Chereads / Mendadak Menikah Denganmu / Chapter 12 - Membutuhkan Biaya

Chapter 12 - Membutuhkan Biaya

Narendra tidak mempermasalahkan jika Ferdi ingin lebih dulu menikah mendahului dirinya

"Tapi kan gue belum dapat kerjaan, Bro. Sedangkan lo yang karirnya udah bagus, mau milih cewek tinggal tunjuk aja, malah belum mau menikah." Ucap Ferdi.

"Oh iya, ada tuh lowongan di kantor gue, sebagai admin. Nanti lo buat aja surat lamarannya ya!"

"Gajinya berapa, Bro?" Tanya Ferdi.

"Belum apa-apa udah nanya masalah gaji aja! Yang penting tuh lo kerja dulu." Jawab Narendra.

"Tapi gue nggak harus psikotes dan interview kan?" Lanjut Ferdi.

"Tetap psikotes dan interview dong, tetap prosesnya sesuai prosedur penerimaan karyawan baru." Jawab Narendra. Ia tidak ingin Ferdi memanfaatkan jabatan yang ia miliki, dengan memintanya untuk tidak melalui tahapan proses penerimaan karyawan baru, karena Ferdi juga harus berusaha keras agar bisa diterima bekerja di perusahaan itu.

Di waktu yang sama, Zoya baru saja sampai di rumah sakit, lalu ia dan Dhafin langsung masuk ke dalam. Zoya mendapatkan kabar bahwa Ayah Hendra dirawat di ruang ICU, Zoya pun langsung bergegas melihat keadaan sang ayah yang masih belum sadarkan diri, keadaannya sangat memprihatinkan, Ibu Ratna tak henti-hentinya menangis melihat kondisi suaminya itu. Zoya pun langsung memeluk sang ibu, ia juga menangis karena tak tega melihat keadaan sang ayah.

"Dokter bilang, Ayah mengalami pendarahan di kepala dan tengkorak kepalanya retak, jadi harus di operasi." Ujar Ibu Ratna.

"Kita butuh uang untuk biaya perawatan dan operasi Ayah." Lanjut sang ibu.

Zoya tiba-tiba terdiam, 'dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya perawatan dan operasi ayah?' Batin Zoya.

"Kita harus pinjam uang sama siapa, Bu?" Tanya Zoya.

Ibu Ratna menggelengkan kepalanya karena ia juga tidak tahu harus meminjam uang pada siapa. Ini adalah ujian terberat untuknya, disaat ia tidak punya uang, tapi ia juga harus menyelamatkan nyawa suaminya.

"Memang biayanya berapa, Bu?" Tanya Zoya.

"Untuk biaya operasi, rawat inap di ruang ICU, obat-obatan dan yang lainnya sekitar tujuh puluh juta rupiah."

Kedua mata Zoya membulat mendengar nominal yang Ibu Ratna disebutkan itu. Uang satu juta rupiah saja, ia tidak punya, apalagi tujuh puluh juta rupiah.

Zoya pun ikut pusing memikirkan uang dari mana untuk membayar perawatan dan operasi sang ayah, Zoya melirik Dhafin yang sedang berdiri di sebelahnya, ia ingin meminjam uang pada orang tua dari kekasihnya itu.

"Fin, tolong pinjamkan uang tujuh puluh juta sama orang tua kamu!" Ucap Zoya. Walau ia tidak yakin akan dipinjami, yang penting Zoya coba berbicara pada Dhafin.

"Nanti aku coba bicara pada Papaku ya."

"Oke, makasih Fin. Semoga ada." Harap Zoya.

Zoya masih harus menemani Ayah Hendra di rumah sakit bersama Ibu Ratna, ia ingin melihat perkembangan ayahnya yang sedang dirawat di ruang ICU itu.

Dhafin pun pamit pulang, ia tidak bisa ikut menemani orang tua dari pacarnya itu, karena besok ia harus kuliah.

"Hati-hati ya, sudah malam!" Ucap Zoya.

"Iya."

Dhafin pun melangkahkan kakinya keluar rumah sakit, lalu menuju parkiran motor. Setelah itu, ia langsung melajukan kendaraan roda duanya itu menuju ke rumahnya.

Zoya sebenarnya sangat lelah sekali, ia sudah mengantuk, karena dari pulang kerja, ia belum beristirahat, ditambah lagi malam ini ia harus menemani sang ayah di rumah sakit.

"Kamu tiduran aja dulu dikursi!" Titah sang ibu yang melihat anak gadisnya kelelahan.

