Vanessa melangkah masuk kerumahnya, dan menatap Steven tengah membaca media percetakan kala itu atau istilahnya koran . Bahasa yang digunakan bahasa Belanda dan melayu kala itu. Vanessa mendekati ayahnya dan dengan gugup dia mulai membuka pembicaraan.
"Papa.. aku sudah mau 17 tahun aku ingin menikah papa" Vanessa berkata dengan pelan kepada ayahnya dengan rasa gugup bercampur aduk. Steven melihat putrinya disela kertas yang dia pegang dan kemudian dengan santai berkata.
"Vanes..apakah kau mau menikah dengan William bukan kah kamu tidak menyukainya lantas siapa orang yang kamu maksud" Tanya Steven menatap lekat putrinya seakan pandanganya menusuk hati Vanessa.
"Bukan William.pa..aku mau menikah dengan Rahman" ucap Vanessa. Steven menatapnya seakan tak percaya ..bagaimana mungkin dia jatuh cinta dengan golongan berbeda dan keyakinan berbeda. Berbeda dengan ibunya Vanessa dia mengikuti keyakinan Steven. Lalu bagaimana dengan Rahman dia sangat religius dan ayahnya haji Udin begitu panatik terhadap agamanya.
"Vanes..kamu tidak salah bicara mau menikah dengan Rahman .. tolong katakan pada papa" Steven mencengkram bahu Vanessa tanpa sadar
"Papa..aku sangan mencintai Rahman dan dia berniat melamarku.. aku tidak bisa hidup tanpa Rahman pa.."Kata Vanessa berkaca kaca cengkraman Steven membuat bahunya kesakitan.
"Vanes.. ada banyak perbedaan diantara kalian termasuk keyakinan kita.. bagaimana mungkin kalian bersatu" Steven berkata sambil menegaskan pada Vanessa untuk memikir ulang kata katanya.
"Papa aku sudah bulat memikirkanya aku akan menikah dengan Rahman dan ikut keyakinanya" ucap Vanessa dengan tegas, membuat ada api terpancar diwajah Steven yang tampak merah mendegar Vanessa merubah keyakinanya.
"Vanes..papa tidak setuju dengan keputusan mu.. pindah keyakinan apa kata orang kau mengikuti keyakinan para irlander... itu bodoh..Vanes haji Udin memang berjasa merawatmu waktu dulu tapi bukan itu cara membalas kebaikanya jangan lakukan hal bodoh yang membuat papa malu Vanes.... jangan" kata Steven dengan emosi.
"Setuju atau tidak setuju Vanes akan menikah dengan Rahman papa" Teriak Vanessa membuat Steven penuh emosi dan menampar pipi Vanessa.
"Anak kurang ajar.. selama ini papa salah telah memberi kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja termasuk Rahman... tapi..apa.. kau butakan semua kepercayaan papa dengan cinta. Nee..nee .. Vanessa papa tidak setuju dengan keputusanmu lebih baik kamu menikah dengan William jika mempermalukan papa" Steven penuh emosi berkata dengan Vanessa yang tidak setuju atas keputusan putrinya.
"Papa pengen Vanes .. bahagia itulah kebahagiaan Vanes menikah dengan orang yang aku cintai" ucap Vanessa dengan linangan air mata.
"Ikut..papa kau harus dikurung sampai otak mu beres jangan keluar sebelum kau merubah semua rencana mu" Steven berucap penuh amarah dia menarik tangan Vanessa dan menguncinya di kamar. Vanessa terus berteriak sambil memukul pintu.
"Papa ..papa...bukan..pintu..papa.."
Teriak Vanessa tapi Steven tak menghiraukan semua itu dia tetap saja mengunci lalu pergi meninggalkan Vanessa yang meraung raung membuka pintu.
Rahman yang sedang dilanda cinta hatinya terus membayangkan wajah Vanessa sambil memotong kuku mengunakan kikisan pisau kecil sambil bernyanyi merdu.
Haji Udin datang menatap putranya yang tidak biasa seperti itu.
"Rahman..apa kamu lupa hari ini" tanya haji Udin.
"Kalau tidak salah hari senin atau hari selasa ulun lupa bah" jawab Rahman sambil terus memotong kukunya.
"Astafirullah Rahman ada apa dengan mu nak.. sampai hari pun kau lupa.. otakmu sudah tidak beres.. ingatkah nak bahwa ini hari selasa, ingat hari selasa tidak baik untuk memotong kuku alangkah baiknya menuruti sunah rasul seperti hari senin, kamis dan jum,at." Haji Udin berkata dengan panjang lebar menjelaskan pada Rahman saat itu.
"Memangnya kenapa bah ..kalau memotong hari selasa" tanya Rahman menatap ayahnya yang duduk diteras rumah.
"Tidak cuma mitos tapi ada disuatu kitab yang menjelaskan apabila memotong kuku pada hari selasa akan membawa bencana dan musibah" ucap haji Udin.
"Bah setiap bencana dan musibah itu semua atas kehendak allah. Dia yang mengatur segalanya meskipun itu ada kitabnya tentang mitos tak semua itu benar bah" sahut Rahman.
"Sejak kapan dirimu sudah bisa membahas kata abah.. apakah otak mu sudah di isi seorang wanita. Rahman kita hidup dengan penjanjaj kita harus hati hati dalam segala tindakan termasuk ini. Semoga saja allah melindungi kita" haji Udin berkata sambil memandang wajah Rahman yang memang sedang jatuh cinta.
"Amin bah" jawab Rahman.
Sebenarnya Rahman menunggu Vanessa dia sudah mulai gelisah tapi orang yang ditunggu belum juga datang . Hingga dia sudah mulai jenuh sedikit dikit marah pada Saipul adiknya.
Hingga pikiran Rahman sudah mulai jenuh dia menyuruh Saipul untuk datang kerumah Vanessa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya apakah Vanessa baik baik saja atau ada masalah.
Saipul yang menuruti kakaknya pergi ketempat Vanessa yaa.. dia adalah adik satu satunya Rahman namanya Saipuludin panggilanya Saipul usianya sepuluh tahun dan dia menuju kediaman Vanessa dengan rumah kayu . Suasana rumah tampak sepi ..Saipul berlari mengelilingi belakang rumah tepat disuatu jendela terdengar suara tangisan seorang wanita yang menjerit. Steven yang sedang pergi membuat Vanessa semakin histeris menangis.
Vanessa terus menangis, tiba tiba terdengar suara anak kecil yang memanggil namanya.
"Kak... Vanessa... Kak.. ini Ipul kak adiknya kak Rahman apakah kakak baik baik saja disitu . Aku disuruh kakak Rahman menemui kakak" Saipul berkata berdiri disebuah jendela sambil berbicara dengan hati hati .
"Ipul... tolong bawakan Kaka dan kasih surat ini buat Rahman tunggu sebentar kakak menulisnya" kata Vanessa sambil mengambil kertas dilacinya.