Chereads / Bayangan Masalalu / Chapter 21 - Mengenang Romansa Masalalu

Chapter 21 - Mengenang Romansa Masalalu

Adahal didalam hidup kita bila orang baik bisa rekarnasi begitu juga orang jahat bisa untuk rekarnasi bahkan yang ada hubungan sangkut pautnya dengan kita pada kala itu.

Kadang bisa berbalik sangkut pautnya dengan kita di masalalu. Orang bilang dimasalalu anda menjual ikan dengan susah payah mencari uang di masadepan anda bisa jadi seorang pengusaha yang sukses kadang semuanya bisa terbalik tanpa prediksi kita.

Terkadang kita dimasalalu bahagia dengan orang yang kita cintai tapi tidak dimasadepan semua saja terbalik. Anda mungkin bisa bertemu dengan pasangan tampan dimasalalu tapi dimasadepan anda mendapat pasangan jelek yang tidak sesuai dengan harapan kita. Bahkan pasangan kita sangat jarang sempurna seperti yang kita impikan.

Dari sekian penggalaman saya , banyak segala sesuatu tidak bisa kita prediksi dengan begitu mudah. Terutama dimasalalu sunguh sangat menyedihkan kehidupan yang dulu dan seharusnya kita bersyukur hidup di masa sekarang. Cerita ini hanyalah sebuah hiburan untuk kita agar selalu menghargai setiap orang kita cintai dan sumber penulisan ini bukan dari meniru karya orang lain tapi karya berasalkan sebuah mimpi panjang saya pribadi.

Sangat aneh bukan saya menulis karya hanya dalam sebuah mimpi ! yaa itulah kehidupan yang sulit kita tebak dan untuk tokoh perempuanya itu memang benar nama asli didalam mimpi ilusi saya dan tokoh laki laki adalah nama samaran karena kurang jelas untuk mengingatnya.

Entah ini nyata atau tidak .. tapi yang jelas anda sebagai pembaca untuk terus mengikuti karya dan cerita selanjutnya dari saya terimakasih sudah reading.

*****

Vanessa melangkah bahagia berada dalam kamarnya ketika bersams Kodi. Namun aneh pikiranya masih saja mengenang masalalu bersama Rahman cinta pertamanya.

Vanessa dan Steven mendapat sebuah rumah kayu untuk hunian sementara , dua minggu ditugaskan melakukan perdagangan diberbagai tempat membuat mereka cukup lama meninggalkan rumah mereka.

Vanessa lega telah pindah tempat dari sebuah cengkraman William yang terlalu banyak ikut mengatur kehidupannya. Steven tersenyum memandang putri kesayanganya bahagia meskipun rumah meraka seadanya dan terkesan kurang layak tapi dia ingin putri satu satunya bahagia.

Kediaman Rahman dan tempat vanessa tinggal tidak jauh , Vanessa sengaja memilih tempat itu supaya bisa bertemu Rahman setiap hari . Rahman memang pemuda tampan sehingga banyak para gadis menyukainya termasuk siti anak dari pondok pesantren ternama kala itu.

Vanessa selalu diam diam mengawasi Rahman bahkan hatinya tersentuh dalam ajaran islam setiap kali Rahman mengajar anak anak bahkan orang dewasa sekalipun dia terus memperhatikan Rahman dalam sebuah bilik bambo dia menyelinap mengintip Rahman.

Ya..Vanessa memang sedikit usil tak heran dia ketahuan dan membuat masalah kadang ada orang yang tidak menyukai bangsa Belanda membuat dia kena imbasnya meskipun dia cantik tapi tetap saja, mereka dianggap sebagai musuh bagi warga binua kala itu dan Rahman menolongnya.

Ajaran islam sangat kokoh dikalangan masyarakat banjar dari dulu hingga sekarang. Karena pada masa itu raja raja banjar sangat cerdas mereka menyekolahkan pada para santri sekolah dimekkah untuk mengambil ilmu dan bisa kembali dan mengajarkan ilmu yang mereka peroleh. Memang sangat luar biasa pemimpin dan raja kala itu.