Zoya pun duduk, lalu ia memejamkan matanya. Ia berharap bisa pulas walau sesaat untuk menghilangkan sedikit rasa kantuknya.

Ibu Ratna memandangi putrinya yang mulai memejamkan matanya itu, ia tidak tega dengan Zoya yang harus bersamanya di rumah sakit.

"Zoya!" Ibu Ratna membangunkan putri sulungnya itu.

Zoya pun membuka matanya lagi, "kenapa, Bu?" Tanya Zoya.

"Kamu mau pulang aja naik ojek online?" Tanya Ibu Ratna.

"Kan aku mau menemani ibu disini, aku ingin tau perkembangan Ayah."

"Tapi, kamu kan capek. Besok juga kamu harus kerja."

"Aku bisa izin untuk nggak masuk kerja, Bu."

Sang ibu mengernyitkan kedua matanya, "kamu kan baru masuk kerja, masa udah mau izin aja?"

"Iya nggak apa-apa, Bu. Karena aku khawatir dengan keadaan Ayah."

Wajar seorang anak pertama perempuan sangat khawatir dengan keadaan ayahnya yang baru saja mengalami kecelakaan dan saat ini keadaannya sedang kritis.

Di waktu yang sama, Narendra sedang berada di dalam kamarnya, ia sedang menatap layar pada ponselnya. Ia melihat kontak bernamakan 'Zoya' pada aplikasi berwarna hijau, tiba-tiba ia teringat akan kemeja dan jasnya yang sedang dicuci di laundry oleh Zoya.

[Zoya, kalau kemeja dan jas saya sudah selesai dicuci, besok tolong dibawa ke kantor ya]

Narendra mengirimkan pesan pada bawahannya itu.

Zoya yang baru saja ingin memejamkan matanya lagi, ia urungkan karena mendengar ponselnya bergetar. Zoya pun membuka ponselnya, lalu membaca pesan dari atasannya itu.

"Bu, jas dan kemeja punya Bos aku, udah diambil dari laundry belum?" Tanya Zoya pada Ibu Ratna yang duduk di sampingnya.

"Belum. Ibu lupa karena keburu mendapatkan kabar Ayah kecelakaan."

Zoya pun memaklumi hal itu, karena pikiran Ibu Ratna sedang kecau saat kendengar kabar sang suami kecelakaan, jadi tidak mungkin ia teringat tentang kemeja dan jas kerja milik atasannya Zoya yang sedang berada di laundry.

[Maaf Pak, saya sedang berada di rumah sakit. Kemeja dan jas kerja Bapak belum di ambil]

Zoya membalas pesan dari atasannya itu.

[Lho, siapa yang sakit? Kamu yang sakit?]

[Bukan Pak, Ayah saya tadi sore kecelakaan, saat sedang berkendara]

[Astaghfirullah ... Lalu, sekarang bagaimana keadaannya?]

[Sedang dirawat di ruang ICU, Pak. Keadaannya kritis]

[Semoga Ayah kamu bisa melewati masa kristisnya dan bisa segera sembuh]

[Aamiin ... Terimakasih doanya Pak]

Narendra ikut merasakan kesedihan yang Zoya rasakan saat orang yang dicintai tiba-tiba tertimpa musibah, sakit sekali rasanya. Narendra jadi teringat, saat sang ayah kecelakaan saat berkendara sepeda motor, saat itu Narendra masih berusia sepuluh tahun, tiba-tiba saja tetangga Narendra memberitahukan bahwa ayah Zairi kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit, pada saat itu Narendra sangat sedih, ia tidak mau kehilangan orang tuanya, ia belum siap menjadi anak yatim, ia belum bisa menjalani hidupnya tanpa seorang ayah di sampingnya. Karena Narendra anak satu-satunya, ia sangat merasa kesepian jika tanpa seorang ayah. Akhirnya setelah beberapa hari dirawat, Ayah Zairi pun pulang dari rumah sakit, seketika keceriaan Nadrendra kembali lagi, ia bersyukur karena sang ayah masih diberi keselamatan dan usia yang panjang hingga sampai detik ini.

Sejak peristiwa itu, Narendra berjanji akan terus membahagiakan Ayah dan Ibunya, karena ia satu-satunya harapan kedua orang tuanya. Walaupun sampai saat ini masih ada harapan yang belum bisa Narendra penuhi, yaitu menikah. Narendra yakin, nanti ia akan menemukan wanita yang tepat untuk melengkapi hidupnya.