Mereka dengan senyuman sambil menuju gerbang sekolah,Ketika gerbang sudah tertutup mata Vanessa menggarah pada kunci gembok pagar dan pagar terbuka dengan sendirinya. Kodi agak terpukau melihat semua itu bukan satu dua kali yang Kodi lihat tapi itu sudah biasa rasanya takutnya sudah hilang dia sudah menerima Vanessa apa adanya.
Ketika mereka memasuki ruangan seluruh siswa masih memandang lekat pada mereka berdua.
"Vanes..tersenyumlah buatlah dirimu tidak sejahat yang mereka pikirkan" Kodi berkata sambil berbisik ditelinga Vanessa. Vanessa hanya menganguk namun senyumnya terlihat menyeram bagi teman sekelasnya bagaimana tidak senyum itu memperlihatkan gigi taring yang runcing, mata merah bernyala nyala seakan membius ketakutan diseluruh ruangan.
Entah apa yang dilihat Kodi wanita itu seakan cantik dimatanya sedangkan teman sekelasnya itu terlihat sangat menyeramkan.
"Kodi.. lue itu bego apa tidak sih..lue lihat semua ketakutan melihat senyum Vanessa..mengapa lue ngak ada takut takunya sih" Laras berbicara dan Beni menarik tanganya. Vanessa berhenti tersenyum namun Kodi begitu marah pada Laras karena berkata seperti itu didepan teman temanya.
"Laras jaga ucapan. ..sudahlah jangan menghinanya lagi, Vanessa manusia biasa seperti kita dia tidak sejahat seperti kalian bayangkan" ucap Kodi yang menatap Vanessa sambil melirik Laras.
"Kodi..dia itu bukan manusia tapi.." Kata kata Laras terputus ketika guru Olahraga masuk dan mereka kembali duduk dikursi.
Mereka menyapa guru olahraga baru dengan penampilan rapi kurus dan tinggi serta wajah ke bulean dia adalah bernama Robert seorang guru baru usianya sekitar 30 tahun dengan wajah sedikit sedikit sanggar dan ada bintik bintik merah diwajahnya. Dia juga pandai berbahasa indonesia karena perpaduan darah antara Manado dan Amerika.
Robert memandang Vanessa yang tengah duduk dengan Kodi , wajahnya dingin bagaikan es salju tapi Robert begitu terpesona memandang kecantikanya.
"Hei kenalkan nama saya Robert Wilton saya akan menjadi guru olahraga kalian . Silahkan kalian memperkenalkan diri masing masing Kata Robert menperkenalkan dirinya.
Vanessa membeku tubuhnya terasa tidak enak dan semakin gelisah ,pasalnya wajah itu sangat mirip di masalalunya ya dia itu William pria yang selalu mengejarnya. Semua orang memperkenalkan diri termasuk Vanessa dan juga Kodi.
"Terimakasih semuanya saya harap kita butuh untuk reflesing mengenal cagar budaya dipulau ini dan olahraga dialam terbuka jadi minggu depan kita camping" kata Robert sambil tersenyum.Semua murid bersuka ria tapi pandangan mereka terhenti ketika Vanessa menatap mereka.
Setelah melewati berbagai materi pelajaran , bel berbunyi semua murid beristirahat tapi tidak dengan Vanessa dia diam dan hanya duduk dikursinya.
"Vanes kita makan mi yuk" Kodi berkata membawa Vanessa mengajaknya ke kantin .
"mi rasanya aku tidak bisa memakanya Kodi aku lebih suka makan daging"jawab Vanessa.
"Vanes...sebentar lagi kita camping jadi kamu harus terbiasa makan yang instan jika tidak mereka akan terus berprasangka buruk padamu" sahut Kodi menatap Vanessa memandang wajahnya .
"Kodi..aku akan berusaha makan apa yang kalian makan, tapi aku bukan manusia seperti kalian.. aku ini manusia setengah monster jika aku tidak makan daging tubuh dan kulit melemah dan kekuatanku tidak ada lagi serta wajahku menjadi mengerikan..aku harus makan daging" Vanessa dengan sedih berkata seperti itu , dirinya berusaha menjadi manusia yang utuh tapi dia tidak bisa melawan kodrat sebagai siluman srigala yang abadi.
"Vanes..kamu bisa mencari daging dihutan..dan kamu bisa makan hewan apa saja ..asalkan kamu berpura pura seolah menjadi manusia yang seutuhnya . Aku akan selalu ada untukmu " Kata Kodi. Vanessa pun menatap penuh cinta pri didepanya dambaan semua wanita yang begitu tulus membantunya.
Kodi dan Vanessa menuju kantin, semua mata menuju pada mereka berdua. Bahkan para siswa semua pergi dari kantin dan membayar makanan tanpa ada yang mencicipi hingga yang tersisa hanyalah Kodi dan Vanessa.
Begitu menyeramkah sesosok Vanessa hingga tidak ada seorang pun mendekatinya kecuali Kodi.
Laras dan Beni menatap dari kejauhan mereka mengawasi setiap langkah yang dilakukan Kodi bersama Vanessa.
"Ben.. kira kira monster itu punya rencana tidak untuk membunuh Kodi.. dia sepertinya menyukai Kodi" ucap Laras duduk mengintip bersama Beni.
"Laras.. kayaknya Vanessa ngak mungkin bunuh Kodi .Apa kita ngak berlebihan ..nanti Vanessa marah sama kita gimana..dia makan kita" Sahut Beni yang masih ketakutan.
"Eh..cupu.. lue tu ya..cowok tapi penakut.. tenang gue ada penangkalnya menurut orang disini Vanessa takut sama bawang tunggal jadi kalau dia mau makan kita..ya..tinggal dilempar sama dia.. jadi dia lari" Laras berkata sambil memandang Beni yang lagi gelisah.
"Kalau.. gitu kenapa kamu ngak usir aja Vanessa dari sekolah kita" jawab Beni menatap Laras.
"Eh..lue bego apa tidak sih... kita ngak bakal ngusir dia.. dia tu anak pemilik sekolah ini.. kita gunakan senjata ini kalau posisi kita terancam.. lue lihat tas gue..ini ada terasi sama bawang tunggal" ucap Laras sambil memperlihatkan satu plastik terasi sama bawang tunggal.Beni jadi tidak bisa menahan tawa melihat tingkah konyol temanya.
"Ha..ha..ha.kamu lucu juga..ya pantesan di kelas kita bau terasi ternyata kamu yang bawa... apa ngomong ngomong kamu mau jual bawang di sekolah ... buat nambah uang jajan"Beni menggoda sahabatnya itu yang menutup kembali tasnya.
"Yee teman diledekin ngak lucu tau.. sana..jangan keras keras entar mereka tau lagi" kata Laras dengan kesal sama Beni.
"Aku curiga nih..jangan jangan kamu suka sama Kodi ngak biasanya kamu gini sama cowok" ucap Beni pada Laras.
"Eh..jangan sembarangan ya lue ngomong gue cuma kasian mau bantuin dasar aneh" Sahut Laras lalu pergi meninggalkan Beni karena kesal mendegar kata kata Beni. Ya terasa aneh Laras jadi peduli mungkin kata Beni benar dia kadang cemburu melihat Vanessa bersama Kodi.