Chereads / ISTRI RASA PEMBANTU / Chapter 36 - JADIAN

Chapter 36 - JADIAN

Indy ketangkap basah sedang menguping pembicaraan bosnya sendiri. Namun, begitupun Nina tak ingin suuzon dulu. Barangkali ada suatu hal yang membuat Lusi berdiam diri di sana.

"Eh! Kaget aku, Mba. Anu mmm aku pusing tiba-tiba nih, jadi senderan di sini," kata Indy beralasan, lalu dia memegang kepalanya.

Nina baru saja hendak membalas ucapan Indy, tapi ternyata Lusi nongol diantara mereka. Wajahnya ceria. Mengundang tanda tanya di benak Indy.

"Nina. Aku pergi dulu ya sama Mas Dito. Aku titip toko,"

"Kamu mau ke mana?"

Sayangnya Lusi tidak merespon ucapan Nina lagi, karena wanita itu sudah ngacir untuk menemui Dito. Kelihatannya Lusi begitu ceria.

"Pacarnya Mba Lusi ya, Mba?" Indy bertanya seberes kepergian Lusi.

"Akh, gak tahu! Kamu lanjut aja kerjanya, ya," ucap Nina yang tak ingin mengungkap sebuah kebenaran.

Sejujurnya Nina kurang menyukai tindakan Lusi yang turut menghadirkan Dito di toko mereka. Bukan karena ia membenci lelaki itu, melainkan akan banyak orang yang bertanya seperti Indy barusan. Nina malu mengakui bahwa Lusi dan Dito saling berteman, tapi Dito adalah suami orang.

Indy merasa jika Nina menyembunyikan sesuatu. Tentu saja dia semakin gencar ingin mengumpulkan info tentang Lusi dan Dito.

Sementara itu di tempat lain.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Lusi setelah membenakan lipstiknya yang perlahan terhapus.

"Kita mau senang-senang,"

Keduanya saling berbagi cerita dan melempar canda. Lusi sama sekali tidak memikirkan latar belakang Dito sebagai suami teman SD-nya sendiri. Kehilangan orang yang dicintai membuat Lusi terpukul, sampai dia berubah menjadi wanita bringas yang tidak memiliki hati. Tujuan Lusi saat ini adalah menemukan tambatan hati yang baru, supaya pikirannya tidak terus menerus tertuju pada mendiang suaminya.

Dito menghentikan mobilnya di sebuah mall yang berada di kota sebelah. Pria itu sengaja memilih tempat agak jauh supaya bisa melindungi dirinya dari orang-orang yang mengenalnya.

"Ayo!" kata Dito setelah membukakan pintu mobil untuk Lusi.

Mereka bersama-sama memasuki gedung mewah tersebut. Lusi menyisir berbagai toko yang ada di sana. Mulai dari make up, pakaian hingga perhiasan begitu menggoda hasrat kewanitaannya.

"Pilih aja mana yang kamu suka, Lus!" seru Dito.

"Eh, serius, Mas?" Gegas Lusi membelokkan kepalanya ke arah Dito.

"Iya,"

Beruntung sekali, karena impian Lusi langsung menjadi nyata. Dito kembali sukses menarik perhatiannya dengan membelikan ia barang-barang sesuai keinginan Lusi.

Perempuan bersurai gelap pekat itu tak akan menyia-nyiakan peluang. Dia mengambil berbagai barang yang dilihatnya menggoda. Tak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh Dito.

Setelah puas berkeliling, keduanya pun melenggang keluar.

"Gimana Lusi, kamu senang?" Dito bertanya ketika di perjalanan.

"Senang banget, Mas. Makasih, ya,"

"Iya. Sekarang Mas mau bawa kamu ke suatu tempat,"

"Apa itu, Mas?"

"Kamu lihat aja nanti,"

Lusi jadi tak sabaran dengan perkataan Dito. Entah ke mana lelaki itu akan membawanya pergi. Apakah Dito sudah menyiapkan kejutan untuk Lusi? Atau, dia membawa Lusi ke sebuah tempat indah? Uh, Lusi jadi gregetan.

20 menit berlalu. Mobil mereka parkir di sebuah tempat salon terkenal. Ya, Lusi tahu itu dan sempat berencana untuk melakukan treatment di sana. Sayangnya, pada waktu itu Lusi tidak memiliki uang yang cukup.

Dito menggiring Lusi ke dalam gedung tingkat tiga itu dan menemui resepsionis di sana.

"Tolong berikan perawatan terbaik untuk perempuan ini, ya!" kata Dito dan langsung menghitung biaya pengeluarannya.

