Namun, bagi Mu Ruishu, Lu Zijia adalah orang dewasa yang masih dengan tidak tahu malunya bertingkah imut. Dia seperti anak kecil.
"Wanita jahat, aku membencimu!"
Setelah berada di dekat Lu Zijia, Mu Ruishu berteriak padanya. Lalu, dia meraih tangan kirinya dan menggigit lengannya.
Mu Ruishu menggigitnya kuat-kuat agar wanita jahat ini tidak pernah datang lagi ke rumahnya.
Akan tetapi, Lu Zijia, yang dia gigit hanya meliriknya dengan acuh. Kemudian, dia melanjutkan makan dengan tenang dan tidak berhenti mengunyah.
Meskipun dia masih belum bisa memasukkan energi ke dalam tubuh ini, tapi dia sudah memiliki beberapa kekuatan spiritual saat ini.
Itu lebih dari cukup untuk menghadapi tuan muda kecil ini.
"Mu.Rui.Shu."
Lu Zijia memang tidak marah. Akan tetapi Tuan Mu Tianyanlah yang terdengar marah. Suaranya tiba-tiba terdengar lebih dingin.
Tubuh kecil Mu Ruishu sedikit gemetar. Jika Mu Tianyan marah, maka dia pasti akan segera menjadi anak baik.
Namun sekarang, agar ayahnya tetap terus menyayanginya, dia tetap bersikeras berusaha mengusir wanita ini. Sekalipun ayahnya marah.
"Tidak apa-apa. Jika dia suka menggigit. Biarkan saja, biarkan dia melatih giginya."
Mu Tianyan terlihat menakutkan saat ini. Jadi, Lu Zijia mengibaskan sumpit di tangannya dengan santai.
Mu Tianyan, "..."
'Wanita ini benar-benar…'
Sebelum Mu Tianyan sempat bicara, Lu Zijia tiba-tiba menunduk dan menatap si kecil yang masih menggigit lengannya.
"Adik kecil, kamu sudah begitu lama menggigitnya. Apa kamu tidak lelah? Gigimu tidak sakit?"
"Hummm!"
Mu Ruishu mendengus angkuh dan terus menggigitnya. Dia berniat terus menggigitnya sampai Lu Zijia terusir.
Tepat setelah mendengung selama tiga detik, Lu Zijia bisa melihat raut muka tuan kecil itu berubah.
Tuan muda kecil itu pun tiba-tiba melepaskan gigitannya seraya menutup mulutnya dengan satu tangan. Si kecil menatap ngeri pada Lu Zijia.
Lu Zijia mengerjap polos, "Nak, gigimu tidak tanggal, kan?"
Meskipun Lu Zijia terlihat polos, tapi Mu Ruishu dan Mu Tianyan dapat mendengar nada bangga dalam suaranya…
Seharusnya Lu Zijia tidak mengatakannya, karena begitu dia mengatakannya, tangis Mu Ruishu pun langsung pecah.
"Huaaaa Huaaa~~ Papa, gigiku tanggal. Huaaa Huaaa~~ Papa. Huaa Huaaa~~ gigiku Huaa…"
Mu Ruishu menutup mulutnya dengan tangan dan berlari ke arah Mu Tianyan sambil menangis. Dia mencoba mencari perlindungan.
Ekspresi Lu Zijia terlihat semakin polos saat melihat Mu Ruishu yang menangis di pangkuan ayahnya.
Sebelumnya, tuan muda kecil ini berpura-pura dewasa. Akan tetapi ternyata dia masih bisa menangis.
Mu Tianyan mengernyitkan dahi ketika mendengar tangisan keras Mu Ruishu. Akan tetapi karena anak kecil itu menangis dengan sangat keras, akhirnya dia menahan diri untuk mendorongnya.
Setelah lama menangis, Mu Tianyan menepuk kepalanya dan melembutkan nada suaranya.
"Baiklah. Ayo lihat ke atas. Biar aku memeriksanya."
Mu Ruishu menggelengkan kepalanya yang putus asa begitu mendengar titah Mu Tianyan. Dia tidak mau melakukannya.
"Lihat ke atas."
Suara Mu Tianyan kembali dingin. Mu Ruishu masih menolak. Akan tetapi, akhirnya dengan patuh dia mendongakkan kepalanya.
Namun, Mu Ruishu masih menutup mulutnya dengan tangan.
Mu Tianyan mengulurkan tangan dan menarik tangan gemuk si kecil dari mulut. Dia mengangkat dagunya dan memintanya membuka mulut.
"Huaaa~~"
Begitu membuka mulut, Mu Ruishu tidak bisa menahan tangisnya lagi.