Chereads / My name 's Hero / Chapter 7 - Grey Cafe

Chapter 7 - Grey Cafe

Jadi Lu kuliah di sini buat nyari itu cowok pahlawan?" Lulu bertanya sambil mengaduk-aduk Virgin Mojito. Minuman sejenis Cocktail yang disajikan tanpa alkohol dan diganti dengan soda yang dicampur dengan konsentrat buah, beserta potongan buah mint sebagai penambah rasa segar.

Lulu Prameswari. Gadis berusia dua puluh tahun yang hobinya gonta-ganti warna rambut, plus gonta-ganti cowok. Memiliki motto hidup 'kalau bisa dapat yang mudah, kenapa cari yang susah. Hidup kudu dinikmati, bahagia harus sampai mati.'

"Ya enggak lah. Di mana-mana kuliah itu nyari ilmu, Lulu. Bukan cari pahlawan! Lu kira kampus kita mau perang?," sahut Prita cepat. "Ya 'kan Nad?" sembari menoleh ke arah Nadia yang cuek dan tengah asyik mengaduk Mie item pesanannya.

Sahabat Lulu ini namanya Prita Amarta, si ibu peri. Punya hobi mendamaikan Lulu dan Nadia yang sukanya diskusi berujung memaki.

"Gue nggak nanya elu, Prita! Noh." Lulu menunjuk dengan dagunya. "Nadia Bagaskara, selebgram yang hobinya makan," gerutu Lulu yang kesal karena pertanyaannya diabaikan oleh Nadia yang duduk tepat di depan matanya.

Prita mendengkus sebal. Bicara dengan Lulu Prameswari selalu berakhir dengan perdebatan remeh yang endingnya bikin pingin plester mulut nyablaknya.

"Apa sih kalian ini, ribut melulu," tukas Nadia disela kesibukan mulutnya mengunyah semangkuk Mie Item. Mie favoritnya yang tidak pernah absen dipesan, saat nongkrong bareng sohibnya di Grey Cafe.

Mie item adalah salah satu menu andalan Grey Cafe. Dari namanya saja, bisa dipastikan mienya berwarna hitam, karena campuran dari tinta Cumi. Rasanya bikin nagih jika sudah mencobanya.

"Nad. Gue heran sama tubuh lu yang Cuma mentok di semok, biarpun porsi makan lo tiga kali porsi makan Prita sama gue. Pada lari kemana sih itu lemak? Lo omelin ya, sampe kagak mau tinggal di badan Lu?"

"Kenapa? Ngiri Lu pada sama body seksi gue? Udah pesan sana sampe puas, gue yang bayar. Nggak usah ditahan-tahan, padahal doyan!" balas Nadia santai.

"Percuma juga punya body Nikita Willy tapi kesepian! nggak ada yang ngapelin tiap malming, nggak ada yang bilang sayang," cemooh Lulu kemudian.

"Siapa bilang nggak ada yang bilang sayang sama gue? Asal lu tahu ya, setiap hari minimal 3 orang yang bilang sayang ke gue."

"Bokap lu, pembokat lu sama pacar khayalan lu," kekeh Prita yang geli sendiri sama tebakannya hingga membuat Nadia melempar tisu makan kearahnya.

"Tapi tetep aja jomlo, Nad. Naksir cowok yang nggak kelihatan mukanya itu penderitaan, Say. Banyakin doa sama sedekah, biar cepet ketemu jodoh ganteng yang jelas-jelas mukanya. Jangan sampai Lu kecewa karena ekspektasi yang ketinggian," cerocos Lulu tanpa rem yang merasa gemas sendiri dengan obsesi Nadia.

"Tenang, bentar lagi juga in relationship." Nadia tersenyum lebar kearah kedua sahabatnya yang menatapnya sambil melotot.

"Jadi beneran lu udah nemuin cowok seksi versi lu, itu?" teriak Prita antusias yang disambut tonyoran di kepala oleh Lulu.

"Biasa aja ngomongnya. nggak usah teriak!" Prita membalas dengan pelototan marah.

Seksi beneran lah. Untuk semua versi! Lu juga bakalan ngeces, lihat bodynya yang senderable

banget." Nadia membayangkan ketika kedua lengannya memeluk erat sang pahlawan. Foremon yang menguar dari lelaki pengendara itu, membuat degup jantungnya bertalu-talu. Jadi kepingin dipeluk, bukannya meluk pengendara motor sport hitam itu, seperti dulu. Lelaki berjaket denim yang sejak menolongnya, langsung jadi bunga tidur disetiap malam.