"Untukku, Mas?" Lusi terkejut.

"Iya. Kamu pasti bakal lebih cantik setelah perawatan di sini,"

"Wah! Ini tempat yang kuidam-idamkan, Mas,"

Saking senangnya Lusi tidak sadar jika ia melompat-lompat di tempat sambil mengepalkan tangannya di dada. Lusi dapat membayangkan bagaimana kenikmatan yang ia dapat dari treatment di tempat tersebut.

"Ya, sudah, Mas. Kalau gitu aku masuk dulu, ya,"

Dito menganggukkan kepalanya mantap dan beranjak ke bangku tunggu. Dia dengan sabar menanti Lusi sampai selesai ditreatment. Dito rela menguras tabungannya demi mendapatkan hati Lusi. Setelah memikirkan dengan matang, akhirnya Dito memutuskan untuk menjatuhkan hati pada kenalannya tersebut. Lagipula jika dilihat-lihat, tampaknya Lusi tipe orang yang tidak pedulian dengan sesama. Dia tak ubahnya dengan Indy yang mau diajak jalan, bahkan berhubungan dengan suami orang. Tinggal selangkah lagi, maka Lusi akan menjadi milik Dito. Dia yakin jika usahanya akan membuahkan hasil.

Satu jam kemudian Lusi pun keluar dengan penampilan yang berbeda, bahkan sekarang dia sudah mengenakan pakaian yang lain. Rambut hitam panjangnya menjadi bergelombang, serta kulit wajahnya begitu berseri. Dito tersenyum ke arah Lusi yang tersipu malu dan agak menunduk. Dengan gemasnya Dito menjawil dagu Lusi sambil berkata, "Gemas lihatnya!"

Lusi cengengesan, lalu mengucapkan kata terimakasih untuk yang ke dua kalinya. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke sebuah restoran mewah untuk melakukan pengisian lambung.

Saat ini sudah terhidang berbagai menu makanan dan minuman dengan harga fantastis. Dito benar-benar lupa diri dan tidak menyadari jika ada Ira di rumah yang tengah menantinya.

Setelah menyelesaikan acara makan-makan, Dito pun mulai memberanikan diri untuk meraba punggung tangan Lusi yang bertengger di atas meja. Awalnya Lusi agak terkejut, tapi lama kelamaan ia juga merasa nyaman.

"Lusi. Ada yang mau Mas sampein ke kamu," ucap Dito sebagai permulaan.

"Apa itu, Mas?"

"Setelah pertemuan ke tiga ini, Mas merasa nyaman sama kamu. Perempuan cantik dan pekerja keras kayak kamu sayang banget kalau jadi janda terus menerus. Ummm, kamu mau ga jadi pacar Mas? Mas janji bakal beri yang terbaik untukmu,"

Setelah lama memendam perasaan, akhirnya Dito menyampaikan isi hatinya juga. Ia takut jika Lusi keburu diambil orang dan ia berujung patah hati lagi.

"Mas serius ngomong gini?" tanya Lusi memastikan.

"Iya. Emangnya kamu lihat ada kebohongan di wajah Mas?"

"Tapi Ira gimana?"

"Gak usah pikirin Ira. Lagian Mas udah jenuh sama dia. Kamu tahu sendiri, kan? Ira itu udah tua, gak pinter gaya dan cerewet. Suami mana yang betah coba?"

"Apa Mas yakin kalau hubungan kita gak ketahuan?"

"Ya, selama kamu gak ngadu, dia gak bakal tahu, Lusi,"

Lusi mengetuk mejanya berulang kali seraya menimbang-nimbang sesuatu. Memiliki hubungan dengan suami orang bukanlah hal yang mudah. Apalagi istrinya adalah teman kita sendiri. Jika Lusi melakukan hal tersebut, maka ia harus selalu waspada dan siap menerima segala resiko. Namun di sisi lain, Lusi juga tak ingin menolak pria kaya raya seperti Dito. Apalagi dia royal terhadap Lusi.

"Apa suatu saat Mas bakal nikahin aku?"

"Pasti dong! Tapi gak sekarang, ya, karena semua butuh proses,"

"Ah, ya udah deh, Mas. Aku mau jadi pacar, Mas,"

Kalimat Lusi bagaikan tiupan angin segar yang menembus jiwa Dito. Badannya spontan menegak dan matanya membesar. Setelah dikecewakan Indy, akhirnya Dito dapat menemukan pengganti wanita itu. Dito begitu bahagia. Dia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk kekasihnya.

***

Bersambung