Ya..begitulah Rahman dia begitu dingin pada setiap perempuan termasuk Siti. Rahman selalu mengabaikan wanita yang ingin mendekatinya kecuali Vanessa dan Vanessa membuat pikiranya berubah . Entahlah apa yang dimiliki Vanessa sehingga membuat Rahman bersikap hangat padanya. Rahman memang jarang dekat dengan wanita dia begitu dingin dan acuh pada setiap wanita bahkan banyak orang yang mengemari kue bingka khususnya kaum perempuan hanya untuk melihat wajah Rahman yang tampan. Rahman benar benar dilema hati dan pikiranya dilanda kesedihan .Niat hatinya ingin menjadikan Vanessa istrinya untuk selalu bersama disisa akhir hayatnya. Gadis itu membuat Rahman selalu terbayang akan tingkah usil dan konyolnya. Rahman memang pendiam dan tak terlalu banyak bicara .
Memang benar kata orang , orang pendiam cocoknya sama orang yang banyak bicara. Misalkan cowok itu pendiam maka pasanganya cewek bawel dan rumel mulutnya. Kenapa begitu... mungkin banyak yang bilang itu adalah mencair suasana agar lebih terhibur.
Ada juga yang bilang bahwa cowok pendiam itu cuma kelihatanya aja pendiam padahal mulutnya pedas dan tajam bicara jika sudah kelewatan menyakiti hatinya.. kira kira Rahman tipe pria apa..ya.... waktu zaman bahari next story aja.
Vanessa melihat Rahman berbicara pada Siti, hatinya terbakar cemburu apalagi melihat Siti membawa makanan untuk Rahman , sebegitu dekat kah Rahman dengan Siti hingga seperti itu pikir Vanessa.
Vanessa melangkah untuk melihat Rahman pergi dia menyelinap bagaikan mata mata dengan gaun yang berkibar sambil topi tertancap di kepalanya.
Vanessa terus mengikuti Rahman melewati hutan, Rahman yang tengah membawa bakul membawa beberapa perlengkapan jualannya. Rahman menyadari jika memang ada yang mengikutinya hingga tiba tiba dia berhenti dan bersembunyi. Bodohnya Vanessa binggung mencari Rahman pergi entah kemana . Hingga dia tidak sadar ada yang memegang bahu.
"Hei...mengikuti ku nona" kata Rahman dengan senyuman.
"Tidak ...aku cuma lewat sini...mau mencari buah buahan" Ucap Vanessa mencari alasan. Rahman menahan tawa ketika melihat kekonyolan Vanessa yang ketahuan tapi tidak mengaku.
"Benarkah..mencari buah..buah apa... disini hanya ada buah durian setahu ku orang Belanda tidak suka durian" ucap Rahman tersenyum membuat wajah Vanessa tambah merah.
" Apa... durian..buah apa itu" Vanessa malah balik bertanya. Rahman tertawa.
"Ha..ha.ha ketahuan ...itu buah yang kulitnya berduri .. Hmm Vanes...ada yang ingin ku bicarakan" kata Rahman serius.
"Apa... berduri... ya...udah aku tidak mau nanti tangan ku luka..kamu mau bicara apa" tanya Vanessa.
"Kita bicara sambil jalan ... oh.. ya nona Vanes..bila aku melamarmu kira kira kamu mau apa tidak " tanya Rahman, sontak hati Vanessa berbunga bunga
"Mau... mau" jawab Vanessa polos.
"Lalu bagaimana dengan keyakinan kita..aku tidak mungkin pindah.." ucap Rahman menatap serius Vanessa.
"Aku akan mengikuti keyakinanmu..bukan kah aku sering melihatmu belajar ngaji" kata Vanessa enteng.
"Lalu bagaimana dengan ayahmu" tanya Rahman.
"Aku akan bicara padanya..aku yakin dia mau" ucap Vanessa dengan sedikit ragu.
"Kalau begitu bicaralah padanya" kata Rahman gugup.
"Kamu serius ingin melamarku" tanya Vanessa. Tapi Rahman menganguk dia tersenyum
"Nanti kita bicara aku mau jualan" ucap Rahman."
"Tunggu aku ikut" Vanessa berlari mengikuti Rahman.
Mereka berdua jalan dan menuju sebuah pasar, kali ini pasar agak sepi dan tidak begitu banyak orang yang berjualan. Meskipun seperti biasa jualan Rahman laris manis namun secara tiba tiba para kompeni datang untuk melakukan geledah pasar. Rahman mengerutkan keningnya rombongan tentara Belanda datang dan menghampiri warungnya. Ya..Vanessa terkejut melihat William diantara mereka.
"Apakah disini ada bernama Rahman" tanya William dengan wajah sanggarnya menghampiri Vanessa dan Rahman.
"Iya..saya sendiri tuan.." jawab Rahman.
Mereka berdua saling pandang menilai satu sama lain sedangkan Vanessa gugup dan agak pucat. Habislah dirimu Vanessa , kau terlalu bodoh mengikuti Rahman ucap Vanessa dalam hati .
"Oh... ternyata kamu..pemuda itu.. saya ingin bicara denganmu ..mulai sekarang kau tau boleh berjualan disini lagi" kata William sambil melirik Vanessa.
"Memangnya kenapa tuan bukan kah saya sudah membayar pajak tiap minggunya.. kenapa..ada apa" tanya Rahman.
"Ini bukan masalah pajak .. tapi masalah nona yang disamping mu.. kau membawanya kemari berjualan, kalian bangsa irlander tidak pantas bergaul dengan bangsa kami.. apakah kau ingin menghina bangsa kami... dia begitu cantik seakan kau menghinanya" ucap William secara dingin.
"Tuan..bukan menghina bangsa tuan..tanyakan saja nona ini yang ingin berjualan membantu saya..kami ini teman waktu kecil bahkan kami sangat dekat.. lalu kenapa tuan keberatan dan apa hubungan anda dengan nona Vanessa" jawab Rahman seakan mengundang macan untuk berperang.
"Tuan William ..bukan salah Rahman tapi sayalah yang berniat membantunya" sahut Vanessa.
"Lancang kata katamu wahai pemuda yang rendahan ... kau tidak tau aku seperti apa...aku ini calon suami nona Vanessa" kata William dengan tidak tau malu.
"Calon suami..benar kah itu nona Vanessa" tanya Rahman dengan kaget mendegar ucapan William.
" Hah... tuan William aku tidak pernah ada hubungan denganmu...apalagi menjadi istri mu.. karena aku tidak mencintaimu.." jawab Vanessa
Amarah William makin menjadi ..dia ingin sekali membunuh Rahman bahkan bila perlu dia gantung pemuda itu. Tapi tindakan yang tidak memberi alasan akan membawa dampak buruk faktanya daerah ini masih kekuasaan kerajaan raja Banjar, meskipun mereka sudah menjajahinya.