Dengan penuh cinta Kodi mengajari Vanessa cara makan mie hingga yang punya kantin tubuhnya terasa mengigil. Vanessa menjadi iba melihat orang ketakutan padanya tapi dia mau apa lagi toh dia bukan penjahat yang berniat menakuti orang ataupun menyakiti orang.
Seketika bel berbunyi mereka kembali dan masuk ke kelas akhirnya yang punya kantin lega. Kodi memberi uang namun Vanessa menepisnya.
"Kenapa kau malah memasuki uangnya di saku ku" tanya Kodi terheran melihat Vanessa begitu aneh hari ini.
"Sebab aku yang akan membayarnya" Sahut Vanessa. Yang punya kantin jadi ketakutan.
"Tidak usah bayar hari ini gratis untuk kaliam berdua" ucap yang punya kantin sambil mengigil katakutan.
"Ambilah emas ini untuk mu sebagai tanda terimakasih ku yang baru pertama kali makan disini" Vanessa berkata sambil menyodorkan beberapa golden emas yang antik, harganya sangat mahal bila di jual pada kolektor barang antik atau tukang emas sekalipun . 1 golden saja bisa puluhan atau bahkan bisa 100 juta tapi Vanessa memberi 5 golden emas bisa ditapsirkan ratusan juta nilainya.
Mereka berdua pergi dan yang punya kantin bersyukur mendapat rezeki nomplok hari ini. Ternyata Vanessa tak seburuk orang orang kira.
Tak terasa kini mereka sudah pulang sekolah , Kodi mengajak Vanessa pulang.Seperti biasa mereka jalan kaki dan melewati jalan setapak dan kemudian Vanessa sampai rumahnya Kodi melambaikan tangan begitu juga Vanessa mereka sama sama bersemangat untuk sekolah. Namun dibalik pintu ketika Vanessa mau masuk dia melihat Steven ayahnya tengah berdiri dihadapanya.
"Kamu masih saja berhubungan dengan manusia itu" ucap Steven memandang putrinya yang tengah di mabuk cinta.
"Iya... pa.. dia pria yang baik"Vanessa berkata pelan pada ayahnya yang kini duduk di kursi.
"Jangan terlalu terbuai akan cinta sebab semuanya tidak bisa dipercaya"Steven berkata menatap putrinya yang berdiri bagaikan patung.
"Papa Kodi sudah tau siapa diriku.. dia juga tidak takut denganku dibanding dengan lainya , dia menerimaku apa adanya papa. Terus apalagi yang ingin papa ragukan dari dia" Vanessa berkata dengan mata berkaca kaca seakan ada butiran kristal yang ingin keluar dari matanya. Ini sudah kesekian kali dia membahas pada ayahnya namun begitu sulit membuat Steven tidak ragu lagi akan Kodi yang dia cintai.
"Vanes..anaku mungkin saat ini dia menerimamu apa adanya karena tidak ada pilihan lain tapi jika dia tau kelemahan mu dia bisa membunuhmu tanpa harus kau ketahui. Kita ini bukan manusia lagi jadi kita berhati hati pada santapan kita. Tolong Vanes jangan berpikir polos cinta akan membawa penderitaan sayang" sahut Steven dengan lembut.
"Papa..berulang kali papa begitu papa selalu tidak percaya padaku..bahkan meremehkan setiap orang mendekati ku.Pa..Kodi itu berbeda dari mereka." tukas Vanessa menatap ayahnya.
"Vanes..jangan lakukan hal bodoh lagi..ingat dulu kamu kabur dari rumah hanya demi laki laki dan kamu mati hanya demi cinta untuk laki laki. Sekarang papa tidak berdaya jika semua itu terulang lagi, sudah cukup ibumu pergi meningalkan papa.. jangan sampai dirimu.. kau begitu berharga bagi papa Vanes" Steven berkata seakan mengungkap seluruh hatinya yang sakit karena mengingat kondisi Vanessa yang sempat mati oleh bunuh diri.
