Chereads / Mendadak Menikah Denganmu / Chapter 7 - Fitnah Itu Menyebar

Chapter 7 - Fitnah Itu Menyebar

"Oh iya, ya sudah silahkan lanjutkan pekerjaanmu!"

Akhirnya Narendra mempersilahkan Zoya untuk melanjutkan pekerjaannya, yang dari tadi ia hentikan karena Narendra berkali-kali bertanya padanya.

Di waktu yang sama, Ferdi sedang melihat-lihat seluruh ruangan di rumah Narendra, ia merasa takjub oleh rumah yang dibangun oleh sepupunya itu, besar bak istana, walaupun Narendra masih tinggal sendiri.

"Pantas aja Rendra jarang pulang kampung, di Jakarta rumahnya sebagus ini, jelas dia betah tinggal di kota Jakarta." Ujar Ferdi.

"Rendra jarang pulang kampung, karena ia sibuk dengan pekerjaannya, terkadang di hari liburnya juga dia masih harus bekerja dari rumah. Lagi pula ibu dan ayah juga kan sering kesini, jadi kami juga sering bertemu Rendra." Jelas Ibu Vita. Ia tahu kalau anaknya benar-benar pekerja keras. Tidak main-main dalam bekerja. Jadi Ibu Vita dan Ayah Zairi memaklumi anak semata wayangnya itu kalau ia jarang pulang kampung.

"Tapi rumah sebesar ini sayang sekali jika ia masih ditinggali seorang diri." Tutur Ferdi.

"Itu dia, Ibu mau menjodohkan Rendra dengan Lingga, tapi Rendra belum mau untuk dijodohkan. Disuruh cari jodoh sendiri, tapi belum juga dapat. Entahlah wanita seperti apa yang bisa meluluhkan hatinya." Papar sang ibu.

Belum sempurna rasanya, karir yang bagus, rumah yang mewah, namun belum menikah, itulah yang kedua orang tua Narendra rasakan, walau Narendra sendiri santai saja dalam perkara jodoh namun kedua orang tuanya sangat mengkhawatirkannya.

Sudah jam dua belas siang, Zoya dan Aida ingin ke kantin untuk membeli makan siang. Mereka berdua turun menggunakan lift, lalu menuju ke basement. Setelah sampai di kantin, Zoya membeli bakso dan juga minuman dingin, lalu Zoya dan Aida kembali ke ruangannya untuk makan bersama teman-temannya yang lain.

Selesai makan, Zoya pun beranjak ke musholla untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah selesai sholat, Zoya kembali bertemu dengan Narendra, tapi ia pura-pura tidak melihatnya. Zoya berjalan dengan terburu-buru, ia takut atasannya itu melihatnya. Setelah itu, Zoya meletakkan mukena ke dalam lokernya, lalu ia melihat uang pemberian Narendra tadi, Zoya menghitung uang itu, uang itu ternyata berjumlah satu juta rupiah.

"Alhamdulillah." Ucap Zoya sambil memegang uang itu.

"Zoy!" Tiba-tiba saja Lisa memanggilnya, Zoya pun menoleh ke belakang, ia kaget, lalu langsung memasukkan uang itu ke dalam tasnya kembali, lalu ia kembali mengunci lokernya.

Lisa curiga, 'mengapa Zoya sangat kaget saat aku tadi memanggilnya? Zoya pun memegang uang, dari mana ia uang sebanyak itu?' Lisa bertanya-tanya dalam hati.

"Kamu sedang apa sih?" Tanya Lisa.

"Aku baru selesai sholat, Mbak."

"Oh. Ya sudah sana, bersihkan toilet di lantai enam!" Titah Lisa.

"Iya, Mbak."

Zoya pun langsung menuruti perintah seniornya itu, ia menaiki lift untuk menuju ke lantai enam. Setelah sudah sampai di lantai enam, Zoya langsung masuk ke dalam toilet, ia membersihkan lantai toilet. Tiba-tiba ada beberapa orang karyawan yang sedang membicarakan Narendra, seketika Zoya memasang telinganya agar ia bisa mendengar pembicaraan tentang atasannya itu.

"Pak Narendra itu ganteng, tapi belum menikah." Ucap seorang karyawan wanita yang memakai kemeja pink sambil merapikan hijabnya.

