnya aku tidak mengatakan hal itu padamu. Kamu sudah melakukan banyak hal untuk mencari William." ucap Sheisha seraya menggenggam tangan Harry.
Hampir satu bulan lamanya waktunya Harry di habiskan untuk menjaga dan menghiburnya. Belum lagi mengurusi perusahaan William dan mencari terus keberadaannya.
"Bagiku tidak ada masalah melakukan semua hal itu asal kamu tidak bersedih lagi. Aku ikut merasa sedih melihatmu seperti ini Sheisha." ucap Harry seraya mengusap wajahnya dengan perasaan terluka.
Sheisha menatap wajah Harry dengan perasaan bersalah.
"Harry, tolong maafkan aku. Kamu jangan ikut bersedih. Aku juga tidak ingin melihatmu bersedih Harry." ucap Sheisha meraih tangan Harry dan menggenggamnya dengan perasaan bersalah.
"Kalau kamu tidak ingin melihatku bersedih, kamu jangan bersedih seperti ini Sheisha. Kita berdua harus sama-sama bahagia. Kamu harus menatap masa depanmu. Sudah sebulan ini kamu hanya duduk di sini tanpa melihat dunia luar sama sekali. Pekerjaanmu sudah menunggumu Sheisha. Kamu harus melupakan kesedihanmu ini." ucap Harry berusaha menyadarkan hati Sheisha agar bisa melihat kenyataan.
Sheisha mengangkat wajahnya menatap Harry dengan tatapan penuh.
"Apa sudah satu bulan aku dalam keadaan seperti itu Harry?" tanya Sheisha dengan tatapan tak percaya.
Harry menganggukkan kepalanya dengan tatapan sedih.
Dengan hati dan perasaan hampa Sheisha bangun dari duduknya dan berjalan ke sebuah cermin besar yang ada di teras taman.
Sheisha menatap wajahnya di cermin dan melihat sebuah wajah yang terlihat sangat menyedihkan. Dengan kedua mata yang lelah dan kelopak hitam di bawah matanya. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan kedua pipinya tampak tirus.
"Harry, apakah ini aku?" tanya Sheisha dengan air mata mengalir di pipinya, keadaannya benar-benar sangat menyedihkan.
Harry bangun dari tempatnya, mendekati dan berdiri di samping Sheisha.
"Benar Sheisha, karena itulah aku sangat sedih. Aku tidak bisa melihatmu seperti itu. Kamu seorang wanita yang terkenal, sekali penggemar kamu tahu tentang hal ini karir kamu akan hancur." ucap Harry sudah berusaha keras menutupi keadaan Sheisha.
Sheisha membalikkan badannya menatap Harry kemudian memeluk Harry dengan erat.
"Apa yang kamu katakan benar Harry, tidak seharusnya aku terpuruk seperti ini. Tolong maafkan aku." Ucap Sheisha seraya mengusap air matanya dan menatap Harry dengan tatapan penuh harap.
Dengan tatapan lembut Harry mengusap wajah Sheisha dan tersenyum.
"Aku senang kamu sudah menyadarinya Sheisha. Untuk sementara, bagaimana kalau kita ke kantor. Ada beberapa penawaran kontrak yang harus kamu pilih. Aku rasa banyak pilihan kontrak yang bagus Shee." ucap Harry dengan tatapan lembut.
"Terserah kamu saja Harry, apa kita berangkat sekarang?" tanya Sheisha sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh siang.
"Kalau kamu tidak keberatan kita berangkat sekarang saja. Kamu bisa mandi dulu dengan air hangat biar segar." ucap Harry merasa lega Sheisha sudah punya semangat hidup lagi.
Sheisha menganggukkan kepalanya kemudian masuk berjalan ke kamarnya untuk segera membersihkan badannya.
Harry menghela nafas panjang seraya duduk di kursi dengan perasaan tenang.
"Drrrt... Drrrt...Drrrt"
Mendengar ponselnya berbunyi, segera Harry mengambil dari saku kemejanya.
Kening Harry berkerut saat melihat nomor tak dikenalnya.
Dengan ragu-ragu Harry menerima panggilan itu.
"Hallo... selamat pagi, ini dengan siapa?" tanya Harry merasa penasaran.
"Aku Jenni, apa kamu sudah lupa dengan suaraku Harry?" ucap Jenni dengan sangat tenang.
"Jenni?? Jenni siapa?" tanya Harry semakin penasaran.
"Jenni teman kamu saat SMA Harry? apa kamu lupa? kita pernah satu kelas saat kelas dua." ucap Jenni mengingatkan Harry.
"Ohh...Jenni. Ya...aku sudah ingat. Apa ada yang bisa aku bantu Jenni?" tanya Harry sedikit mengingat Jenni temannya sekolah yang pernah menyukainya.
"Begini Harry, saat ini aku membutuhkan seseorang artis yang cukup terkenal. Dan aku dengar kamu seorang manager dari artis yang bernama Sheisha. Apa aku bisa mengontrak dia untuk brand produk di perusahaanku?" ucap Jenni dengan suara yang begitu menggoda.
"Kalau boleh tahu apa produk perusahaanmu? karena aku harus menyaring produk-produk yang aman untuk Sheisha." ucap Harry tidak sembarang menerima kontrak untuk Sheisha.
Harry sangat menjaga betul citra seorang Sheisha.
"Kebetulan perusahaanku memproduksi kosmetik untuk semua kebutuhan wanita dan pria. Dengan iklan seorang artis cantik seperti Sheisha pasti produk kosmetikku akan maju pesat." ucap Jenni dengan antusias.
"Lalu, apa rencana kamu untuk pembuatan iklan tersebut?" tanya Harry dengan serius.
"Aku mau dalam pembuatan iklan tersebut di daerah pedesaan yang masih bersih dan natural. Aku sudah menentukan tempat untuk syuting pembuatan iklannya. Kalau Sheisha mau aku akan membayar dengan harga tinggi." ucap Jenni dengan tenang.
"Baiklah Jenni, kalau kamu mau kita bisa bertemu nanti sore jam lima di restoran Korea dekat stadion kota." ucap Harry berencana mengajak Sheisha untuk makan sekalian di restoran.
"Baiklah Harry, aku akan ke sana tepat waktu." ucap Jenni kemudian menutup panggilannya.
"Harry?? siapa yang menghubungimu?" tanya Sheisha sudah berdiri di samping Harry.
Harry sedikit terkejut, apalagi melihat penampilan Sheisha yang kembali seperti dulu. Sangat anggun dan cantik.
"Kamu sangat cantik Sheisha." ucap Harry tidak memungkiri perasaan hatinya kalau cintanya pada Sheisha semakin besar.
Wajah Sheisha memerah mendengar pujian Harry.
"Terima kasih Harry, ini semua berkat kamu yang sudah sabar menemani aku selama ini." ucap Sheisha dengan tersenyum.
Kembali Harry terpana melihat senyuman Sheisha yang sudah sebulan tak pernah di lihatnya.
"Aku senang melihatmu seperti ini Sheisha. Sangat cantik dengan senyuman kamu yang menawan. Sheishaku telah kembali lagi seperti dulu." Ucap Harry benar-benar bahagia melihat keadaan Sheisha yang sudah berubah.
"Terima kasih Harry, dan kamu belum menjawab pertanyaanku. Siapa yang menghubungimu tadi?" tanya Sheisha dengan tatapan penuh.