Tanpa menunggu Mu Tianyan menjawab, Mu Ruishu berkata lagi, "Apa papa sudah tidak menyayangiku lagi setelah papa punya Kakak ini?"
"Saat papa punya anak dengan kakak ini nanti, apa papa tidak akan menginginkanku lagi?"
"Papa, aku akan menjadi anak baik. Tolong, jangan menyerah padaku, oke? Aku berjanji akan bersikap baik dan tidak akan membuatmu marah lagi."
Tess~~
Setetes air mata jatuh di atas permukaan meja yang halus. Suaranya terdengar jelas.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak."
Mu Tianyan meletakkan sumpitnya. Dia mengambil serbet dan menyeka sudut mulutnya. Mata gelapnya menatap Mu Ruishu.
Mu Ruishu tidak segera menjawab, sepertinya, dia mengharapkan Mu Tianyan untuk berkata lebih banyak padanya.
Namun, Mu Ruishu harus kecewa karena Mu Tianyan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tidak juga berniat menjelaskan apa maksudnya.
Sorot kekecewaan melintas di bola mata Kim Ruishu. Dia menunduk dan bibirnya menutup rapat. Dia berusaha menahan tangisnya.
"Aku tidak berpikir yang tidak-tidak. Ayah Yangyang tidak lagi peduli dengannya setelah dia membawa pulang seorang wanita untuk dijadikan sebagai Ibu Yangyang. Dia berkata Yangyang nakal dan tidak mengiginkan Yanyang lagi."
"Papa, aku bersikap baik dan tidak nakal. Apa kamu akan tetap menyayangi Xiao Rui?"
Yangyang yang diceritakan Mu Ruishu adalah teman sekelasnya di taman kanak-kanak sekaligus teman bangkunya di SD.
Jadi, dia tahu kondisi keluarga Yangyang.
Kemunculan Lu Zijia jelas membuat Mu Ruishu yang sensitif teringat lagi dengan kisah Yangyang.
Itu sebabnya dia menunjukkan sikap permusuhan pada Lu Zijia yang baru pertama kali dia temui.
Setelah mendengarkan kata-kata polos Mu Ruishu, Lu Zijia tidak tahu apakah dia harus menangis atau tertawa.
Penampilannya tidak berbahaya. Dia tidak terlihat seperti ibu tiri yang jahat, kan? Tuan muda kecil ini benar-benar tidak pandai menilai orang.
Lu Zijia tidak menyapa Mu Tianyan. Dia langsung mengambil mangkuk dan sumpit yang dibawa pelayan untuknya dan mulai makan.
Sambil makan, dia juga mencoba bicara dengan Mu Ruishu.
"Adik kecil, apakah gurumu tidak pernah mengatakan kalau kamu terlalu banyak berpikir?"
"Kakak ini adalah putri salju. Bagaimana bisa kakak menjadi ratu yang jahat?"
Ketika pemilik asli tubuh ini masih kecil, dia suka menonton dongeng putri salju sehingga Lu Zijia yang mewarisi ingatannya mau tak mau melontarkan perumpamaan putri salju.
Mu Ruishu bertekad untuk menarik perhatian Mu Tianyan sepenuhnya. Dia kesal melihat Lu Zijia yang ikut campur.
"Aku tidak terlalu memikirkannya. Lagi pula, guru itu panggilan orang-orang kuno. Kita memanggilnya mentor sekarang."
Mu Ruishu menatap kesal pada Lu Zijia seraya mengoreksi kata-katanya.
Lu Zijia mengedikkan bahu tidak peduli, "Artinya sama saja. Tidak penting spesifiknya bagaimana."
Melihat Mu Zijia yang tetap makan tanpa terpengaruh membuat Mu Raishu ingin menangis marah.
Dia sudah mengatakan secara gamblang jika dia tidak menyukai wanita ini. Akan tetapi kenapa wanita ini tidak tahu malu dan masih tinggal di sini untuk makan!
Yangyang benar. Semua wanita yang dibawa pulang papanya adalah wanita jahat. Jadi, dia harus mengusir wanita jahat ini.
Berpikir demikian, Mu Raishu tiba-tiba turun dari kursi dan berlari ke arah Lu Zijia menggunakan kaki pendeknya.
Lu Zijia baru saja memakan sepotong iga babi. Pipinya masih penuh saat melihat Mu Raishu mendekat ke arahnya.
Mu Tianyan diam melihat tingkah imut Lu Zijia, cahaya gelap tampak terlihat di sorot matanya.
Lu Zijia tengah berusaha keras menahan Jari-jari rampingnya untuk bergerak mencubit pipi mulus itu.