Chereads / Bayangan Masalalu / Chapter 22 - Perjodohan

Chapter 22 - Perjodohan

Vanessa melangkah keluar dari sungai namun kata katanya sanagat menantang , dia berbisik ditelinga Rahman.

"Rahman..aku sangat ....suka padamu" ucap Vanessa lalu pergi meninggalkan Rahman.

Sontak wajah Rahman merah dia tersenyum , dan hatinya sangat bahagia mendegar kata kata Vanessa. Aku juga menyukaimu bisik lirih dalam hati Rahman.

Pulang dari tempat pesantren Vanessa menuju rumahnya di tengah perjalanan William menghampiri Vanessa yang lagi menuju rumahnya.

"Nona..Vanessa yang cantik dari manakah dirimu ..masih kah kau mengejar pemuda yang rendah itu tak sebanding dengan bangsa kita. Kaum irlander tidak cocok untukmu hanya aku yang layak jadi penampingi mu nona" kata William membelai rambut Vanessa yang diam seribu bahasa.

"Hentikan omong kosong mu tuan William , jangan anda terlalu sombong mengangap irlander sebagai rendah bagimu justru kita malu menjanjah negeri ini hanya untuk mencari keuntungan. Rakyat disini menderita bahkan untuk bertanam benih kalian mengambil pajak dari mereka , Apakalian yang rendah atau rakyat jelata irlander lebih mulia mereka yang berkerja keras kalian pungut biaya .Sedangkan mereka bersusah payah berkerja ..coba pikir siapa yang rendah...bangsa kita atau irlander tuan" telak Vanessa sambil muak melihat wajah William yang begitu angkuh merendahkan kaum bangsa Hindia Belanda yaitu negara kita Indonesia kala itu.

"Mulutmu sangat tajam nona jangan bilang kamu berpihak pada mereka" ucap William emosi.

"Bukan masalah berpihak apa tidak tapi saya muak dengan keangkuhan tuan" ucap Vanessa pergi . Tapi langkanya terhenti William menarik tanganya dan membuat tangan Vanessa kesakitan.

"Lepaskan tangan saya tuan..lepaskan atau saya laporkan ini ke papa tentang perlakuan tuan terhadap saya" kata Vanessa meronta. Tapi William tersenyum dia masih belum puas atas kata kata Vanessa yang begitu merendahkanya.

"Tidak nona Vanessa sebelum kau mau menjawab satu permintaan ku" sahut William.

"Apa itu..tapi lepaskan tangan anda " jawab Vanessa. William lalu melepaskan tangan Vanessa dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan.

"Aku ingin kau menikah dengan ku.

ik heck Vanessa voorgestecd" kata William

"Maksud tuan apa .." tanya Vanessa masih belum mengerti.

"Aku melamarmu mu Vanessa " Jawab William.

"Tuan salah alamat untuk menikahi saya, karena saya tidak mencintai tuan. Jadi maaf saya menolaknya" ucap Vanessa lalu pergi meninggalkan William.

Hati William begitu sakit mendapat penolakan , terlebih dulu dia begitu arogan ditambah dengan sikap Vanessa menolaknya membuatnya tambah murka.

Vanessa bersedih ketika William mau melamarnya. Dia takut penolakanya terhadap William berpenggaruh pada masyarakat warga binua kala itu.

William memerintahkan agar semua penduduk tidak boleh berdagang kecuali harus membayar pajak yang mahal pada mereka, selain itu juga dia mereka tidak boleh ketahuan bercocok tanam dan lain sebagainya. Jika ada yang melanggar maka akan mendapat hukuman.

Sunguh begitu malang pada kala itu, semua harus menderita. Rahman datang ketika ayahnya memanggilnya untuk datang disebuah kamar yang tidak terlalu besar , tempat itu khusus untuk ruang pembincaraan sangat penting.Bahkan itu di buat agar para mata mata Belanda tidak mendegarkan pembincaraan mereka.

"Rahman duduklah nak .. abah mau bicara penting padamu" ucap haji Udin.

"Maksud abah..apa biasanya ulun jarang abah memanggil ulun kesini bah" jawab Rahman ulun (saya) .

"Iya... akhir akhir ini masyarakat warga binua sangat memperhatikan .. bahkan tadi ada penggumuman bahwa jika mau berjualan atau bercocok tanam harus membayar pajak cukup mahal nak" ucap haji Rahman. Dia melihat keadaan Rahman yang saat ini jatuh cinta jadi berbicara juga hati hati.

"Lalu dengan ulun ini apa hubunganya bah" tanya Rahman.

"Keuangan kita juga menipis Rahman kita sedekah dan mengelola pesantren disini . Pak kiyayi begitu menyukai mu dia ingin kamu menikahi Siti dan menjadikan mu sebagai menantunya. Kamu tau Siti sudah bagus dalam memperdalam agama islam selain itu juga dia ikut mengelola santri wanita disini.. jadi bagaimana menurutmu" tanya haji Udin.

Rahman terdiam pikiranya dan hatinya bertentangan dengan kehendaknya dia begitu mencintai Vanessa dan tidak tertarik pada Siti. Tapi tiba tiba ayahnya ingin menjodohkan dia pada Siti yang jelas bukan kehendaknya.

"Abah.. adakah jalan lain ulun tidak menikahi Siti .. jelas ulun tidak mencintai Siti . Dia bagaikan adik yang ikut mengelola pesantren" ucap Rahman.

"Rahman.. jangan bilang jika kamu mencintai gadis lain " sahut haji Udin.

"Iya..bah ulun mencintai gadis lain" jawab Rahman gugup.

"Siapa dia...apakah bukan Vanessa." tanya haji Udin.

" Vanesaa bah uluh minta ampun minta ridho ulun benar benar mencintai nona Vanessa" ucap Rahman sambil mencium tangan haji Udin.

"Astafirllullahalazim Rahman... Rahman...beruntung sekali abah punya anak sepertimu... kenapa harus nona Vanessa nak... dia itu bukan bangsa kita bukan dari golongan kita bahkan keyakinan berbeda antara kita" kata haji Udin sambil menggelengkan kepala . Hatinya begitu sakit kenapa harus Rahman jatuh cinta pada gadis itu . Jelas jelas akan mengundang bencana jika ada cinta di antara mereka.

"Lantas ulun gimana bah... uluh jatuh hati bah... dari kecil hingga sekarang.. allah bahkan tidak membedakan segala ras dan golongan kenapa abah bilang begitu bah ..." kata Rahman sambil mencium kaki ayahnya.

"Rahman....memang benar katamu jika hatimu dilanda cinta... lihatlah keyakinan mu dan Vanessa berbeda nak" ucap haji Udin secara lembut.

"Vanessa bersedia pindah keyakinan mengikuti ulun bah" jawab Rahman.

"Nak..kita membawa orang masuk ke keyakinan kita tak semudah membalik telapak tangan nak.. butuh perjuangan dan butuh pengorbanan jadi apakah nona Vanessa bersedia mungkin bisa jadi bisa tapi bagaimana dengan tuan Steven apakah dia setuju memeluk ajaran kita. Abah memang bersahabat baik dengan tuan Steven tapi abah tidak menjamin dia mau melepaskan putri satu satunya untuk menikah dengamu" ucap haji Rahman panjang lebar . Rahman terdiam mungkin ada benar kata ayahnya dia menyadari itu sangat berat dan begitu berat untuk Rahman.

"Nak .... sholat tahajud dan sholat ustiharah.. tenangi pikiranmu.. abah mau menemui Ipul adikmu" kata haji Rahman lalu pergi meninggalkan Rahman yang terdiam merasakan sakit hatinya.