Chereads / ISTRI RASA PEMBANTU / Chapter 40 - BERTEMU BOS DAN KARYAWAN

Chapter 40 - BERTEMU BOS DAN KARYAWAN

Keesokan harinya Dito tidak langsung menuju café, melainkan ia mengunjungi toko Lusi kembali. Kali ini tidak hanya untuk melepas rindu, akan tetapi Dito berencana untuk mencari keberadaan orang yang telah memvideokannya kemarin. Atau, jangan-jangan toko itu dilengkapi dengan cctv. Dito juga sedikit demi sedikit ingin mencari informasi dari Lusi tentang Indy. Dito meyakini jika Lusi pasti mengenal Indy juga. Namun, Dito tak akan gegabah. Ia harus memanfaatkan suasana agar tidak kelihatan kepo dengan sosok Indy.

Sesampainya di sana, Dito langsung menemui Lusi yang sibuk menerima uang dari para pembeli di meja kasir. Lusi kaget, karena pacarnya itu baru saja berkunjung, tapi sudah datang lagi. Namun, tak apa. Lusi menyukai keberadaan Dito, karena dia mulai nyaman dengan lelaki tersebut.

Kemudian Lusi meminta supaya Dito menemaninya di meja kasir, tatkala para pembeli telah enyah. Mereka banyak menghabiskan obrolan. Tanpa Lusi sadari, sesekali Dito melebarkan mata serta membelokkan kepalanya ke seantero toko untuk mencari barang bukti. Sayangnya Dito tidak menemukan cctv di sana. Pertanda bahwa kegiatan mereka kemarin memang sengaja direkam oleh seseorang. Dito pun kian penasaran.

Bersamaan dengan rasa ingin tahunya yang menggebu-gebu, sosok Indy setengah berlari dari dalam toko menuju bagian depan. Sejujurnya Indy telah melihat kehadiran Dito dan secara tak langsung dia ingin memberitahu bahwa dirinya ada di sini. Sekarang Indy tak perlu malu seperti kemarin, karena keduanya sudah balikan. Indy pun merasa sakit hati dan kecewa atas kebohongan Dito. Padahal pria itu sudah berjanji akan memuuskan Lusi, tapi dia malah menemui perempuan itu lagi.

"Permisi. Mau cari apa ya, Pak? Biar saya bantu," kata Indy pura-pura bodoh.

Indy berlagak seolah dia tidak tahu jika Dito adalah kekasih Lusi. Dia menganggap Dito sebagai pembeli dan berniat untuk membantunya. Namun, kejadian itu membuat Lusi mengembangkan senyumnya. Baginya Indy adalah gadis polos yang tidak bisa membaca keadaan.

"Indy. Kamu gak perlu melayani om yang satu ini, karena dia adalah pacar Mba," kata Lusi memberi keterangan.

"Oh, maaf, Mba. Saya kira pembeli. Kalau gitu saya lanjut kerja di dalam lagi ya, Mba,"

Kemudian Indy merasa puas telah menampilkan wujudnya di depan Dito dan memilih untuk kembali masuk. Sebelum benar-benar pergi, Indy sengaja membalikkan badannya dan tersenyun miring ke arah Dito.

Sekujur tubuh pria itu menegang. Dia sudah ketahuan berbohong pada Indy. Ada baiknya jika setelah ini Dito meluruskan semuanya.

"Itu karyawan kamu?" tanya Dito. Ini adalah kesempatannya untuk mencari tahu tentang Indy lebih lanjut.

"Iya, Mas. Baru aja masuk sekitar seminggu lalu,"

Dito terkejut sekaligus heran dengan jawaban Lusi. Sebenarnya apa yang terjadi dengan perempuan itu? Ke mana rumah yang diberikan oleh Dito pada waktu itu untuknya?

Akibat rasa penasaran yang belum terjawab dan Dito tak berani bertanya pada Lusi lebih lanjut karena takut dicurigai, akhirnya Dito membawa Lusi jalan-jalan dan keduanya kembali saat jam bekerja di toko Lusi hendak usai.

Tujuan Dito adalah untuk menanti kepulangan Indy dan mengajaknya berbicara. Kebetulan sekali ketika mereka tiba di toko, Dito melihat Indy tengah menunggu angkutan umum. Setelah berpamitan pada Lusi, Dito pun mengikuti kendaraan yang membawa Indy hingga benda bewarna merah itu berhenti di depan gang. Melihatnya Dito juga ikut mematikan mobil.

"Ini bukan jalan ke rumah pembelianku dulu. Mau ke mana Indy?" batin Dito.

Tak ingin kehilangan jejak, Dito pun segera turun dari mobil dan mengejar gadis itu. Indy begitu kaget ketika mendapati batang hidung Dito. Padahal dia berniat untuk membuat perhitungan pada pria itu dengan datang ke cafenya malam ini.

