Chapter 7 - TUJUAN WILLIAM

Sudah satu Minggu William berada di Apartemen setelah kepulangannya dari rumah sakit.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi William untuk mengerti dan memahami semua yang terjadi dalam kehidupannya dan mengenal semua orang yang terasa asing baginya.

William menatap dirinya di depan cermin. Sebuah senyuman dingin terlihat jelas di bibirnya yang merah.

"Aku harus cepat-cepat menikah dengan Sheisha. Aku baru tahu kalau perusahaan yang aku miliki adalah milik Sheisha." ucap William dalam hati dengan sebuah seringaian di sudut bibirnya.

"Pertama-tama yang harus aku lakukan adalah mengusir Harry dari kehidupan Sheisha agar aku bisa tenang menjalankan semua keinginanku tanpa ada ancaman dari Harry." ucap William seraya meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang yang bisa di andalkannya.

Dengan panjang lebar William menjelaskan apa tujuannya pada seseorang yang telah dipercayainya untuk menjalankan perintahnya.

"Apa kamu sudah mengerti dengan apa yang aku katakan John? kamu harus melakukannya dengan cepat. Aku ingin pekerjaan yang sempurna dan tidak ingin berantakan." ucap William dengan suara yang datar tanpa ekspresi.

"Tok...Tok...Tok"

Pintu kamar terbuka, terlihat wajah sedih Sheisha berdiri di tengah pintu.

"Kenapa wajah kamu terlihat muram seperti itu? harusnya kamu bahagia karena sebentar lagi kita akan menikah." ucap William tanpa menyuruh Sheisha masuk.

"Ada apa kamu memanggilku Will? aku masih banyak ada rekaman yang belum aku selesaikan." ucap Sheisha dengan mata yang sedikit sembab karena terlalu banyak menangis.

"Bukankah sudah aku katakan kita akan ada foto prewedding sekarang." ucap William mendekati Sheisha yang masih berdiri di tempatnya.

Kedua mata Sheisha terpejam saat William mendekatinya dan menyentuh wajahnya tanpa ada kelembutan.

Entah kenapa sejak kepulangan William dari rumah sakit sikap William berubah drastis. Sikap William yang lembut dan penuh perhatian berubah menjadi pemarah arogan. Tidak jarang William bersikap kasar pada Sheisha dan itu telah membuat Sheisha takut padanya.

"William, apa preweddingnya tidak bisa di tunda? hari ini, selain aku masih harus menyelesaikan rekaman aku juga tidak enak badan. Aku aku istirahat beberapa hari." ucap Sheisha dengan wajah pucat bercampur takut.

"Kamu pintar sekali membuat alasan sayang! tapi sayangnya aku terlalu pintar untuk mengetahui kebohonganmu itu! Sekarang kamu bisa tunggu aku di depan, kita harus berangkat sekarang." ucap William dengan tatapan tajam.

"Kenapa kamu tidak percaya padaku Will? kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanya Harry yang mengantar aku ke Dokter." ucap Sheisha seraya mengusap air matanya merasa sangat sakit di tuduh sebagai pembohong.

"Harry!! Harry!! Harry terus yang keluar dari mulutmu itu! ada apa antara kamu dan Harry!! apa kamu benar-benar berselingkuh di belakangku! katakan!!!" teriak William dengan tatapan penuh amarah.

"Tidak William!! aku tidak ada apa-apa dengan Harry selain sebatas sahabat dan saudara." ucap Sheisha dengan air mata berlinang.

"Aku tidak percaya!! dan jangan sekali-kali menyebut nama Harry di depanku. Kamu lihat sebentar lagi, aku akan membongkar kejahatan Harry dan aku akan membuatnya masuk penjara dan membusuk di sana!!" ucap William dengan amarah yang meluap-luap.

"William jangan lakukan itu, Harry tidak akan berbuat seperti itu pada kita. Harry sudah terlalu baik pada kita Will." ucap Sheisha seraya memegang lengan William.

Dengan kasar William menepis tangan Sheisha yang memegang lengannya.

"Sudah aku katakan jangan pernah menyentuhku! sekarang cepatlah keluar dan tunggu aku di depan." ucap William menarik tangan Sheisha dan mendorongnya keluar dari kamarnya.

