Hari ini Lusi berencana untuk mengunjungi sepupunya yang bernama Nina. Kediaman Nina tidak jauh dari tempatnya tinggal. Lusi ingin mengabarkan sebuah berita heboh. Bagaimana ia bisa bertemu dengan sosok asing yang pada akhirnya memberinya modal sebesar 200 juta.
Dito sendiri telah mentrasfer uang tersebut seberes berkunjung dari rumah Lusi. Sebuah kesempatan emas bagi wanita itu untuk merubah ekonominya. Lusi benar-benar merindukan masa kejayaannya seperti saat sang suami masih ada.
Lusi mengendarai mobil peninggalan almarhum suaminya menuju rumah Nina. Sesampainya di sana, dia langsung membungkus tubuh sepupunya dalam pelukan. Nina yang diperlakukan seperti itu tanpa tahu alasan yang jelas tentu saja merasa heran.
"Eh, eh! Ada apa, Lus?" Nina melepaskan rengkuhan itu dan memandang wajah girang Lusi.
"Aku bawa kabar gembira. Duduk dulu, yuk!" Lusi mengangkat kaki ke arah sofa ruang tamu.
Nina merupakan sepupu yang paling dekat dengan Lusi. Keduanya sama-sama berstatus janda, tapi bedanya Nina lebih dulu akibat ditinggal selingkuh oleh mantan suaminya. Saban hari Nina menghabiskan waktunya dengan merenung seorang diri dan memantau kehidupan suaminya melalui akun sosmed. Setiap kali Lusi mengunjunginya, maka Nina akan bahagia karena ia memiliki teman cerita.
"Kamu tahu gak kalau aku baru aja kenal sama laki-laki yang baik banget," ucap Lusi antusias.
"Oh, ya? Emang apa yang udah dia lakuin ke kamu?" Nina jadi penasaran dengan cerita sepupunya tersebut.
"Kami baru kenal sih, tapi dia udah berani ngasih aku modal 200 juta untuk buka toko kelontong,"
"Apa? Ngasih kamu modal 200 juta?"
Sepasang netra Nina membola. Ia sulit memercayai ucapan Lusi, karena dia tidak berada di tempat saat Dito menawari Lusi sebuah bala bantuan. Namun, Nina tahu bahwa sepupunya itu mustahil berbohong. Dia paham betul bagaimana sikap Lusi terhadap dirinya.
"Iya. Baik banget, kan? Sekarang uangnya sudah ada di rekening aku,"
"Ya, ampun, Lusi. Itu manusia atau malaikat, sih? Kamu beruntung banget,"
Nina gemetaran, lalu meraba punggung tangan Lusi. Kakinya menggelinjang serta perutnya naik turun akibat sulit bernapas. Sepanjang perjalanan hidupnya, Nina belum pernah menemui manusia sebaik itu.
"Emang siapa namanya? Kalian kenal dari mana?" tanya Lusi lagi.
"Kemarin aku ke danau, jadi ketemu sama laki-laki itu. Namanya Dito," balas Lusi sumringah.
"Luar biasa! Jadi, apa rencana kamu?"
"Nah, jadi gini…" Lusi menegakkan badannya. "…Aku gak mungkin bisa ngontrol toko itu sendirian. Aku butuh orang kepercayaan, Nin. Dan, gak mungkin dong aku pilih orang dari luaran sana yang gak jelas sikap aslinya. Jadi, aku mau ajak kamu kerja sama. Kebetulan banget kamu sendirian, kan? Kita bisa kembangin toko kelontong itu sama-sama," sambungnya disertai senyum mengembang.
"Eh, serius, Lus? Kamu percayain semuanya ke aku?"
"Iya. Nanti kita bakal pakai karyawan lain untuk bantu-bantu,"
Nina merasa dihargai dan diperlukan keberadaannya. Tidak disangka jika kehadiran Lusi ternyata ingin berbagi lubang rezeki dengannya. Nina mengepalkan kedua tangannya sambil menatap langit-langit rumah. Barangkali setelah memiliki kesibukan baru, ia bisa melupakan mantan suaminya perlahan-perlahan.
"Aku mau, Lus. Mau banget malah, ehehe. Jadi, kapan kita mulai semuanya?"
"Ya, sudah. Sekarang kamu siap-siap dan kita bakal cari tokonya,"
Nina pun bergegas menuju kamar dan mengganti pakaiannya dengan yang lebih bagus. Kedua perempuan yang memiliki hubungan keluarga itu pergi ke pusat kota untuk mendapatkan tempat terbaik.
