Chereads / Ayo Bertarung, Suami Psikopatku! / Chapter 22 - Juru Bicara Mu Tianyan

Chapter 22 - Juru Bicara Mu Tianyan

'Apa dia mendengarnya dari penjaga lain saat lewat?'

'Tapi tidak, penjaga di depannya mengatakan jika dia belum punya anak.'

Lu Zijia bisa merasakan kebingungan yang dialami Du Xiangjun. Akan tetapi dia tidak berniat menjelaskannya.

"Kamu sekarang sudah punya anak. Sebaiknya, pergilah ke rumah sakit bersama istrimu untuk melakukan pemeriksaan." ujar Lu Zijia ambigu sebelum pergi bersama Du Xiangjun.

Melihat Lu Zijia dan ibunya naik taksi dan pergi, penjaga itu masih setia berdiri di tempatnya sambil terus menggaruk kepalanya bingung.

Setelah berpikir lama, penjaga tersebut akhirnya memutuskan akan mengajak istrinya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sepulangnya bekerja nanti.

Nada bicara Lu Zijia tadi begitu meyakinkan sehingga berhasil membuatnya percaya jika istrinya mungkin memang sedang hamil.

Akhirnya, setelah hasil pemeriksaan keluar, penjaga tersebut sangat bersyukur karena mempercayai kata-kata Lu Zijia untuk mengajak istrinya melakukan pemeriksaan di rumah sakit.

Kalau tidak, anak yang telah lama dia dan istrinya harapkan mungkin akan pergi sebelum mereka menyadarinya.

Kata dokter, istrinya memang sedang mengandung 4 minggu. Akan tetapi karena kondisi fisiknya yang lemah memungkinkan janin luruh sebelum waktunya. Oleh karena itu, dia harus menjaganya dengan hati-hati.

Tentu, itu bisa dibicarakan lagi nanti.

Setelah meninggalkan kediaman Lu, Du Xiangjun akhirnya memutuskan untuk pergi ke vila kecil berlantai dua yang diberikan oleh orang tuanya sebelum dia menikah.

Dulu, dia tidak mendengarkan nasihat keluarganya dan bersikeras menikah dengan Lu Bochuan. Dia bertengkar hebat dengan keluarganya.

Sejak itu, dia tidak pernah lagi datang ke vila kecil ini ataupun menghubungi keluarganya.

Karena dia sudah kepalang malu. Dia tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan keluarga yang pernah begitu mencintainya dan peduli padanya.

"Bu, apa Ibu teringat dengan kakek dan lainnya lagi?"

Du Xiangjun memandangi vila kecil dua lantai di depannya. Dia tampak tenggelam dalam ingatan masa lalunya. Pemilik asli tubuh ini sudah sangat akrab dengan ekspresinya tersebut, karena Du Xiangjun akan selalu menunjukkan ekspresi seperti itu saat mengingat keluarganya.

"Tidak. Ibu hanya … hanya sedikit emosional."

Du Xiangjun akhirnya tersadar kembali. Kemudian, dia menyangkalnya seraya tersenyum pahit.

Lu Zijia tahu ibunya sedang berbohong. Akan tetapi dia memilih untuk diam.

Lagi pula, mau dibujuk seberapa banyak pun, itu tidak akan ada gunanya jika dia masih terjebak dalam jalan buntu.

Du Xiangjun mengeluarkan kunci dan membuka pintu. Perabotan di dalamnya masih sama persis seperti dulu dan masih bersih. Seolah-olah ada seseorang yang sudah membersihkannya.

Du Xiangjun tak kuasa menahan tangis karena tahu betul siapa orang itu.

Lu Zijia berpura-pura tidak melihat ibunya yang tersenyum setengah menangis. Dia diam-diam pergi ke dapur dan meninggalkan ibunya di ruang tamu.

Lu Zijia berlalu-lalang di dalam dapur dengan penasaran. Ketika melihat ada bahan makanan di lemari es, dia berencana untuk memasak makan malam.

Sekarang sudah sekitar pukul 7 malam. Jika dia tidak makan sesuatu, dia mungkin akan pingsan karena kelaparan. Saat ini, masih belum saatnya untuk dia berpuasa.

Terlebih lagi, ibunya yang sekarang tampaknya … tidak bersahabat dengan dapur?

Lebih dari setengah jam kemudian, berkat ingatan pemilik aslinya, Lu Zijia berhasil membuat dua hidangan dan semangkuk sup. Namun, dia baru sadar jika dia lupa memasak nasi.

Saat Lu Zijia sedang menyajikan dua hidangan dan semangkuk sup yang ia buat, suara Du Xiangjun tiba-tiba terdengar dari belakang.

"Jiajia, ada seorang pemuda yang datang mencarimu. Katanya dia adalah temanmu." Du Xiangjun memandang putrinya dengan curiga. Sebenarnya, dia ingin menanyakan sesuatu. Akan tetapi dia takut itu akan menyakiti hati sang putri.

Lu Zijia mengernyit samar saat mendengarnya. Dia tidak berpikir jika orang yang menemuinya ini benar-benar temannya.

Lagi pula, pemilik asli tubuh ini tidak punya teman. Apalagi sampai ada yang datang ke rumah untuk menemuinya.

Yang terpenting adalah dia dan ibunya baru saja sampai di vila dan seseorang sudah menemui mereka di sini?

Sepertinya ada yang salah.

Meskipun berpikir demikian, Lu Zijia tetap tersenyum untuk menenangkan ibunya.

"Bu, aku sudah memasak dua hidangan. Ibu pasti juga lapar, ayo isi perutmu dulu!"

Kenapa berkata 'isi perut' bukannya 'makan'?

Itu karena tidak ada nasinya!

Lu Zijia berjalan dengan tenang menuju halaman vila. Dia melihat melalui gerbang besi, ada seorang pemuda berpakaian hitam dengan wajah tegas berdiri di samping mobil yang juga berwarna hitam.

Hanya dalam waktu singkat, informasi mengenai pemuda berpakaian hitam itu pun langsung muncul dalam pikiran Lu Zijia.

Mu Yunhao, 25 tahun, wakil presiden Grup Mu yang telah menjadi foto sampul di banyak majalah. Dia dikenal sebagai juru bicara Mu Tianyan.