Gurauan ketiganya terus saja berlanjut, sambil diselingi makan dan minum yang telah mereka pesan di Grey Cafe, tempat tongkrongan favorit anak-anak muda Jakarta yang nge-hits.

Cafe yang saat ini seluruh tempatnya di dominasi warna Merah putih. Beberapa ornamen bambu runcing ada di setiap sudut, menambah kesan patriotik. Membuat pengunjung kafe langsung dapat merasakan semangat kemerdekaan begitu memasukinya.

Grey Cafe memang mempunyai konsep unik dalam penataan ruangan. Dekorasinya selalu berubah di setiap bulannya, menyesuaikan tema. Kali ini kepahlawanan diusung sebagai tema pada bulan Agustus ini.

Jadi, bisa kalian jelaskan tentang hantu pohon tua yang kalian maksud?" tanya Nadia tiba-tiba. Gadis manis itu baru saja menyelesaikan sesapan terakhir minumannya.

Prita menatap sejenak Lulu. Berinteraksi lewat kode-kode yang dilemparkan keduanya, membuat Nadia yang memperhatikan mereka menjadi kesal sendiri.

"Girls, sedetik lagi umur gue bertambah tua. Cepet kasih penjelasan sekarang juga atau ...." Nadia menggantung ucapannya sambil menatap tajam dua sahabatnya.

"Atau apa, Nad?" cicit Prita dengan nada cemas yang kentara.

"Atau ... kalian berdua yang bayar billnya!"

"Begini, Nadia sayang. Ini Urband legend. Kata senior-senior yang diperkuat oleh cerita dosen-dosen yang suka dengan hal-hal horor, mereka–"

"Bisa dipersingkat nggak?" potong Nadia. Sorot matanya menyiratkan kebosanan.

"Ada cewek patah hati terus gantung diri di pohon Beringin itu. Arwahnya masih betah gantung-gantung di sana. Adem katanya ... Auw!" Prita mengusap lengannya. Matanya melotot kearah Lulu.

"Kalau cerita itu jangan ngasal, kudu tahu sebab musababnya dulu!"

"Udah-udah! Gue paham! Bosen lihat kalian berantem! Selama itu hantu nggak nongol di muka gue, gue nggak peduli."

Seorang pelayan datang menghampiri. Membawa pesanan Prita dan Lulu, lalu meletakkannya di atas meja.

Pelayan yang ber-name tag "Linda k." Itu menyapa sambil tersenyum hangat kepada Nadia. Berbasa-basi sejenak sebelum pelayan berpakaian kasual itu meninggalkan meja ketiga sahabat tersebut.

"Nad, Lu kenal sama owner sini?" tanya Lulu setelah melihat interaksi akrab antara Nadia dengan pelayan kafe, yang baru saja mengantarkan pesanan dua mangkok mie item.

"Dex? Kenal dong. Dia saudara jauh gue."

"Seberapa jauh?" sahut Prita sambil menggeser mangkok mie ke hadapannya.

Nadya melirik ke arah Prita sebelum menjawabnya. "Nggak paham juga sejauh apa. Tanya Bokap gue kalau Lu penasaran."

Prita menatap horor Nadia.

"Baru Lihat seragam bokap Lu aja, kaki Prita lemes, Nad. Apalagi ngobrol? Pingsan kali dia," sahut Lulu cepat diiringi tawanya yang keras.

"Namanya Dex," gumam Prita. "Ganteng nggak, Nad?" Pertanyaan Prita membuat tawa Lulu seketika berhenti.

Nadia mencebik. "Kalau urusan ganteng, rem lu pakem ya, Lu," sindirnya yang disambut cengengesan Lulu.

"Udah tinggal jawab. Susah amat lihat gue seneng!"

"Lihat sendiri aja. Tuh, orangnya nongol."

Ucapan Nadia barusan, membuat Lulu dan Prita segera mengalihkan pandangannya, searah dengan pandangan sang sahabat. Dan keheninganpun tercipta di meja VIP tersebut.

"Tuhan jodohkan hamba dengan Dia," gumam Lulu tanpa memutus tatapannya dari lelaki yang berjalan ke arah mejanya.

"Ya Allah, jadikan dia imam bagi hambamu yang lemah ini," timpal Prita tak mau kalah. Soal kesucian, Prita siap diadu dengan Lulu.

"Ya Allah ... Ya Tuhanku. Tolong sadarkan kedua sahabat hamba dari kehaluan yang hakiki. Amin!"