Lusi dan Nina banyak menemukan toko-toko di sepanjang jalan, tapi toko yang menarik perhatian mereka terdapat di sebelah mall bulan. Mereka pun menemui sang penyewa toko dan langsung memberikan uangnya. Kini, toko itu menjadi milik mereka hingga setahun ke depan.
Langkah selanjutnya adalah mengisi tempat itu dengan berbagai barang. Kalau hal itu Lusi meminta pada teman lelakinya untuk belanja ke kota yang menjual dagangan kelontong dengan harga murah. Nantinya Lusi akan memberikan imbalan berupa uang atas kerja keras temannya tersebut.
Dua hari berlalu. Sekarang toko kelontong milik Lusi sudah terisi penuh. Segala perlengkapan ada di sana. Lusi juga sudah menemui bosnya untuk mengundurkan diri sebagai karyawan biasa.
Lusi dan Nina akan mengadakan Grand Opening toko kelontong mereka. Acara itu akan diselenggarakan esok hari. Mereka berbondong-bondong mengundang seluruh rekannya untuk menghadiri acara tersebut. Tak terkecuali Nina, wanita itu membuat postingan di akun instagramnya.
@Nina2401_
"Buat temen-temen sosmed sekalian, datang ya di acara grand opening toko kelontong kami. Terimakasih,"
Begitulah kalimat yang dishare oleh Nina di akun instragramnya. Tak lupa ia menaruh gambar tokonya sebagai pemanis.
Postingan itu dibanjiri komentar oleh teman-teman sosmed Nina, baik itu teman maya maupun nyata.
***
Mata Ira membulat kunci, tatkala melihat unggahan rekan SMP-nya yang bernama Nina tersebut. Ini bukan karena Nina yang hendak mengadakan acara grand opening, melainkan sebuah akun yang di-tag oleh Nina.
Nina menandai akun Lusi di sana. Tentu saja Ira kaget, karena Nina dan Lusi rupanya memiliki hubungan, meskipun Ira tidak tahu apakah mereka sebetas teman atau keluarga.
Sebenarnya Ira dan Nina tidak terlalu dekat, tapi karena itu merupakan acara Lusi juga, maka Ira ikut mengomentari postingan tersebut.
"Aku boleh datang gak?" kata Ira mengetikkan beberapa huruf di sana.
Tak lama kemudian, Ira mendapatkan balasan dari Nina dan perempuan itu mengizinkan Ira untuk mengikuti Grand Opening toko kelontongnya dengan senang hati.
***
Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Lusi dan Nina tampil dengan elegan di acara grand opening toko mereka. Acara inti telah berlalu, tapi masih banyak teman dan sanak saudara yang berdatangan untuk meramaikan suasana.
Siang itu sebuah mobil berkelir hitam parkir di halaman toko. Sosok itu tak lain adalah Ira, rekan SMP Nina. Ira berjalan mencari keberadaan teman lamanya, tapi yang ia temui adalah Lusi. Ira sontak melambaikan tangan ke arah wanita bergaun navy itu. Sayangnya, ekspresi Lusi yang semula ceria berubah menjadi tegang dan pucat. Ira sampai heran melihatnya.
"I- Ira? Kamu ke si- sini?" tanya Lusi gugup.
Lusi tidak tahu jika Ira adalah rekan Nina dan dia ikut mengomentari postingan beberapa hari lalu. Yang ia tahu Ira adalah istri Dito. Apakah Dito membocorkan bahwa dialah dsumber dana dibalik acara ini?
"Mampus aku!" batin Lusi.
Dari kejauhan Nina tergopoh-gopoh melihat kedatangan Ira. Dia pun tidak tahu jika Lusi dan Ira saling mengenal.
"Ira. Sejak kapan sampai?" Nina menyapa.
"Loh, kalian kenal?" Lusi terkejut bukan main.
"Iya. Ira ini temen SMP aku. Kalian juga saling kenal atau gimana?" Nina balik bertanya sambil mengedarkan pandangan.
"Tentu. Lusi adalah teman SD-ku," ucap Ira.
Rupanya ketiga wanita itu saling memiliki hubungan. Sebuah kabar yang membuat Lusi sontak merasa tak enak. Bagaimana mungkin dia dapat menjalani acara grand opening itu dengan tenang? Sementara istri dari donatur tersebut turut hadir di sana. Jantung Lusi mendadak berdenyut kencang. Dia sungguh khawatir jika Ira mengetahui semuanya.
***
Bersambung