Chereads / Hubungan Sugar Dating dengan CEO / Chapter 10 - Saling Bertukar Cerita

Chapter 10 - Saling Bertukar Cerita

"Tentangmu. Aku ingin mengetahui semua tentangmu."

Tatapan yang begitu intens dari pria tampan yang kini berada di depan Kalea dan tangan yang terus mengelus pipinya. Arthur begitu lihai memperlakukan wanita dengan lembut. Zeline benar, pria ini memang menarik dan bisa membuat siapa pun terjerat akan pesonanya.

Kalea memutus kontak matanya dengan Arthur karena sedikit malu. "Aku tidak tahu harus bercerita darimana jika kau tidak bertanya," ujarnya.

"Kalau begitu dimulai dari yang ringan dulu."

"A—apa akan ada yang berat?" tanya Kalea menjadi sedikit panik.

Arthur tersenyum miring. "Tentu, jika kau tidak keberatan. Kau juga bisa bertanya padaku," jawab pria itu.

"Baiklah."

Arthur terdiam sejenak, berpikir apa yang ingin ia ketahui dari gadis yang menurutnya lumayan misterius itu. "Apa kesibukanmu selain kuliah?" tanya Arthur kini lengannya turun memeluk pinggang Kalea. Seperti dirinya tidak mau jika gadis itu menjauh satu inchi pun dari dia.

"Aku bekerja di restoran keluarga dan menjadi asisten dosen," jawab Kalea dengan datar dan tanpa beban.

Kedua alis Arthur terangkat, tidak menduga jika Kalea adalah gadis yang sangat pekerja keras. "Kau tidak mau berhenti saja?" tanya Arthur membuat Kalea terkejut.

"Kenapa harus berhenti?"

"Karena kau sudah menjadi milikku. Kehidupanmu sudah terjamin, lebih baik berhenti bekerja di restoran itu," jawab Arthur, wajahnya terlihat tak main-main dengan ucapannya.

Kalea sedikit merinding ketika Arthur mengatakan jika dirinya adalah milik pria itu. Ia terdiam sejenak, seraya memandang langit-langit kamar yang begitu tinggi. "Aku tidak bisa," tolaknya.

Arthur mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Belum ... bisa." Nada suara gadis itu terdengar tidak meyakinkan dan tak nyaman jika arah pembicaraan tersebut terus dilanjutkan.

"Okay, baiklah. Aku tidak akan banyak bertanya mengenai hal itu. Tapi jika ada sesuatu apalagi mengenai uang, tolong katakan padaku," ujar Arthur mengalah. Ia berpikir jika gadis yang menjadi sugar babynya ini adalah gadis yang keras kepala dan banyak rahasia yang disimpan oleh Kalea.

Kalea mengangguk pelan. "Aku mengerti."

"Aku pikir lebih baik kau sendiri yang menceritakan dirimu. Aku takut menyinggung sesuatu jika aku duluan yang bertanya," usul Arthur karena setelah dirinya bertanya mengenai pekerjaan itu raut wajah Kalea terlihat berbeda.

Kalea terkekeh geli membuat Arthur mengerjap. Tak menduga jika gadis itu akan tertawa. "Baiklah." Gadis itu terdiam sejenak, Arthur tetap menunggu seraya memperhatikan wajah Kalea yang begitu menawan dan khas.

"Aku suka matamu," celetuk Arthur membuat Kalea yang sedari tadi sedang berpikir kini menoleh padanya dengan wajah kaget.

"Eh?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bilang jika aku menyukai bentuk matamu. Seperti kucing," puji Arthur seraya tersenyum manis. Pria itu mengerjap ketika Kalea memalingkan wajahnya, apa Kalea tidak suka dipuji?

"L—lea?"

"Ya?" sahut Kalea seraya kembali menatap Arthur. Wajahnya terlihat datar. Gadis itu bangun dan menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Kalea menepuk ranjang agar Arthur duduk di sisinya. Sunguh, Arthur merasa jika Kalea sama sekali tak bisa ditebak olehnya. Akhirnya pria itu pun bangun dan duduk di samping Kalea.

Gadis itu menarik napas panjang sebelum bercerita. "Aku anak tunggal dan hanya tinggal dengan ibuku. Sejak dulu aku bekerja untuk membiayai sekolah sendiri dan keluargaku. Aku hanya memiliki teman yang sudah kuanggap sangat dekat, namanya Aluna." Kalea nampak berpikir kembali, ia tidak tahu harus menceritakan apalagi mengenai dirinya. "Kurasa hanya itu yang bisa kuceritakan. Lagipula tidak ada yang menarik mengenai tentangku," ujarnya mengakhiri cerita.