"Papa.. kenapa papa bilang begitu.. setiap orang pasti akan mati dan menyusuri kematian yang sudah digariskan oleh tuhan .. mengapa papa begitu egois menyalahkan laki laki. Bukankah papa juga laki laki.. seharusnya aku juga harus mati agar bisa bertemu dengan Rahman tanpa harus berada dibumi ini dengan kesepian . Papa harus tau daripada aku kesepian disini meskipun hidup abadi aku lebih memilih mati pa... cukup bagiku pa.. tersiksa dengan jiwa yang tersesat oleh ilmu hitam papa" Kata Vanessa yang pergi meninggalkan Steven dan menuju loteng kamarnya.
Vanessa menangis lagi dikamar sekan masalalu kembali menghantui pikiranya. Setiap Steven mencoba mengingatnya untuk behati hati setiap juga dia terbayang akan masalalunya bersama Rahman.
Vanessa mengingat ketika pada suatu hari , Rahman datang membawa sebuah bunga mawar ketika dia duduk disungai. Rahman tersenyum memandang gadis didepanya memakai sebuah topi menutupi kepalanya dan wajah Vanessa terlihat cantik.
"Vanes..coba lihat bunga ini ku bawakan untukmu" Rahman berkata sambil memberikan bunga pada Vanessa dan Vanessa mengambilnya sambil mencium bunga itu.
"Terimakasih bunganya bagaimana apakah gerangan kamu membawaku kemari" tanya Vanessa terhadap Rahman dan tersenyum padanya.
"Aku sudah memberitahu hubungan kita pada abah.. dia hanya diam dan menyerahkan semua keputusan itu padaku.. tinggal satu yang belum"ucap Rahman sambil memandang wajah kekasihnya yang terlihat canti dimatanya.
"Apa itu" tanya Vanessa.
"Yaitu beritahu ayahmu tentang hubungan kita dan kamu bersedia pindah mengikuti keyakinan ku dan meminta restu padanya" jawab Rahman sambil memandang serius pada Vanessa.
"Aku akan berusaha memberitahu papa dan merestui hubungan kita.. karena aku sangat mencintaimu Rahman"ucap Vanessa memandang wajah Rahman yang tersenyum malu sambil menunduk menatap sungai.
"Vanes.. jika ayahmu tidak setuju apa yang harus kau lakukan" tanya Rahman seakan ketakutan pada dirinya.
"Aku akan kabur dan ikut dengamu.. " jawab Vanessa enteng seakan tidak ada beban dihatinya.
"Vanes..itu bukan jawaban yang ingin aku dengar, dalam keyakinan ku perkawinan harus ada walinya yaitu ayahmu atau paman mu jika tidak ada maka pernikahan itu tidak syah" Rahman berkata sambil menjelaskan kepada Vanessa yang terdiam.
"Tapi di keyakinan ku tidak begitu tanpa seorang ayah asalkan ada pendeta dan ada orang mendampingiku maka semuanya syah menjadi suami istri" Sahut Vanessa sambil cemberut.
"Vanes.. lalu bagaimana ini..itu keyakinanmu.. tolonglah..apakah ada paman dari keluarga ibu mu atau ayahmu yang masih kamu kenal" tanya Rahman seakan mengusir ketakutanya untuk kehilangan Vanessa dalam hidupnya.
"Ada.. tapi tempatnya cukup jauh.. baiklah .. jika papa tidak setuju kita akan kesana" kata Vanessa dengan riang. Tapi tidak untuk Rahman hatinya gelisah ada perasaan yang khawatir kala itu antara cinta dan nasib kampungnya dipertaruhkan atas hubunganya bersama Vanessa. Oh tuhan adilkah semua ini.. mengapa cinta antara golongan yang berbeda sulit dipersatukan ucap Rahman dalam hati.