Kodi tersenyum dengan begitu menggoda, siapa pun yang melihatnya pasti akan meleleh seperti es yang apabila terkena sinar matahari pasti meleleh meskipun awalnya beku. Begitu juga Vanessa dia ibarat bongkahan es yang terlihat dingin tak bisa bergerak kala Kodi memangkunya dengan acuh tak ada beban, bagaikan seorang ayah yang memangku anak perempuan dengan cinta.
"Kodi...turunkan aku.. aku tidak enak kau perlakukan begini aku malu" ucap Vanessa mencoba melepaskan Kodi.
"Tidak..aku hanya ingin kamu berhenti mengoceh.. hanya ini yang membuatmu berhenti bicara"sahut Kodi dengan senyuman.
"Aku boleh tanya tidak" kata Vanessa menatap tajam Kodi.
"Boleh..kau boleh tanyakan apa saja nona cantik" sahut Kodi dengan enteng. Vanessa menahan senyumnya seakan merencanakan sesuatu .
"Kodi.. pantas saja kamu perjaka.. sekarang aku tau alasanya karena dirimu mati pucuk" Vanessa berkata menatap Kodi dan membuat Kodi jadi malu , dan tanpa aba aba dia meletakan Vanessa ketempatnya kembali.
"Vanes..kata katamu vulgar..kau tak tau malu.. Beni pasti mendegarnya dan menertawakanku... darimana kamu tau segala mati pucuk..apakah kau pernah bercinta atau mengenal laki laki hanya duduk dipahanya.Aku memang perjaka tapi bukan seperti kau tuduhkan padaku.. aku menjaga semua ini agar ketika berhubungan hanya untuk wanita aku cintai" kata Kodi dengan kesal. Vanessa terdiam begitu sensitifnya hati Kodi sampai berkata seperti itu.
"Kodi..aku ini perawan.. aku cuma becanda" sahut Vanessa tapi Kodi membisu dan tak bicara.
Vanessa berusaha memegang Kodi tapi pria tampan itu menepisnya dan menjauh dari Vanessa dia pergi dan mencari kursi yang kosong. Vanessa binggung berbuat apa .. dia tidak tau bagaimana membuat Kodi tidak marah lagi, hingga perjalanan tidak terasa mereka sampai di sekolahan.
Malam pukul 8 malam mereka sampai. Kodi turun dengan membisu disusul Vanessa kemudian namun tak ada suara dari mereka.
"Kodi.. tunggu aku minta maaf karena becanda terlaluan padamu" ucap Vanessa mengejar Kodi. Kodi tetap diam dan memalingkan mukanya menatap sinar malam.
"Kodi..apa kau mendegarkanku... aku minta maaf kenapa hatimu seperti perempuan yang diam tanpa suara"Teriak Vanessa. Kodi menatap gadis didepanya dan memandang sambil menatap dengan tajam.
"Apa kau punya hati.. apa kau punya malu.. kamu bicara dibus seakan mempermalukan ku.. seakan aku bukan pria normal Vanessa. Apa perlu aku buktikan bahwa diriku ini normal Vanessa dan menyentuhmu agar aku tidak seperti yang kau bilang tadi " ucap Kodi mendekat seakan ingin mencium Vanessa.
"Kodi aku minta maaf" Vanessa membalas kata Kodi dan terasa gugup.
"Apa maaf mu cukup mempermalukan ku.. Vanessa sekarang aku akan membuktikan bahwa tuduhan itu salah... aku laki laki punya naluri dan nafsu.. melihatmu seakan aku ingin menyentuhmu dan memuaskan hasratku"ucap Kodi semakin mendekat, Vanessa menjadi ketakutab hilang sudah kekuatanya , hilang sudah dirinya yang buas bagaikan siluman yang menatap mangsa ingin menyantapnya. Kini Kodi semakin mendekat dan Vanessa menjadi bodoh dan hingga jalan satu satunya dia menginjak kaki Kodi lalu berlari dan masuk halaman rumahnya.
Kodi tertawa terbahak bahak melihat tingkah laku Vanessa yang ketakutan dan berlari bagaikan dikejar siluman.
"Gadis bodoh.. dia kan siluman punya kekuatan super masa aku pura pura mau memperkosanya dia berlari... rasakan pembelasanku" ucap Kodi masuk menuju pagar rumahnya. Keningnya berkerut memandang mobil ibunya terpakir dihalaman. Dia masuk dan menuju kamar mandinya.
Vanessa lalu berlari dan menuju kamarnya. Bodoh.. kenapa aku takut sama Kodi aku kan siluman ucap Vanessa dalam hati. Kini wajahnya memerah mengingat kelakuan Kodi padanya.
Kodi yang baru selesai mandi dan menganti bajunya kaget menatap Vina duduk sambil memegang minuman anggur yang dia tuang dalam gelasnya.
"Sejak kapan mamah mulai menyukai minuman beralkohol" tanya Kodi.
"Sejak mamah mulai sedikit pusing..jadi mamah hanya butuh ketenangan" ucap Vina menuangkan winenya kedalam gelas.
"Mamah..jika mamah pusing ya..berdoa sholat atau apa ke.. bukanya minum wine itu tidak baik mah" jelas Kodi panjang lebar.
"Sejak kapan kamu mulai ngatur mamah..udahlah tugas mu hanya belajar Kodi"ucap Vina secara tegas.
"Ya..ma..tugas Kodi memang belajar tapi aku berusaha menyadarkan mamah agar tidak seperti ini.. mamah aku tau mamah sudah membohongiku tentang perceraian dengan papah. Mamah itu terlalu sibuk asyik dengan dunia mamah.. dan inilah yang membuat papah meninggalkan mamah" Kata Kodi sambil penuh amarah dan sontak Vina kaget mendegarkan ucapan yang begitu menusuk hatinya.
"Kodi...darimana kamu tau perceraian mamah dengan papah" tanya Vina sambil meletakan minumanya dimeja.
"Mamah aku sudah tau semuanya... mamah dan papah sangat pintar bersandiwara seolah masih bersama"jawab Kodi.
"Kodi..apakah papahmu bercerita." Vina masih syok mendegar lontaran Kodi.
"Tidak mah..Aku sudah curiga dan menduga semuanya. Asal mamah tau aku butuh perhatian mamah dan juga kasih sayang mah ... bukan mamah malah meminum minuman seperti ini... aku masih punya hati mah peduli dengan mamah jadi stop jangan angap aku seperti anak kecil yang selalu menurut perintah mamah dan diam bila melihat mamah seperti ini". Kata Kodi lalu pergi kekamarnya Vina hanya terdiam mendegar ucapan Kodi. Ini baru pertamanya Kodi berdebat dan peduli padanya sunguh Vina menyesal dengan apa yang telah dia lakukan pada Kodi.