Vanessa melangkah keluar setelah selesai mengintip.Rahman datang menghapirinya dan mengagetkan Vanessa.

"Hei. .selesai mengintipnya" kata Rahman tertawa menatap Vanessa yang tengah gugup ketahuan olehnya.

"Bukan apa..apa cuma hanya membaiki bilik bambo mu yang sedang rusak" jawab Vanessa berbohong pada Rahman.

"Jangan bohong...ayo...jujur kamu ngintip pengen lihat aku atau mau belajar tentang islam nona" tanya Rahman pada Vanessa kala sambil menggoda gadis yang ada di depanya.

"Kalau boleh jujur dua duanya"jawab Vanessa polos.

"Waw.. memang kenapa jadi pilih dua duanya" tanya Rahman lagi.

Tapi Vanessa bukanys menjawab dia memandang pemuda didepanya memakai kaos longgar dan sarung serta peci di kepalanya dan sedikit wewangian di tubuh Rahman. Wajahnya sangat tampan dan berseri putih Rahman sangat alami wajahnya mulus dan bibirnya kemerahan serta alis yang tebal menjadi days tariknya.

"Hei..melamun ..jawab.." kata Rahman mengibaskan tangana ke wajah Vanessa.

"Maaf.. aku tertarik dengan ajaran islam dan aku ingin belajar tentang islam...apalagi kamu yang melajarinya" goda Vanessa sambil tersenyum .

"Astafirllulah..nona Vanes..nona Vanes ..kenapa bilang gitu.. jika mau belajar islam jangan karena aku.. kamu belajarnya dengan Situ saja karena kita lain muhrim" jawab Rahman

"Apa..sama Siti..tidak mau aku maunya sama kamu saja..memangnya apa itu muhrim" sahut Vaness dengan kesal.

"Muhrim itu artinya saudara perempuan ataupun sedarah " jawab Rahman.

"Oh... kalau begitu harus bagaimana" tanya Vanessa.

"Jika aku mengajarmu nona kamu harus jadi istriku biniku" jawab Rahman tersenyum.

Wajah Vanessa memerah bahagia mendegar kata kata Rahman dia berlari menghampiri sungai dan mencelupkan kakinya ke air yang sangat jernih itu.

Rahman tersenyum hatinya juga sangat dekdekan jantungnya tak karuan menahan gejolak asmara , dulu dia masih ingat bahwa dia tidak mau menikah apalagi pada bangsa penjajah namun dia lupa kata kata dalam hatinya bukan tanpa alasan karena dia lebih dulu mengenal sesosok Vanessa dalam hidupnya.

Rahman mendekati Vanessa dan sedikit menjauh menjaga jarak di antara mereka agar dia tidak terlarut dalam asmara dihatinya.

"Nona Vanes...berhentilah menemuiku.. bahkan datang kesini aku tidak enak dengan mereka yang seolah merendahkan mu" kata Rahman seakan mengoyak hati Vanessa mendegarnya.

"Tapi.. aku cuma ingin bertemu dan bicara padamu " jawab Vanessa sambil berkaca kaca.

"Iya.. tapi nona disini tempat melajar ilmu agama.. aku tidak enak..bukan begitu..barangkali carilah tempat lain untuk aku bertemu dan kita bisa bicara" ucap Rahman . Dia sebenarnya tidak tega pada Vanessa tapi mau bagaimana lagi demi nama baik sebagai pengajar dan nama baik Vanessa juga sebagai perempuan takut di rendahkan oleh mereka antara tega dan tidak tega dia harus tegas.

"Aku hanya takut... takut William menemiku" jawab Vanessa. Rahman diam begitu juga Vanessa membuat mereka saling tak bicara memikirkan perasaan mereka masing masing.