"Kamu tidak kuat berjalan Sheisha, karena kamu keras kepala terpaksa aku harus menggendongmu. Kita akan ke kantin sebentar, setelah itu kita melihat keadaan William." ucap Harry sambil menggendong Sheisha berjalan keluar menuju ke kantin rumah sakit.
"Turunkan aku Harry, aku akan menjadi malu kalau dilihat orang. Apalagi kantin rumah sakit jauh dari sini kamu pasti akan kelelahan." ucap Sheisha dengan dengan wajah memerah.
"Menggendongmu tidak akan membuat aku lelah Sheisha. Kamu harus sehat dulu, setelah kamu bisa jalan sendiri. Aku tidak akan melarangmu." ucap Harry berjalan pelan ke kantin.
Tiba di kantin rumah sakit Harry menurunkan Sheisha dan mendudukkannya di kursi kantin.
"Kamu tahu Harry kalau seperti ini, aku merasa seperti seorang pengantin yang di manjakan suaminya." ucap Sheisha dengan tersenyum.
"Anggaplah seperti itu Sheisha, karena sebentar lagi William akan memanjakanmu seperti saat ini. Dan aku bahagia atas kebahagiaanmu." ucap Harry dengan sebuah senyuman.
"Hem... kalau begitu sekarang manjakan sahabatmu ini. Aku sangat lapar, kamu tahu kan apa yang aku suka?" ucap Sheisha dengan perasaan bahagia karena William telah kembali dalam hidupnya.
"Baiklah, tunggu di sini sebentar. Aku akan pesan makanan untukmu." ucap Harry berjalan ke tempat pelayan kantin.
Tidak berapa lama kemudian, Harry membawa makanan kesukaan Sheisha omelette sayur.
"Makanan kesukaanmu sudah datang, makanlah Sheisha." ucap Harry seraya duduk di hadapan Sheisha.
"Hem... sangat lezat sekali Harry." ucap Sheisha sambil menatap omelette sayur yang ada di hadapannya.
"Apa enak Sheisha?" tanya Harry tidak mengerti kenapa Sheisha begitu suka dengan omelette sayur.
"Sangat lezat, coba sedikit saja." ucap Sheisha sambil menyuapi omelette sayur pada Harry.
Harry merasa terkejut saat Sheisha menyuapinya.
"Bagaimana menurutmu Harry? sangat enak kan?" ucap Sheisha dengan tatapan penuh.
Harry menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Sangat enak sekali Sheisha." ucap Harry sambil mengusap mulutnya setelah mengunyah habis omelette sayur milik Sheisha.
"Ini masih belum seberapa Harry. Suatu saat aku akan memasak untukmu. Kamu akan merasakan bagaimana enaknya omelette sayur buatanku." ucap Sheisha dengan binar mata penuh kebahagiaan.
"Aku akan menunggu waktu itu tiba." ucap Harry dengan tatapan penuh arti.
"Oke... sekarang, bantu aku untuk menghabiskan makananku ini. Agar aku bisa melihat William secepatnya." ucap Sheisha dengan mulut penuh makanan.
"Pelan-pelan Sheisha, lihat mulut kamu belepotan saosnya omelette." ucap Harry seraya membersihkan saos yang menempel di sudut mulut Sheisha.
"Hem... terima kasih Harry." ucap Sheisha dengan tersenyum manja.
"Apa sudah selesai makanmu Sheisha?" tanya Harry menatap menatap bening mata Sheisha.
"Tinggal sedikit lagi, dan ini untukmu." ucap Sheisha sambil menyuapi Harry yang terperangah.
"Nah, sudah habis sekarang, Ayo...kita pergi." ucap Sheisha sambil menghabiskan minumannya.
Harry menutup mulutnya yang penuh dengan makanan. Melihat Sheisha hendak pergi Harry tergesa-gesa mengunyah makanannya hingga tersedak dan terbatuk-batuk.
"Uhukkk...Uhukkk...Uhukk"
"Ya Tuhan, Harry! hati-hati!" ucap Sheisha seraya memberikan minumnya pada Harry.
Dengan pelan, Harry minum air putih yang di beri Sheisha.
"Bagaimana Harry, kamu sudah tidak apa-apa kan?" tanya Sheisha mengusap dada Harry dengan tatapan cemas.
Harry tersenyum sangat bahagia dengan perhatian Sheisha yang tidak pernah berkurang walau sudah bertunangan dengan William.
