Chereads / Mendadak Menikah Denganmu / Chapter 8 - Rejeki Tak Terduga

Chapter 8 - Rejeki Tak Terduga

"Rumah kamu dimana?"

"Di jalan Pandawa, Pak." Jawab Zoya.

"Kamu sedang menunggu siapa?"

"Nunggu angkutan umum, Pak."

Tak lama kemudian, ada angkutan umum yang lewat di hadapan Zoya. Zoya pun memberhentikannya.

"Maaf Pak, saya mau langsung pulang." Ucap Zoya, lalu ia pun langsung naik ke dalam angkutan umum tersebut.

Padahal Narendra ingin menawarinya untuk pulang bersamanya, karena Narendra merasa kasihan dengan Zoya. Ia tahu kalau Zoya berasal dari keluarga yang sangat sederhana, sama seperti Narendra, ia juga berasal dari keluarga sederhana. Namun karena ia berhasil saat mengadu nasib ke Jakarta, jadi semuanya berubah. Narendra bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya.

Narendra kembali masuk ke dalam mobilnya, lalu ia melanjutkan perjalanannya menuju ke rumahnya.

Ibu Vita sudah memasak salah satu makanan kesukaan Narendra, yaitu ikan gurame bakar. Dari kecil, Narendra suka sekali makan ikan, karena di depan rumah mereka yang berada di desa, ada kolam ikan yang terdapat banyak ikan di dalamnya. Ayah Zairi lah yang memelihara ikan-ikan tersebut, jadi jika ingin makan, tinggal menangkap ikan lalu mengolahnya saja. Kesukaannya pada makanan saat ia di kampung, terbawa hingga ke Jakarta. Di jakarta, Narendra selalu menyuruh Mbak Gina untuk selalu membeli ikan di pasar, lalu diolah menjadi ikan bakar atau ikan goreng atau ikan pepes atau juga sop ikan, semuanya ia suka.

Tin ... Tin ...

Terdengar bunyi klakson mobil milik Narendra, security pun membukakan pintunya, lalu mobil itu melaju ke dalam garasi. Narendra turun dari mobil, lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." Salam Narendra.

"Waalaikumsalam." Jawab Ayah Zairi dan Ibu Vita. Mereka berdua sudah menunggu anak semata wayangnya pulang. Narendra pun bersalaman pada ayah dan ibunya itu, setelah itu ia langsung beranjak ke dalam kamarnya. Narendra merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Rendra!" Panggil Ibu Vita.

"Iya, Bu." Jawab Narendra, lalu ia membuka pintu kamarnya.

"Makan dulu, ibu sudah masak ikan gurame bakar!"

"Iya, aku mau istirahat sebentar."

Setelah sudah beristirahat, Narendra beranjak ke ruang makan, disana sudah ada kedua orang tua dan Ferdi, saudara sepupunya itu, Ferdi sedang makan dengan lahapnya.

"Ren, gue jadi makan duluan nih!" Ucap Ferdi.

"Nggak apa-apa, kok."

"Kenapa disini ikannya lebih terasa enak ya dari pada di kampung?" Tanya Ferdi.

"Hanya karena bumbunya aja yang mungkin beda." Jawab Narendra.

"Waahhh, gue bisa betah nih tinggal disini. Rumahnya mewah dan makannya enak." Lanjut Ferdi.

"Makanya lo kerja, nanti bisa bikin rumah seperti ini." Ucap Narendra.

"Iya, nanti gue bakal bangun rumah yang lebih bagus dari ini." Sahut Ferdi.

Narendra berharap Ferdi segera mendapatkan pekerjaan agar ia juga bisa membanggakan kedua orang tuanya. Karena yang Narendra tahu, Ferdi adalah anak yang hobi main, nongkrong bersama teman-temannya hingga lupa waktu.

Di waktu yang sama, Zoya baru saja turun dari angkutan umum, lalu ia berjalan kaki menuju ke rumahnya.

"Assalamualaikum." Salam Zoya.

"Waalaikumsalam." Jawab Ibu Ratna yang sedang duduk di ruang tamu. Zoya mencium punggung tangan sang ibu, lalu ia duduk di samping ibunya itu.

"Ayah belum pulang, Bu?" Tanya Zoya.

"Belum. Semoga aja ayahmu pulang membawa uang, karena ibu sudah nggak punya uang. Ibu nggak tau harus pinjam kemana lagi. Hutang Ayah dan Ibu sudah banyak."

