Kodi tengah asyik memainkan bola basket bersama teman kelasnya. Dia bermain bersama Aldo, Vino,Reza dan juga Ali . Semenjak dia menyelamatkan para siswi kemaren dia lebih pupuler dan terlihat banyak yang menyukainya.
Vanessa menatap dari kejauhan bersama Beni dia merasa Kodi tak peduli padanya. Dengan jahilnya dia mencoba untuk mengerjain Kodi didepan teman temanya.
"Vanessa kenapa kamu malah senyum ada yang aneh" tanya Beni selesai makan dari kantin.
"Beni temani aku ketempat Kodi.. aku ingin dia tidak syok ketampanan" sahut Vanessa.
"Ok...aku pengen lihat gayamu mengerjain Kodi" kata Beni dengan tersenyum, mereka menuju tempat lapangan basket .
Gaya Vanessa dengan percaya diri menuju tempat Kodi bermain basket, semua mata tertuju pada Vanessa tubuh lumayan tinggi 165 cm dan wajah khas eropa dia terlihat cantik dengan mata yang tajam ,rambutnya yang indah terlihat lebih cantik.
Aldo terpana dengan Vanessa tapi dia belum berani bersuara dan melihat secara jelas berserta lainya terdiam. Hanya Kodi berdiri dan menatap gadi didepanya.
"Kenapa kemari ..mau main basket" tanya Kodi.
"Iya... aku ingin bermain" sahut Vanessa.
"Kod..kamu yakin dia bisa mengalahkanmu" kata Ali memandang wajah Vanessa.
"Entahlah... coba aku tanya gadis ini" goda Kodi dengan senyumanya.
"Vanes... ayo bermain ..jika aku kalah kamu boleh menyuruhku melakukan apa saja tapi bila kamu kalah aku akan mencium mu" kata Kodi dengan senyuman dan semua teman teman Kodi bertepuk tangan. Vanessa tersenyum dengan pikiran yang berbeda.
"Ayo.. ambil bola itu kau dulu mencobanya" kata Kodi melempar bola basketnya , Vanessa terdiam dan tanganya dia lipat kedepan.
"Kamu kira permainan mu ini hanya bola basket sayangnya bukan Kodi... permainan yang akan aku ajak bukan basket" sahut Vanessa.
"Lalu apa kalau bukan basket.. motor kau kan tidak bisa naik motor" ledek Kodi sambil tertawa.
"Menari ballet " senyum Vanessa menang.
"Apa.. kau gila Vanessa aku ini laki laki mana bisa menari ballet" seru Kodi seakan tidak setuju tapi teman temanya membuang muka karena menahan tawa.
"Laki laki banyak bisa menari ballet... kau penakut.. berarti aku yang menang kau yang kalah"sahut Vanessa seakan membuat Kodi mati gaya didepan teman temanya.
"Aku bukan penakut.. tapi aku tak mengerti caranya"jawab Kodi dia terasa serba salah.
"Baiklah aku akan ajarkan dan kau menari bersama ku" kata Vanessa mengayunkan kakinya dengan lincah, gayanya yang gemulai serta kibaran rok yang memukau terlihat seperti penari yang profesional.
Teman teman Kodi tak bisa berkata apapun kecuali memandang dengan kagum dan seluruh sekolah melihat Vanessa menari begitu cantik. Laras dan Stepi lewat mereka melihat Vanessa mengayunkan langkahnya dan setiap tarianya penuh dengan makna mengingatkan dia pada masalalu ketika belajar menari khusus didatangkan ayahnya dari .
Steven sangat tau bahwa Vanessa menyukai ballet itulah sebabnya Vanessa sangat lincah dengan gaya apapun dia bisa menyesuaikan sepatunya untuk menari.
"Kodi.. giliranmu" kata Vanessa yang mendapat tepuk tangan dari teman temanya.
"Aku tidak bisa.. aku kalah.. kau beri apa saja hukuman padaku" kata Kodi dengan lemah.
"Oke...aku mau kau menurut semua perintahku ..dan jangan membantahku" ucap Vanessa dan pergi meninggalkan Kodi.
"Hei..Kod kamu beruntung banyak cewek cantik yang suka sama kamu.. tapi kalau Vanessa yang misterius itu suka kamu aku tidak percaya" kata Aldo dengan wajah tampan dan tubuhnya yang tinggi .
"Iya.. Vanessa itu gadis tercantik dan menakutkan.. tapi ketika kamu dekat denganya tak ada yang aneh ... mungkin romor saja... jadi pengen punya pacar seperti Vanessa"sahut Ali.
Vanessa hanya tersenyum dan menatap Rahman yang binggung dia berjalan menuju Beni yang tersenyum melihat aksi nekatnya.
Kodi hanya diam, dia tau apa yang diminta Vanessa padanya pasti ingin dia terus menemani Vanessa kemanapun dia mau.
Jam istirahat berakhir semuanya masuk kelas dan Vanessa sudah duduk sambil membuka bukunya. Kodi melihat Vanessa dan dia duduk mendekati gadis cantik itu.
" Kamu mau kasih hukuman aku apa... apakah aku harus melakukan hal yang bisa membuatmu bahagia" bisik Kodi ditelinga Vanessa.
"Iya... buat aku bahagia .. seperti membelikan aku steak daging" sahut Vanessa.
"Tapi aku tidak bisa mengajakmu jalan jalan" ucap Kodi lagi
"Kenapa..apa karena kamu sudah pupuler disekolah kau tak mau mengajak ku" tanya Vanessa dengan sedih.
"Bukan itu.. Vanes.. ibuku ada dirumah aku ingin menghabiskan waktu denganya . Selama inu dia terlalu sibuk berkerja.. jadi aku mohon kau mengerti tapi aku janji akan memberikan daging steak sebanyak yang kau mau" jawab Kodi dan Vanessa tersenyum
"Kodi... terimakasih.. aku sangat mencintaimu" kata Vanessa tanpa sadar membuat jantung Kodi dekdekan dan wajahnya mulai merah dia merasa ada yang aneh dalam dirinya.
"Coba ulangi apakah aku tidak salah dengar" Kodi bertanya lagi.
"Bukan... apa..apa Kodi ayo belajar guru sudah datang" sahut Vanessa dia merasa malu mengatakan cinta pada Kodi rasanya dia teringat Rahman kala ketika pemuda itu memberi sebuah kue bingka padanya kata kata itu yang sering dia ucapkan dan membuat Rahman terkesan.
Vanessa melangkah keluar dulu dari Kodi dia merasa tidak enak sebuah aroma bau bawang sangat menusuk dihidungnya, ya siapa lagi yang tidak suka denganya dia adalah Laras cewek tomboy yang iri padanya. Perempuan itu sangat benci padanya dia adalah gadis keluarga keturunan dari percampuran suku asli Kalimantan dan Jepang. Mata Laras terlihat sipit, kulitnya putih dan dia tidak terlalu tinggi sebenarnys dia cantik jika berdandan tapi dia terlihat seperti laki laki dengan rambut diikat kuda .
Laras sangat membenci Vanessa dan juga ayahnya Steven , kehidupanya tak sebahagia teman temanya yang lain. Sehingga dia terus berkerja keras bila pulang sekolah untuk berjualan kesana kemari.
Konon katanya Takaeda kakek buyutnya lari dan bertemu gadis lokal yang terlihat manis dan pernikahan pun terjadi hingga mereka memiliki keturunan dan matanya sipit ciri khas jepang kala itu.