"Mas Dito? Kamu ngikutin aku?" Indy langsung curiga.

"Iya. Banyak hal yang harus Mas tanyain ke kamu, Indy. Tolong bawa Mas ke rumah kamu,"

Indy masuk ke mobil setelah berpikir sejenak dan mengarahkan Dito untuk masuk ke gang. Cukup menempuh perjalanan sekitar tiga menit, lalu sampailah mereka di sebuah gedung tua yang catnya pun sudah luntur. Indy meminta agar Dito memarkirkan mobilnya di depan rumah tersebut.

"Ini rumah siapa?" tanya Dito. Ia melongo menyaksikan tempat kumuh itu.

"Masuk aja dulu, Mas!"

Dito melihat Indy memegang sebuah kunci dan ia berhasil membuka pintu rumah tersebut. Perasaan Dito mulai tidak enak. Berbagai spekulasi bersemayam dalam kepala.

Ketika keduanya sudah bersila di lantai, barulah Indy memulai pembicaraan. "Kenapa Mas masih temui Lusi?"

Beruntungnya Dito sudah mengarang jawaban sewaktu ia melihat Indy di toko kelontong tadi. Jadi, Dito tak perlu gugup lagi sekarang.

"Mas cuma penasaran sama orang yang ngambil video kemarin. Awalnya Mas mau lihat cctv di sana dan ternyata gak ada,"

"Mas gak niat buat mutusin Lusi atau gimana, sih? Mas gak serius sama aku?"

"Serius, Sayang, tapi Mas harus jawab rasa penasaran ini dulu," bohong Dito.

Awalnya Indy merasa tak percaya diri dengan keadaannya sekarang. Terlebih ketika mengetahui kalau Dito belum juga memutuskan Lusi. Indy beranggapan bahwa Dito tak mungkin memilih dirinya yang kumuh ketimbang Lusi si wanita cantik nan modis. Namun setelah mendengar jawaban Dito yang dianggapnya masuk akal, barulah hati Indy kembali lega.

"Mas masih sayang kan sama aku?" tanya Indy dengan rasa percaya dirinya.

"Masih banget. Mas gak bisa lupain kamu loh,"

Sementara itu di dalam hati Dito, "Jangan GR kamu, Indy! Mana mungkin aku selera sama wanita yang penampilannya ndeso begini,"

"Kapan Mas Dito mau putusin Lusi?"

"Secepatnya! Setelah rasa penasaran ini terjawab,"

"Kalau gitu biar aku yang menjawabnya, Mas. Akulah orang yang udah ngambil video kalian berdua,"

Dito sudah yakin jika semua ini memang ada hubungannya dengan Indy. Asumsi itu timbul akibat melihat kehadiran perempuan itu tadi pagi. Sebelumnya Dito tak pernah berpikir sedemikian rupa.

"Indy. Sebenarnya apa yang terjadi? Mas lihat kamu beda banget dan kenapa bisa ada di toko Lusi,"

Pertanyaan Dito kembali mengundang haru di diri Indy pasca musibah yang menimpanya berulang kali. Indy berharap Dito akan iba padanya, kemudian memberikan hartanya lagi seperti dahulu kala.

"Asal kamu tahu aja, Mas. Aku dijebak investasi bodong sama seseorang. Aku disuruh nyerahin hartaku, lalu ditiduri dan dijanjikan keuntungan yang banyak. Sebenarnya aku mau ngomong ini ke kamu sejak dulu, tapi kamu gak pernah mau dengerin aku. Lelaki yang kemarin bukan pacarku, Mas,"

"Terus, gimana kelanjutannya?"

"Aku jatuh miskin dan terpaksa ngejual rumah pemberian kamu. Setelah aku pindah ke tempat yang lebih kecil dan punya toko butik, eh malah tokoku kebaran. Lagi-lagi aku harus menjual seluruh harta bendaku untuk ganti biaya kerugian pada pemilik toko yang asli. Dan, sekarang aku bener-bener jadi gembel. Aku ngontrak di rumah kumuh ini dan bekerja sebagai karyawan biasa di toko kelontong milik Lusi," ucap Indy sambil menahan setengah napasnya.

"Aku kaget waktu lihat kamu datang ke toko. Seolah aku gak ikhlas kamu dimiliki perempuan lain, karena menurutku aku gak salah, Mas, tapi aku bahagia banget sekarang, karena kamu jadi milikku lagi,"

Sungguh miris! Dito sampai menelan ludah mendengarkan cerita Indy. Pantas saja wanita itu bernempilan lusuh. Rupanya dia memang sedang terkena musibah besar.

***

Bersambung