Vanessa menunggu disebuah sungai yang disebut sungai mariam kanan arusnya begitu deras dan banyak ikan disana bahkan para warga binua sering mengambil ikan dengan menombaknya. Rahman yang baru mengajar para santri menatap kagum gadis yang berpakaian noni Belanda sunguh cantik batin Rahman.
Air yang jernih mengalir begitu jelas terlihat dengan pohon bambu yang rindang di iringi dengan kicauan burung yang merdu. Rahman memakai celana putih dan baju panjang yang agak lebar senada warna putih dan mendekati Vanessa.
"Lama menunggu nona cantik" kata Rahman sambil menggoda Vanessa.
"Tidak..cuma merindukan kaka yang tampan" sahut Vanessa membalas gombalanya.
"Nona Vanes..tolong jangan panggil kaka panggil saja Rahman. Di sini masih Belanda jajahi jadi akan sangat bahaya jika ada satu orang dari bangsa kalian dengar maka habislah semua pesantren dan semua usaha abah nanti" kata Rahman dengan hati hati bicara.
"Tapi kau lebih tua dari ku..bukan begitu..aku juga merasa panggilan kaka sudah terbiasa aku panggil " kata Vanessa dengan sedih.
" Bukan begitu... mengertilah .. nona cantik jangan keras kepala" sahut Rahman.
"Ka Rahman...maaf Rahman kau memang tampan dan sangat tampan dari semua negeri ini" ucap Vanessa membuat hati Rahman dekdekan dan membuat canggung dia melihat begitu cantiknya Vanessa dan sempurnanya sehingga dia mencoba beristifar dalam hatinya dan berjalan mendekati sungai.
"Benarkah ..aku tampan.. kau membuatku gugup segugup ini, dulu waktu dirimu pergi meninggalkan ku aku sangat sedih dan kehilangan orang yang berarti dalam hidupku.. hampir seminggu aku tidak makan uma dan abah sedih akhirnya mereka bicara dan membujuk ku agar mendapat adik secantik dirimu tapi yang keluar malah adik laki laki lucu juga kalau ingat itu" kata Rahman sambil tertawa.
"Lucu..benarkah kau begitu kehilangan ku.. tapi ketika kau sudah sebesar ini aku bahkan tidak mengenalmu Rahman..wajah mu beda dari abah dan uma tau adikmu karena aku tidak melihatnya" kata Vanessa mendekati Rahman dan merendam kakinya di sungai.
"Iya..orang orang warga binua juga sering begitu dan bilang aku beda bahkan mereka juga pernah mencibir bahwa uma pernah berhubungan dengan bangsa kalian, padahal jujur itu tidak ada hubunganya sama sekali. Wajahku beda itu karena ada seorang pria bangsa kalian yang masuk islam ketika mendegarkan abah membaca ayat suci kami. Hatinya tersentuh dan masuk islam . Uma senang ketika melihatnya lalu bermimpi semoga wajahku setampan dia dan sebaik dia, tapi malangnya pria itu ditembak mati olek kompeni dan abah disuruh pindah tempat sunguh begini nasib negeri jajahan" kata Rahman dengan sedih.
Vanessa begitu sedih mendegarnya dan hatinya begitu pilu begitu kejam bangsa mereka. Jika saja ayahnya tak sebaik dan dermawan mungkin dia benci menjadi bangsa mereka.
"Rahman ..maafkan atas bangsa kami kepada bangsa kalian , aku malu dan merasa tidak pantas disini tapi aku tidak bangga jadi golongan mereka aku ingin menjadi wanita yang sempurna memiliki anak dan mempunyai suami setampan dirimu" kata Vanessa secara tidak sadar.
Wajah Rahman memerah hatinya tak karuan seumur hidupnya dia tidak pernah seperti ini, hatinya begitu gelisah. Mungkin pada masa itu usia 18 tahun seperti Rahman sudah biasa menikah dan cukup untuk berumah tangga . Tapi yang membedakan adalah agama dan status itu yang ada di antara mereka.