'Tidak, semua yang dikatakannya sangat menarik,' pikir Arthur dalam benaknya.

"Jadi kau sudah berusaha keras dari kecil, ya?" tanya Arthur. Kalea mengangguk pelan, terbesit ingatan-ingatan masa lalunya yang begitu pilu dan tak ada satu pun yang benar-benar mengerti akan dirinya. Ia pun sungkan untuk selalu menceritakan keluh kesahnya pada Aluna, karena itu Kalea menjadi sosok yang terlalu banyak menahan rasa sakit seorang diri.

Arthur sebenarnya ingin bertanya mengenai keluarga Kalea karena bisa-bisanya kedua orang tua itu membiarkan anaknya sudah bekerja keras sejak kecil. Namun, sepertinya Kalea pun belum siap untuk menceritakan hal itu. Dan posisi Arthur di sini masihlah sebagai orang asing di hidup gadis yang memiliki netra hazel berbentuk kucing tersebut. Arthur jadi berpikir ulang, jika dirinya membatalkan kontrak dengan Kalea dan alasannya karena gadis itu masih virgin, entah kenapa Arthur tidak mau. Ia tidak mau membiarkan gadis itu sendirian dan membuat Kalea terus bekerja mati-matian membiayai keluarganya.

'Shit, keputusan yang sangat sulit,' umpat Arthur dalam hati.

"Arthur?" panggil Kalea karena Arhur sedari tadi hanya diam.

"Ya?"

"Jika kau ingin membatalkan kontrak itu ... tidak apa-apa. Tapi tolong beri aku waktu untuk mengembalikan seluruh uangmu. Karena aku sudah membelanjakannya sedikit," ujar Kalea, wajahnya terlihat takut jika Arthur akan marah.

"... huh? Kau berpikir aku akan meminta uang yang sudah kuberikan padamu?" tanya Arthur yang mendapat respon anggukan kepala dari gadis itu.

Arthur tertawa renyah membuat Kalea bingung tak mengerti. "Tenanglah. Aku tidak mungkin memintanya lagi. Harga diriku akan tercoreng jika benar melakukannya," balas Arthur seraya tersenyum sangat manis.

Sekilas Kalea terpukau dengan kebaikan hati pria tampan di sampingnya ini. "Kau baik sekali, Paman," puji Kalea tanpa sadar mengatakan panggilan paman lagi.

Sudut bibir Arthur berkedut, ia tersenyum kesal. "Aku memang baik, apalagi kepada wanita cantik. Tapi bisakah kau tidak memanggilku paman?!" protes Arthur seraya mencubit pipi Kalea dengan gemas.

"Maaf, aku keceplosan," sahut Kalea seraya mengelus pipinya yang dicubit oleh pria itu. "Jadi apa kau akan membatalkan kontrak itu?" tanya Kalea penasaran.

"Kau ingin aku membatalkannya?" Arthur bertanya balik.

Kalea terdiam, sebenarnya ia tidak mau kontrak itu batal karena ia butuh pegangan uang. Namun, jika ia mengatakan hal itu secara terang-terangan, Kalea tidak tahu bagaimana respon Arthur. Pria itu pasti berpikir jika dirinya hanya berpikir tentang uang saja. Meskipun hal itu memang benar. "Aku ... aku terserah padamu," jawab Kalea.

"Sudahlah, tidak perlu dibatalkan kontraknya. Masih banyak jalan menuju Roma. Lagipula aku masih bisa mencicipi ini," ujar Arthur lalu tanpa aba-aba mencium bibir Kalea membuat gadis itu kaget tetapi tak kuasa untuk menolak. Pria itu melepas pagutannya, Kalea selalu terhipnotis dengan sorot mata tajam milik Arthur. "Tidak apa-apa, kan jika aku menciummu?"

Kalea memalingkan wajahnya, pipinya mulai merona malu. "Sedari tadi kau sudah menciumku."

Arthur terkekeh pelan. "Kau benar."

Setelahnya mereka melanjutkan obrolan untuk mengenal satu sama lain. Kalea menjadi tahu jika Arthur memiliki adik dan keluarganya terbilang harmonis. Pria itu sudah terlahir kaya dan hal-hal lain yang membuat Kalea terpukau sekaligus iri.

Dan satu hal yang semakin jelas adalah, Arthur pecinta wanita dan seringkali melakukan one night stand dengan siapa pun yang bertemu dengannya dan sampai saat ini pria itu tidak pernah menjalin hubungan serius sampai ke jenjang pernikahan. Sama seperti Arthur, Kalea pun semakin ingin mengetahui tentang pria itu.