Kodi begitu marah mendegar kata kata Vanessa yang begitu vulgar baginya. Hatinya kecewa wanita yang dia cintai pernah berciuman dengan pria lain, semakin lupanya Kodi akibat cemburu dia lupa bahwa Rahman itu dirinya dan bahkan Kodi tidak mengingat apapun tentang dirinya sendiri. Yang dia lihat dan ingat ketika membuka kotak kecil itu adalah bayangan kematian dimasalalu bukan kemestraan antara Rahman dan Vanessa.
Sifat Vanessa tidak bisa dia tebak, antara serius dan jahil serta usil bahkan polos semua ada di Vanessa. Kodi binggung dia tidak mengerti dengan semua sifat perempuan pasalnya dia tidak pernah jatuh cinta selain dengan Vanessa itulah sebabnya dia tidak mengerti, bahkan dia semakin sensitif termasuk ibunya dan juga Vanessa.
Kodi memang jarang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, hingga dia sering hang out pada teman temanya di Bandung dulu dan tour kemana dia suka tapi ketika dia mengenal Vanessa hidupnya berubah bahkan dari segi perasaan , pergaulan dan hal aneh ada dalam hidupnya.
Jauh dari lubuk hati Kodi sebenarnya dia mengharapkan Vanessa selamanya bersamanya dia tidak peduli Vanessa monster apa tidak tapi dia berusaha meyakinkan hatinya agar kelak Vanessa jadi pendamping hidupnya.
Kodi masuk menuju rumahnya dan melihat Pak Hasim yang dulu menjaga rumahnya sudah ada di depan rumah dengan wajah tenang.
Kodi berusaha tersenyum ramah meskipun hatinya terasa sedih, dia berusaha untuk bisa menghilangkan semua beban dihatinya.
"Assalamuallaikum den Kodi" kata Pak Hasim dengan ramah.
"Waallaikum salam Pak Hasim, bapak tumben kesini mamah lagi ngak ada pak ayo masuk" ajak Kodi membawa masuk Pak Hasim yang rambutnya penuh uban itu.
Mereka berdua masuk diruang utama yang terlihat sangat mewah bagi penduduk sekitar, cat berwana putih dan orange serta lukisan mahal yang berjejer rapi disitu.
"Pak Hasim ada perlu apa kok tumben kemari" kata Kodi dengan santai.
"Sebenarnya bapak kemari bukan mencari nyoya den Kodi , tapi ada perlu yang menyangkut keselamatan den Kodi sendiri" ucap Pak Hasim dengan pelan dan menatap Kodi yang tengah serius menanti maksud dari pembicaraan.
"Lantas apa pak..jujur aku tidak mengerti dengan maksud anda pak, maksudnya apa tentang keselamatan ku pak" kata Kodi dengan penuh penasaran terhadap Pak Hasim yang mulai binggung memulai pembicaraan.
"Den Kodi temanya Laras kan, Laras itu anak saya den.. dia banyak cerita tentang den, dan tentang kedekatan den dengan Vanessa anak dari rumah sebelah" ucap Pak Hasim mulai berusaha membuang rasa dekdekanya.
"Oh.. jadi bapak ayahnya Laras. Iya Laras memang teman sekelasku, tapi apa hubunganya aku sama Vanessa pak!" tanya Kodi sedikit risih mendegar tentang Vanessa, dia baru saja kesal dan cemburu ditambah lagi Pak Hasim membahas Vanessa jadi tambah pusing kepalanya.
"Begini den maaf kalau terlalu ikut campur dengan urusan den, alangkah baiknya aden jangan dekat dekat denganya karena itu sangat bahaya terutama dia bukan manusia dan bisa membunuh aden" kata Pak Hasim dan membuat Kodi tersenyum begitu kaku.
"Pak makasih saran dan nasehatnya tapi setau saya anak bapa itu sangat membeci dari dulu hingga sekarang pada Vanessa. Bukan saya tidak senang dengan nasehat bapak , kalau memang Vanessa berbahaya mestinya dari dulu saya mati. Pak saya cape jadi mohon maaf saya mau istirahat, jikalau bapak membahas Vanessa jangan bahas sekarang deh pa! saya lagi pusing" kata Kodi dengan terus terang pada Pak Hasim.
