Sebenarnya sulit bagi saya menulis cerita ini apalagi dengan peristiwa pembunuhan Rahman dalam karakter ini, jelas saya sebagai penulis sampai menetes air mata seakan akan saya yang mengalami Vanessa rasakan seakan akan juga itu terjadi dimasalalu saya sendiri. Dan Next lanjut untuk cerita Kodi sebelum menceritakan masalalu Vanessa.
*****
Kodi meliat alarm jam sudah pukul 6 pagi , dia membersihkan tubuhnya setelah hampir semalaman menuju ruang rahasia Vanessa . Dan hari ini Kodi lupa bahwa adalah hari minggu pertemuanya dengan Laras dia lalu mandi meskipun kepalanya agak sedikit pusing.
Setelah mandi Kodi lalu sarapan, hari ini Kodi sedikit lega bahwa tidak ada ibunya, ya...ibunya tengah keluar kota untuk seminggu mengelilingi tiap perkebunan area Kalimantan.
Kodi merapikan bajunya dan dia teelihat tampan , dan menoleh melihat jendelanya menatap kamar Vanessa dan terlihat lampunya masih mati. Mungkin Vanesaa lagi tidur pikir Kodi, padahal Kodi lupa bahwa Vanessa bukanlah manusia biasa seperti dia yang memiliki rasa lelah .
Kodi keluar dan menuju garasi mengambil motornya dan kemudian dia pergi. Sebuah tatapan mata menuju kepergian Kodi.
Kodi sudah sampai di sebuah cafe yang sudah dia janjikan , mata Kodi terlihat merah dan ada lingkaran hitam di area matanya karena semalaman tidak tidur. Dia beberapa kali menguap dan terlihat kantuk untuk jam sepagi ini.Meskipun belum buka tapi Kodi sudah memesan cafe itu sehingga sudah pagi sekali buka.
Laras yang baru datang tanpak terlihat heran ada cowok didepanyan terlihat malas dan kepalanya tertunduk diatas meja. Sebenarnya Kodi ingin sekali menolak ajakan Laras tapi dia tidak enak dan merasa penasaran mengapa semua teman temanya dikelas begitu takut akan sesosok Vanessa yang begitu cantik baginya.
"Pagi..Kodi..jam segini malah bawa ketemuan.. gue kan buru buru mandi, lue juga masih mengantuk kayaknya" ucap Laras yang duduk dikursi dan melihat lingkaran hitam di mata Kodi.
"Eh..lue ngak tiduran ya semalaman... kok ngak enak dilihat wajahmu Kod..." tanya Laras lagi.Kodi yang tengah minum mocacino jadi terbatuk batuk mendegar kata kata Laras.
"Laras... aku kesini bukan mendegar ocehan kamu..mau ngak tidur kek... ngak apalah... to the point aja.." kata Kodi dengan santai.Laras terpana memandang wajah tampan Kodi yang terlihat bersih dan rapi. Kodi sudah mulai gelisah Laras hanya diam memandang ketampananya.
"Laras...kamu kesini cuma ingin memandangku atau ingin bicara penting...kalau hanya memandang aku pergi ini..aku ngantuk" suara Kodi terdengar melihat tatapan Laras padanya. Sontak Laras kaget dan tersenyum malu.
"Sorry kod.. iya.. oke.. gue minum dulu sambil cerita, gini gue lihat lue tambah dekat sama Vanessa emangnya lue ngak takut sama dia..sama tatapanya dengan sikapnya yang dingin" tanya Laras membuka pembincaraan sambil minum jus jeruk.
"Takut..takut apa ..Vanessa tak seburuk kalian bayangkan dia baik dan cantik wajahnya juga tidak menyeramkan , memangnya kenapa.. ada sesuatu tentang Vanessa" kini Kodi malah balik bertanya pada Laras.
"Hmm... mungkin lue tertarik karena kecantikanya, tapi lue ngak tau cerita tentang Vanessa dibalik wajah cantiknya. Bahkan sampai kini ngak ada yang berani mendekati Vanessa .. Vanessa itu bukan manusia biasa Kodi.. dia itu siluman jadi jadian emangnya lue ngak takut... lue kan orang luar..bisa bisa lue korban berikutnya" Laras berkata sambil melihat mata kesana kemari seakan dia takut ada Vanessa mendegarnya.
"Apa ..siluman.. kamu dari mana tau..bahwa Vanessa siluman , jangan menuduh orang apalagi memfitnah itu tidak baik " ucap Kodi seakan tidak suka dengan pandagan Laras terhadap Vanessa.
"Gue..jadi kasian sama lue.. kata kata gue seakan tak ada harganya... bentar lagi Beni kesini .. lue dengerin ceritanya kalau Vanessa memang bahaya dan ngak boleh di dekati" Laras berucap seakan memastikan bahwa Kodi dalam bahaya.
Sesaat kemudian pria culun berkacamata datang menghampiri mereka berdua dia memakai baju kaos merah dan jeket warna putih, tubuhnya agak gemuk dan pendek dan memakai kacamata.
"Eh.. ini Beni kenalkan Kod.." kata Laras menatap kedua cowok itu. Beni dan Kino berkenalan dan Beni duduk disebelah Laras.
"Ben..lue cerita tu.. tentang..Vanessa apa yang lue lihat di waktu kelas satu SMA dulu." Laras berucap sambil meyakinkan Beni untuk berani bercerita sebenarnya terhadap Kodi.
"Aku..sebenarnya takut.. tapi aku kasian sama kamu Kod . Vanessa itu ibarat cewek antara ada dan tiada sebenarnya dia itu perempuan separu hidup separu mati bahkan dia itu manusia bukan dan sejenis monster yang menjelma dari manusia. Di waktu aku masuk sekolah ini aku kira baik baik saja hingga ada sewaktu waktu seorang gadis cantik turun rambutnya coklat begitu juga mata membuat orang suka melihatnya. Sikapnya dingin aku jadi penasaran padanya dia masih saja diam hingga dia pergi, aku pun masih mengikutinya. Alangkah kagetnya aku melihat dia memakan ayam mentah mentah bahkan aku terlihat jijik melihatnya dan matanya berubah menjadi merah". ucap Beni dia seakan takut bercerita.Kodi mengerut keningnya tapi dia masih belum percaya.
"Tapi dia cuma makan hewan bukan manusia" imbuh Kodi mencoba ingin mendegarkan cerita lain mereka.
"Ben...lanjut lagi ceritanya" sahut Laras menatap Beni masih memandang kebawah matanya.
"Boleh... minum ngak" tanya Beni sudah mulai haus tenggorokanya.
"Minum aja Ben"jawab Kodi terasa pusing kepalanya. Lalu Beni meminum kopi susu dan melanjutkan ceritanya.
"Temen aku Albert Pindahan dari Jakarta sampai saat ini belum ditemukan sampai sekarang, terakhir aku lihat dia mendekati Vanessa dan hingga aku lihat dia diajak kehutan oleh Vanessa. Aku tidak berani mengikutinya dan ketika keluar ada noda darah diwajah Vanessa sedangkan Albert ngak pernah kembali" kata Beni sudah mulai gugup bercerita. Kodi binggung mendegar cerita Beni hatinya juga terasa berat melihat pandangan teman teman barunya terhadap Vaness.