Chereads / Predestinasi Cinta Gayatri / Chapter 8 - Dilema

Chapter 8 - Dilema

Dilema

Sementara Ganendra merasa tersindir mendengar perkataan eyangnya. Gayatri memang terlihat pucat, bukan akibat begadang tetapi karena gadis itu sakit akibat ulah Ganendra.

'Mudah-mudahan saja Fandy bisa memegang rahasia', batin Ganendra.

"Ayo Gayatri!"

Dengan wajah masam, Ganendra menyuruh gadis itu untuk mengikutinya. Dia takut Eyang Noto melihat bekas tamparan di pipi Gayatri jika terlalu lama berada di situ. Dia dapat melihat semburat merah di wajah Gayatri akibat perkataan eyangnya tadi, tetapi dia tak peduli.

"Saya ke dalam dulu, Eyang," pamit gadis itu sambil menundukkan kepala.

"Sudah, sana. Temani suamimu!'' Noto mengibaskan tangannya, menyuruh Gayatri meninggalkannya sendirian dan mengikuti sang suami.

***

"Kamu ada hubungan apa sama Dokter Fandy?" tanya Ganendra saat Gayatri baru saja menutup pintu kamar dan menguncinya.

Sepanjang perjalanan tadi, Ganendra sangat penasaran dengan hubungan Gayatri dan Dokter Fandy. Dia teringat kata-kata laki-laki berjas putih itu, yang seakan mengancamnya. Dia sungguh merasa curiga jika dokter yang juga temannya itu ada hubungan asmara dengan istrinya itu.

"Aku nggak punya hubungan apa pun sama dia," sahut Gayatri sambil mengernyitkan kening. "Memang kenapa? Kamu cemburu?" imbuhnya.

Dia merasa heran, kenapa tiba-tiba Ganendra menanyakan hubungannya dengan dokter keluarga mereka itu. Dia mengenal dokter muda tersebut hanya sebatas dokter dan pasiennya, tidak lebih.

Memang keduanya sering bertemu, itu juga di rumah Eyang Putri. Dokter tampan itu datang atas penggilan Eyang Putri jika penyakit darah tingginya kambuh. Mereka hanya berbincang sebatas perkembangan kesehatan Eyang Putri. Terkadang membicarakan apa saja pantangan makanan eyangnya.

Atau terkadang membahas pertolongan pertama yang harus dilakukan olehnya jika Eyang Putri kambuh sementara dokter belum datang. Hanya sebatas itu komunikasi mereka. Tak pernah membahas hal yang lainnya.

Dokter Fandy memang menyukai Gayatri semenjak pertama kali bertemu. Namun, dokter keluarga itu hanya menyimpan segala perasaannya. Dia baru akan mengungkapkannya pada waktu yang tepat.

Sayang sekali dokter bertubuh jangkung itu harus menelan kekecewaan karena pernikahan mendadak Gayatri dengan Ganendra. Pupus sudah cita-cita yang selama ini berusaha dia wujudkan. Pernikahan itu benar-benar tak pernah terduga oleh siapa pun.

Mendengar perkataan Gayatri, Ganendra merasa lega. Berarti Dokter Fandy hanya menggertaknya saja, begitu pikir Ganendra. Dia pun tak ambil pusing dengan gertakan tersebut. Toh, istrinya tak ada perasaan apa pun pada dokter yang juga teman baiknya itu.

"Ngapain aku cemburu? Aku cuma nanya sama kamu aja, kok," kilah Ganendra tak mau kalah.

Gayatri hanya mencebik. Entah mengapa dia merasa ragu dengan jawaban Ganendra. Dia merasa suaminya itu sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, dia tak peduli dengan itu semua.

"Jangan keluar kamar kalau aku tak menyuruhmu!"

Ganendra mengatakan itu kemudian berlalu ke kamar mandi. Dia merasa gerah dan ingin membersihkan diri. Gayatri hanya menganggukkan kepala, tak berani membantah ucapan Ganendra.

Lagipula, Gayatri merasa malu untuk keluar dari kamar. Takut nanti Eyang Noto meledeknya lagi. Dia juga takut jika Eyang Noto memergoki bekas kemerahan di pipinya. Bekas tamparan Ganendra tadi malam. Dia sudah mencoba menutupinya dengan make up tebal. Namun, jika diperhatikan dengan saksama pasti akan terlihat.

Gadis berjilbab putih itu pun duduk diam di sofa kamar, tak berani berbuat apa pun. Dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan memainkan benda pintar itu. Beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab langsung terlihat begitu layar terbuka.

