Air mata Vanessa tumpah kala membaca surat Rahman, tapi dia tidak mau menyerah akan hubungan mereka. Jadi dia berusaha sekuat tenaga untuk tegar. Suara langkah kaki terdengar , sepertinya ayahnya datang dan Vanessa cepat cepat menyimpan semua pemberian Rahman dibawah tempat tidurnya.
Steven membuka kamar Vanessa dan membawa makanan , sebuah roti yang berisi daging dan keju. Hatinya iba melihat Vanessa dia tak mau bicara dan matanya sembab oleh menangis terus seharian.
"Vanessa makanlah... ini makanan yang papa bawakan untukmu" Steven berkata sambil memberikan makanan pada Vanessa dan meletakan diatas meja.
"Aku tidak lapar papa... bawa saja makanan itu"ucap Vanessa dan wajahnya tanpak kesal.
"Vanes.. sayangku jangan keras kepala begini..nanti dirimu sakit.. papa tidak mau kamu begini...ayolah makan .." Steven mengatakan dengan lembut , tapi Vanessa masih keras kepala.
"Papa... lebih baik aku mati daripada tidak menikah dengan Rahman.. jika hanya tidak makan meringankan sakit hatiku maka akan aku lakukan..demi membuatmu bahagia... " Vanessa berkata dengan keras kepala. Hati Steven begitu sakit melihat putrinya begitu. Dia tidak bisa berbuat apa apa kecuali diam dan pergi meninggalkan Vanessa. Tapi Vanessa tetap saja menangis dan merintih.
Malam itu juga Steven pergi menemui haji Udin dan juga Rahman dia berharap bisa bernegosiasi untuk bisa membatalkan rencana pernikahan dan bisa membuat Vanessa tidak keras kepala.
Rencana Steven gagal saat datang ke kediaman haji Udin, keluarga itu tidak ada dirumah mereka pergi ketempat kerabatnya yang baru saja meninggal.
Kini Steven berbalik kerumahnya dia melihat Vanessa tertidur pulas, tanganya membelai putri kesayanganya. Steven merasa menyesal menyakiti hati Vanessa , seumur hidupnya baru kali ini Vanessa yang benar benar keras kepala dan meminta permintaan yang begitu berat baginya.
Steven mencoba mempertimbangkan semua keputusanya, dan sangat sulit mewujudkan apa yang dipinta Vanessa . lalu dia pergi menuju kamarnya.
Seperti biasa Steven bagun menghampiri kamar Vanessa dan sama saja tak ada makanan yang dia sentuh , makanan yang sore dia letakan tak sedikitpun Vanessa sentuh Steven menjadi panik tubuh Vanessa menjadi panas, wajahnya pucat dan terlihat begitu memprihatinkan.
Steven memanggil dokter untuk mengobati Vanessa dia bernama Issabel Van Hotern Panggilanya Issabel .Dokter cantik itu tubuhnya kurus dan tinggi semanpai usianya sekitar 30 tahun dia memberikan resep obat pada Vanessa dan menggompres tubuh Vanessa .
"Tuan .. sepertinya anak anda sedang keadaan kondisi hatinya tidak baik, perutnya kosong dan saya takut lambungnya akan mengalami masalah.. begitu juga dengan bibirnya terlihat kering seperti dehidrasi kekurangan cairan. Coba anda teteskan air dimulutnya. Atau tidak suruh nona ini bangun dan beri air sedikit manis agar.. dia tidak mual ketika makanan terisi diperutnya" Ucap dokter Issabel panjang lebar pada Steven yang terlihat sedih.
"Terimakasih nona Issabel nanti saya akan kasih pada putri saya Vanessa apa yang anda sarankan untuk kesehatanya " jawab Steven.
Ketika dokter Issabel pergi, Vanessa mengigau memanggil Rahman dan Steven menjatuhkan air mata menatap putrinya yang sakit dalam keadaan tak berdaya.
"Vanes.. bangunlah ayo minum.. papa buat sup kesukaanmu" Steven berkata sambil membelai wajah putrinya.
"Rahman... Rahman..."ucap Vanessa.
Seketika matanya terbuka dalam tubuh masih saja panas terlihat pucat.
"Papa... kenapa papa disini" tanya Vanessa dengan keadaan lemah.
"Vanes...ayo makan dan setelah itu minum obat agar kau sembuh" ucap Steven membawa semangkuk bubur sup kesukaan Vanessa.
"Papa.. aku tidak makan.. biarlah aku mati pa.. tanpa menikah dengan Rahman" jawab Vanessa.
"Vanes...sejak kapan kau begitu keras kepala.. hati papa begitu sakit melihatmu... jangan begitu kau harus sembuh demi masadepan mu" Steven mulai mengucapkan seakan memberi harapan untuk putrinya. Tapi Vanessa tetap keras kepala dia tidak mau makan bila tidak memberi restu.
"Aku tidak lapar pa" sahut Vanessa.
"Vanes.. lihat kondisi mu kau lagi sakit.. tolong jangan siksa dirimu hanya karena cinta.. Vanes jika kau makan papa janji akan mengabulkan semua keinginanmu" ucap Steven dengan keadaan panik.
"Benarkah papa bila aku makan kau mengabulkan apa yang aku inginkan termasuk menikah dengan Rahman" Vanessa berkata menatap Steven ada binar kebahagian.
"Iya.. jika itu yang kamu kehendaki..ayo makanlah demi kesehatanmu dan juga hidupmu" sahut Steven.
Steven memberi sebuah minuman yang dicampur sedikit madu dan menyuruh Vanessa meminumnya. Kemudian memberi bubur sup yang berisi bubur dan sayuran.
Meakipun hanya makan sedikit setidaknya mengisi perut Vanessa yang kosong.
Di tengah Vanessa yang lagi beristirahat ,terdengar suara yang begitu gaduh sebuah ledakan tembakan yang nyaring ditelinga. Steven keluar sebentar dan menatap dari balik pintu, para warga berlarian hingga semua orang masuk kedalam rumah menyelamatkan diri.
Entah apa yang terjadi semuanya kurang jelas, Steven menutup rumah dia sudah bersiap apabila ada yang berani mengusik keberadaanya. Perutnya sudah lapar dan haus akan darah segar untuk menambah kekuatanya .
Steven tidak tau bahwa Jepang sudah masuk kekawasan mereka dan sudah menyerbu para tentara Belanda dan membunuh sebagian dari pasukan Belanda.
Banyak orang sebagian ditawan sebagian mereka bunuh karena melawan mereka dan semua pasukan yang dipimpin William bersembunyi .
Rahman dan ayahnya serta adiknya baru saja pulang dari pemakaman, tiba tiba melihat orang bermata sipit berlari mengejar orang orang mereka. dia mencoba menolong tapi haji Udin mencegah karena terlalu banyak pasukanya. Mereka bersembunyi dibalik rindanya pohon bambo.
"Bah..kenapa abah melarang ku untuk menolongnya" ucap Rahman pada haji Udin.
"Kamu akan mati menghadap mereka yang terlalu banyak, lihatlah mereka membawa senjata.. meskipun dirimu punya ilmu bela diri, jika dihadapkan dengan puluhan bahkan ratusan orang memakai senjata maka akan memberi nyawamu pada orang lain" ucap haji Udin pada Rahman.