Dengan perasaan sakit Sheisha berjalan lemas ke ruang depan seraya mengambil ponselnya yang baru berbunyi.

Hati Sheisha semakin sedih saat melihat Harry yang menghubunginya.

"Sheisha, apa kamu sudah di rumah dan beristirahat?" tanya Harry dengan penuh perhatian.

"Aku ada di Apartemen William." ucap Sheisha tak sanggup lagi menjawab pertanyaan Harry.

"Bukankah aku sudah mengantarmu ke Dokter dan Dokter sudah jelas-jelas menyuruhmu untuk istirahat beberapa hari?" ucap Harry dengan perasaan tidak enak.

"Hari ini aku harus pergi dengan William untuk prewedding. William sudah membuat janji dengan EO yang mengatur pernikahan kita." ucap Sheisha dengan suara yang sangat sedih.

"Kenapa kamu tidak menjelaskan pada William kalau kamu dari Dokter karena sakit?" ucap Harry dengan perasaan cemas. Tidak tahu lagi untuk membantu Sheisha agar tidak menangis lagi karena sikap William yang selalu menyakiti hati Sheisha.

"Aku sudah mengatakan semua itu Harry, tapi kamu tahu bagaimana William sekarang. Aku sudah tidak mengenalnya lagi Harry." ucap Sheisha dengan sir mata kembali mengalir di pipinya.

"Ya Tuhan, Sheisha sampai kapan kamu harus menderita seperti ini. William adalah sahabatku aku sendiri tidak percaya apa yang terjadi pada William." ucap Harry sambil menekan pelipisnya.

"Aku juga tidak mengerti Harry, kenapa William sangat berubah! bukankah kalau amnesia sifat dasar seseorang tidak akan berubah?" ucap Sheisha dengan rasa putus asa.

"Aku juga tidak tahu Sheisha, ya sudah.. kalau kamu sudah selesai prewedding segera hubungi aku. Aku harus memastikan kamu baik-baik saja." ucap Harry dengan perasaan iba bercampur sedih melihat wanita yang di cintainya menderita.

"Ya Harry, tolong atur lagi jadwal rekamanku ya." ucap Sheisha semakin lemas.

"Kamu tenang saja, semua akan aku selesaikan." ucap Harry kemudian menutup panggilannya.

"Hem...apa sudah bicara dengan sahabatmu yang selalu menjadi pahlawan bagimu?" tanya William yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

"Harry hanya menanyakan keadaanku saja." ucap Sheisha sambil mengusap air matanya yang tersisa.

"Terserah apa maumu, ayo...kita berangkat." ucap William seraya menggenggam tangan Sheisha dengan sangat kuat hingga tanpa sadar Sheisha menggigit bibir bawahnya.

Dengan wajah dingin William menjalankan mobilnya ke tempat EO yang mengurus semua pernikahannya.

"William, apa sebaiknya pernikahan kita...kita mundurkan beberapa bulan sampai kamu mendapatkan ingatanmu kembali?" tanya Sheisha memberanikan diri untuk memberikan pendapatnya.

"Kenapa? apa kamu tidak mau menikah denganku?" tanya William melihat sekilas ke arah Sheisha yang terlihat tegang.

"Kenapa kamu bicara seperti itu Will? tentu aku mau menikah denganmu." ucap Sheisha dengan tatapan rumit.

"Kalau kamu mau menikah denganku, tentu kamu tidak ingin memundurkan pernikahan kita. Apa kamu meragukanku sekarang? atau kamu berpikir akan menikah dengan Harry?" tanya William dengan tatapan tajam.

"Tidak Will, kenapa kamu selalu berpikir negatif pada Harry? aku memundurkan pernikahan kita karena aku ingin ingatan kamu kembali dulu." ucap Sheisha dengan rasa putus asa.

"Kalau ingatanku tidak kembali, apa kamu akan membatalkan pernikahan kita? kemudian kamu menikahi Harry? begitukan keinginanmu?" ucap William dengan suara penuh tekanan.

"Ya Tuhan, William!! selalu itu yang ada di pikiran kamu. Baiklah terserah kamu, kapan kamu mau menikah. Aku tidak memberikan pendapatku lagi." ucap Sheisha dengan kepala yang semakin pusing ingin meledak.