"Iya, semoga aja Ayah hari ini dapat penumpang banyak." Balas Zoya.

"Kamu punya uang nggak Zoy? Kalau ada, ibu pinjam dulu!"

Zoya beranjak ke dalam kamarnya, lalu ia membuka tasnya. Ia mengeluarkan uang yang diberikan oleh atasannya tadi, lalu ia memberikannya pada sang ibu.

"Itu apa?" Tanya Ibu Ratna.

"Uang dari atasan aku untuk ibu."

Ibu Ratna memicingkan kedua matanya, "uang dari atasan kamu untuk ibu?"

"Iya."

"Kok bisa atasan kamu memberikan uang pada ibu?" Ibu Ratna terheran.

Zoya duduk kembali di samping ibunya itu, "tadi, saat aku sedang diantar oleh Ayah, bos aku itu melihat aku, lalu dia menanyakan pekerjaan Ayah dan Ibu, aku berterus terang dong. Ayahku seorang tukang ojek online, lalu ibuku seorang penjual sayur keliling. Lalu aku juga mengatakan pada bos aku itu, kalau ibu sedang tidak berjualan karena modalnya sudah terpakai untuk membayar hutang, lalu mungkin bos aku merasa iba padaku dan dia memberikan uang itu padaku."

Ibu Ratna pun menerima uang itu, lalu menghitung jumlahnya. "Alhamdulillah, masih ada orang baik." Ucapnya. Ia sangat bersyukur, ternyata Allah masih memberikannya rejeki yang tidak terduga dari tangan seorang atasan putrinya itu.

"Ucapkan terima kasih pada atasanmu itu ya!" Titah Ibu Ratna.

"Iya, Bu."

"Tapi sepertinya uang ini belum bisa ibu gunakan untuk modal berjualan, karena untuk kebutuhan sehari-hari aja, ibu nggak punya uang."

"Yaudah, terserah ibu uangnya mau digunakan untuk apa, yang penting aku sudah menyampaikan amanah dari Pak Narendra."

Adzan maghrib baru saja berkumandang, Zoya beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu ia melaksanakan sholat tiga rakaat. Setelah itu, Zoya melipat mukenanya. Perutnya terasa lapar, ia pun beranjak ke ruang makan, lalu membuka tudung saji, ternyata tidak ada apa-apa di dalamnya. Biasanya masih ada tempe ataupun telur goreng, jika kosong seperti ini berati Ibu Ratna memang benar-benar tidak punya uang.

"Bu, aku lapar, aku minta uang yang tadi untuk membeli lauk ya, Bu!"

Ibu Ratna pun memberikan uang seratus ribu pada Zoya untuk membeli nasi goreng di pinggir jalan raya. Karena kedua adiknya sudah lapar, Zoya pun berjalan menuju ke depan jalan raya, lalu ia memesan lima bungkus nasi goreng.

Tiba-tiba saja hujan turun, Zoya yang tak membawa payung, langsung meneduh di sebuah ruko sambil menunggu pesanan nasi gorengnya itu jadi.

Zoya melihat memandangi kendaraan beroda empat yang lalu lalang di hadapannya. Ia membayangkan, betapa nikmatnya mempunyai mobil, jika sedang berada di jalan dalam keadaan hujan seperti ini tidak akan kehujanan, jika panas pun tidak akan kepanasan. Dari kecil, Zoya berharap Ayah Hendra dapat memiliki kendaraan beroda empat itu agar Zoya bisa jalan-jalan bersama kedua adiknya, namun sampai saat ini sang ayah belum bisa mewujudkannya.

Hujan sudah sedikit reda, nasi goreng yang Zoya pesan pun sudah jadi, lalu ia membayarnya, setelah itu Zoya kembali berjalan kaki menuju ke rumahnya.

Setelah sampai di rumah, ternyata Ayah Hendra belum juga sampai, mungkin ia terjebak hujan di jalan. Zoya makan nasi goreng yang tadi sudah ia beli bersama kedua adiknya, Tiara dan Erina.

Tak lama kemudian, Ayah Hendra pun sampai di rumah dalam keadaan basah kuyup. Pejuang rejeki itu hampir setiap hari pulang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Gimana Yah kerjanya hari ini? Dapat penumpang banyak?" Tanya Zoya saat Ayah Hendra duduk di hadapan ketiga anaknya.