Gayatri merasa bingung bagaimana harus memberitahukan kepada teman-temannya. Mereka menanyakan kebenaran berita yang beredar, tentang pernikahannya dengan Ganendra. Entah dari mana mereka mengetahui berita tersebut.

Keluar dari kamar mandi, Ganendra langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Dia telah mengganti pakaiannya dengan baju santai. Kaos berkerah dan celana pendek. Gayatri menghela napas karena melihat penampilan Ganendra yang terlihat lebih tampan daripada penampilan biasanya; setelan baju kerja.

Tak berapa lama, terdengar dengkuran halus. Gayatri menoleh ke arah Ganendra, menghela napas lega begitu melihat laki-laki itu tertidur. Dia merasa sementara itu bisa terbebas dari caci maki atau kemarahan laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.

Gayatri termenung setelah membalas pesan dari teman-temannya. Sesungguhnya dia berada dalam dilema. Beberapa hari yang lalu, Ustaz Karim dan Ustazah Farida memanggilnya usai kajian. Mereka menyampaikan sebuah proposal ta'aruf dari seorang laki-laki yang merupakan jamaah kajian juga.

Gayatri sudah membaca dan mempelajari proposal itu. Laki-laki yang bernama Harun itu ternyata adalah salah seorang kakak kelasnya. Bahkan dia sangat mengenal Harun karena laki-laki itu menjabat sebagai ketua BEM kampusnya. Mereka juga sering bertemu dalam kegiatan rohani di kampus.

Sungguh, hatinya berbunga-bunga begitu mengetahui proposal itu. Dia merasa senang karena memang sebenarnya sejak lama dia menyimpan perasaan suka pada Harun, tetapi tak pernah berharap untuk mendekatinya. Gayatri menyadari siapakah dirinya.

Gayatri tak akan pernah lupa jika dia hanyalah anak yatim-piatu yang diadopsi oleh keluarga Dinoto. Sementara dia mengetahui jika Harun adalah putra dari seorang pengusaha terkenal di kota Yogya. Dia takut jika orang tua Harun tak merestui hubungan mereka karena statusnya itu.

Ustaz Karim sudah meyakinkannya jika orang tua Harun tak keberatan dengan status Gayatri. Harun sudah membicarakan hal itu dengan kedua orang tuanya sebelum mengajukan proposal. Gayatri pun memantapkan hati untuk menerima Harun, tetapi, pernikahan mendadak itu mengacaukan semuanya.

Gayatri sudah membayangkan jika setelah menikah dengan Harun, dia bisa keluar dari keluarga Dinoto tanpa canggung lagi. Orang-orang hanya tahu, dari luar keluarga itu tampaknya baik-baik saja. Namun, sesungguhnya di dalamnya penuh dengan persaingan dan perebutan kekuasaan.

Gayatri tahu, harta Mahesa dan Arum--orang tua angkatnya--sudah diincar oleh saudara-saudaranya. Bukan sekali dua kali dia tak sengaja mendengar Eyang Putri menghardik Bulik Astari dan Pakde Wahono yang mencoba membahas hal itu. Eyang Putri bersikukuh jika harta itu sudah diwariskan pada Gayatri sebagai putri angkat Mahesa dan Arum.

Sepertinya kedua kakak-beradik itu tidak puas dengan jawaban Eyang Putri. Gayatri tahu betul, adik dan kakak dari orang tua angkatnya itu begitu membenci Gayatri. Dia bisa melihat sikap kedua orang itu jika bertemu dengannya.

Dan memang itulah yang sedang terjadi. Kedua orang itu akan melakukan segala cara untuk mencapai niatnya, menguasai harta Mahesa. Hanya saja, mereka belum menemukan cara yang tepat untuk itu. Oleh karena itulah, Gayatri sangat ingin sekali bisa keluar dari keluarga Dinoto agar tak terjadi perselisihan lagi.

Gayatri menghela napas berat. Rencananya benar-benar kacau-balau. Dia tidak akan bisa lagi keluar dari keluarga Dinoto. Setelah dia menikah dengan Ganendra, otomatis kedudukannya dalam keluarga Dinoto semakin kuat. Apalagi Ganendra adalah satu-satunya cucu dari Eyang Noto.

Gayatri sudah berjanji akan memberikan jawaban pada Ustaz Karim setelah kajian berikutnya, dua hari lagi. Gayatri merasa bingung, apa yang akan dia katakan pada Ganendra mengenai hal itu? Bagaimana caranya dia meminta izin untuk keluar rumah guna menghadiri kajian dan menemui Ustaz Karim?