"Iya, sayang banget, udah ganteng, tajir pula, tapi masih jomblo. Coba sama gue aja, gue mau banget deh sama dia." Ucap seorang karyawan wanita yang memakai kemeja biru sambil memakai bedak untuk menebalkan makeupnya.

"Ha ... Ha ... Ha ... Jangan mimpi lo!" Balas seorang karyawan wanita yang memakai kemeja pink tadi.

"Ihh kok banyak banget sih yang suka sama Pak Narendra, gue mah nggak suka sama dia, udah tua!" Ucap seorang karyawan wanita yang memakai kemeja cokelat muda sambil memakai lipcream.

"Justru gue suka sama yang tua tau!" Jawab seorang karyawan wanita berkemeja biru tadi.

"Tapi, dia kenapa belum menikah ya? Jangan-jangan, dia penyuka sesama jenis!" Ujar seorang karyawan wanita berkemeja cokelat muda tadi.

Zoya masih melanjutkan pekerjaannya, sambil mendengar percakapan mereka. Kini Zoya tahu kalau Narendra itu ternyata belum menikah.

"Ris, tau nggak, tadi gue ngeliat si Zoya pegang uang yang jumlahnya lumayan banyak, lalu begitu gue manggil dia, dia kaget gitu. Aneh banget deh!" Adu Lisa pada Risma, mereka sedang berada di pantry.

"Aneh kenapa?" Tanya Risma.

"Aneh aja, tiba-tiba dia kaget gitu, gue jadi berpikir kalau Zoya habis mencuri uang milik orang lain."

"Tapi, masa sih dia seperti itu?"

"Ya mungkin aja! Coba aja lo pikir, dia punya uang sebanyak itu dari mana? Dia kan pernah cerita kalau keluarganya itu nggak mampu, megang uang satu juta aja dia belum pernah." Lanjut Lisa.

"Iya sih, dari mana Zoya mendapatkan uang sebanyak itu?" Risma jadi bertanya-tanya.

"Coba cek isi dompet kita masing-masing, ada nggak uang kita yang hilang!" Titah Lisa.

Lisa dan Risma pun mengecek isi dompet mereka, namun uang mereka berdua ternyata masih utuh.

"Alhamdulillah, uang gue masih ada." Tutur Risma.

"Iya, gue juga ada sih!" Tutur Lisa.

Setelah itu, Lisa memberitahukan pada teman-temannya yang lain perihal Zoya yang tadi ia lihat sedang menghitung banyak uang. Semuanya jadi mencurigai Zoya mencuri uang karyawan kantor. Begitu cepatnya fitnah itu menyebar dari satu mulut sampai ke mulut yang lain.

Sudah pukul setengah lima sore, Narendra membereskan ruangannya, lalu ia melangkahkan kakinya keluar ruangan. Setelah itu, ia menunggu lift karena ia akan turun ke basement.

Narendra masuk ke dalam lift, Zoya pun menaiki lift yang sama. Zoya berdiri tepat di belakang atasannya itu, Zoya memandangi tubuh Narendra dari ujung kepala sampai ujung kaki, walau perbedaan usia mereka cukup jauh, namun Narendra masih terlihat gagah, wajar saja jika banyak karyawannya yang mengidolakannya. Wangi parfum Narendra sudah khas di hidung Zoya, sebelum Narendra masuk lift tadi, wangi parfumnya sudah tercium.

Tibalah di lantai dasar, lift pun terhenti, "permisi, Pak." Ucap Zoya yang ingin keluar dari lift lebih dulu. Narendra pun memberikan jalan pada Zoya untuk keluar. Setelah itu Zoya melangkahlan kakinya keluar gedung kantor, seperti kemarin, ia kembali menunggu angkutan umum.

Sedangkan Narendra, sudah sampai di basement, ia langsung mencari keberadaan kendaraannya yang terparkir disana. Pak Yono membukakan pintu mobil jika atasannya itu hendak masuk ke dalamnya. Setelah itu, Pak Yono melajukan kendaraan milik majikannya itu.

Saat mobil tiba di depan jalan raya, Narendra melihat Zoya sedang menunggu angkutan.

"Pak Yono, berhenti dulu Pak!" Ucap Narendra. Pak Yono pun langsung menghentikan kendaraannya di pinggir jalan.

Narendra membuka pintu mobilnya, lalu ia berjalan ke arah Zoya.

"Zoy!" Panggil atasannya itu, Zoya pun langsung menoleh ke arahnya dan ia terkejut melihat atasannya itu memanggilnya.