"Ya sudah kalau begitu, mohon maaf terlalu mengangu aden tapi saya yakin nanti aden akan datang mencari bantuan pada saya permisi" ucap Pak Hasim agak kesaal dan pergi meninggalkan Kodi.
Kodi hanya diam dan menuju kamarnya.
******
Jhon tersenyum dengan puas ketika mendegar Vanessa dan Kodi bertengkar , dia hanya melakukan penyelidikan dahulu sebelum dia mengambil hati gadis itu. Tapi bagi Jhon sulit untuk menaklukan hati Vanessa yang sangat terkesan akan cinta pertamanya.
Vanessa tidak mau sampai dirumahnya, dan duduk disebuah taman yang berhadapan dengan sekolahan. Vanessa berteriak kesal.
"Kodi kamu salah paham.. kenapa kamu tidak bisa membedakan mana yang serius dan mana yang becanda. Aku cuma becanda tadi tidak serius .. huhuhuhu..Kodi.... kenapa kamu marah" kata Vanessa menangis kebodohanya sendiri.
Semua anak sekolahan sudah pulang tingga Jhon yang masih mengawasi Vanessa dari kejauhan. Gadis lucu masa siluman seperti dia menangis pikir Jhon.
Vanessa terus berteriak dan menggacak ngacak rambutnya sendiri hingga Jhon tidak mampu menahan tawanya melihat ekspresi Vanessa yang terlihat lucu.
Ya.. Jhon adalah Vampir tampan dan banyak disukai makluk lainya entah itu sebangsanya atau bangsa siluman lainnya ,dan dalam benak Jhon dia mengenal bangsa siluman itu kuat apalagi bangsa srigala. Tapi melihat tingkah Vanessa itu terlihat lucu menyesali kebodohan yang dia lakukan.
Jhon melangkahi mendekati Vanessa dengan hati hati dia berdiri tepat ketika Vanessa menunduk sambil menangis. Jhon pun membelai rambut yang berwarna coklat dan sedikit kehitaman dengan lembut.
Awalnya Vanessa mengira itu adalah Kodi tapi ketika menoleh bukan Kodi dia adalah lelaki bermata biru persis dihadapanya.
Vanessa sangat malu dan merapikan rambutnya yang berantakan dan kemudian dia berusaha memasang wajah tegas tapi tetap saja terlihat kesedihan dimatanya.
"Pak Jhon.. kenapa anda kesini" tanya Vanessa agak sedikit malu.
"Hmm jangan panggil pak kalau tidak disekolahan, panggil aku Jhon. Aku kesini karena mendegarmu menangis" kata Jhon berusaha tenang dan wajahnya menghadap kebawah membuang tawanya.
"Oh.. maaf pak... maksudku Jhon karena teriakan ku sangat menganggumu" ucap Vanessa dengan sedikit pelan.
"Kalau bersedih jangan ditempat umum apalagi menangis nanti dikira orang gila nanti. Masa cewek cantik sepertimu gila" kata Jhon dengan sedikit candaan, tapi Vanessa masih mengamati Jhon sambil tersenyum tipis padanya.
"Biarkan saja aku gila .. tidak cuma aku saja toh .. masih banyak perempuan cantik gila karena cinta bahkan sampai nekat bunuh diri" jawab Vanessa kesal dan itu membuat Jhon gemas mendegar kata kata Vanessa.
"Oh... jadi kamu pengen gila oleh cinta? gila oleh satu pria ! dan banyak pria lain yang menantikan cintamu Vanessa, jadi jangan sedih aku sangat mengharap kesempatan darimu" Sahut Jhon dan membuat Vanessa tambah kesal.
"Dengar Jhon .. jangan ikut campur urusanku..aku sudah punya kekasih dan dia sulit ku gantikan jadi jangan mimpi mau mendekatiku" Vanessa dengan galak berbicara dan meninggalkan Jhon.
Jhon malah menepuk jidatnya dia sama bodohnya dengan Vanessa salah bicara padahal niatnya menggoda, tapi malah senjata makan tuan . Sunguh susah mendekati Vanessa dia sangat berbeda dari gadis lainya yang pernah dia dekati dan dia kencani. Dan membuat Jhon sedikit haus akan darah lalu dia pergi meninggalkan taman dan mencari manggsa ditempat keramaian.