"Aku sudah tidak apa-apa Sheisha." ucap Harry dengan tatapan penuh cinta.
"Ayo Harry, kita harus pergi melihat keadaan William." ucap Sheisha sambil menggandeng tangan Harry.
Harry hanya bisa tersenyum, dan menurut saja saat Sheisha menggandeng tangannya dan membawanya pergi.
"Sheisha pelan-pelan jalannya, kamu bisa jatuh Sheisha." ucap Harry menarik pelan tangan Sheisha agar tidak berjalan dengan cepat.
"Harry, aku sudah tidak sabar melihat keadaan William. Ayo, cepat Harry." ucap Sheisha bersikeras berjalan cepat sambil menggenggam tangan Harry.
Harry tidak bisa lagi menghentikan Sheisha kecuali mengikuti keinginan Sheisha.
Tiba di depan ruang operasi, Harry menemui Dokter yang menangani William.
"Dokter, bagaimana keadaan William? apa William baik-baik saja?" tanya Harry dengan serius.
"Keadaan William sudah lebih baik, dan melewati masa kritisnya. Baru saja William kita pindahkan ke kamar inap." ucap Dokter tersebut dengan ramah.
"Terima kasih Dokter, di kamar mana William di pindahkan Dokter?" tanya Harry sudah tidak sabar ingin tahu keadaan William.
"Suster, tolong... antar Tuan Harry dan Nona Sheisha ke kamar inap Tuan William." ucap Dokter pada perawat yang sedang membantunya.
"Mari Tuan, Nona...aku akan mengantar kalian ke kamar Tuan William." ucap Perawat itu beranjak dari tempatnya dan mengantar Harry ke kamar inap William.
"Tuan Harry, Nona Sheisha, silahkan masuk. Di dalam Tuan William masih belum bangun setelah mendapat suntikan dari Dokter." ucap Perawat itu sebelum meninggalkan Harry dan Sheisha.
Setelah Perawat itu pergi, Harry menggenggam tangan Sheisha dan menatapnya penuh dengan perasaan.
"Sheisha, masuklah kamu sudah ingin bertemu dengan William kan? dia sudah ada di dalam. Aku akan menunggumu di sini." ucap Harry dengan perasaan sedih.
"Harry, tapi kenapa aku takut masuk ke dalam?" ucap Sheisha merasa ragu untuk masuk ke dalam.
"Apa yang kamu takutkan? kamu masih ingat kan? William hidup kembali karena mencintaimu." ucap Harry menenangkan hati Sheisha yang tiba-tiba ragu untuk menemui William.
"Aku...aku ingin bertemun dengan William, tapi kenapa? terasa ada yang menahan hatiku." ucap Sheisha dengan tatapan tak mengerti.
"Itu hanya perasaanmu saja Sheisha, cepatlah masuk dan lihat William. William sangat membutuhkanmu saat ini." ucap Harry seraya membuka pintu kamar William.
"Tapi Harry, ikutlah masuk denganku. Aku lebih tenang kalau kamu bersamaku Harry. William juga sahabat kamu bukan?" tanya Sheisha dengan tatapan memohon.
"Aku tahu William adalah sahabatku, aku pasti akan melihatnya juga. Sekarang kamu harus masuk ke dalam dan bicaralah dengan William. Aku akan masuk setelah kalian berdua melepas rasa rindu." ucap Harry dengan tatapan penuh.
"Baiklah Harry, tapi berjanjilah padaku kamu tetap di sini dan tidak akan pergi." ucap Sheisha dengan wajah serius.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan menunggumu di sini." ucap Harry sambil mengusap wajah Sheisha dengan tatapan sedih.
"Baiklah aku percaya padamu." ucap Sheisha kemudian masuk ke dalam saat Harry sudah membuka pintu kamar untuknya.
"Tersenyumlah, kamu akan bertemu dengan cintamu." ucap Harry dengan tersenyum kemudian menutup pintu kamar setelah Sheisha masuk ke dalam kamar.
Tanpa menimbulkan suara, Sheisha berjalan pelan mendekati William yang terbaring di tempat tidur.
"William." panggil Sheisha setelah berada di samping William yang sedang tidur.
"William... bangunlah." ucap Sheisha dengan suara bergetar menahan rasa rindu pada William yang sudah seminggu tidak bertemu dengannya.
Dengan tangan gemetar Sheisha mengusap pelan wajah William.
Perlahan kedua mata William terbuka menatap tak berkedip wajah Sheisha.