Ingin rasanya Gayatri menolak keinginan dua orang di depannya itu. Namun, dia tak mungkin bisa melakukannya. Semua seperti telah diputuskan. Yang mereka butuhkan hanya anggukan kepala, bukan gelengan.
"Nduk¹, kamu mau, kan?" desak perempuan yang biasa dia panggil Eyang Putri itu.
"Ayolah, Nduk, waktu kita tak banyak lagi!"
Kali ini, laki-laki yang biasa Gayatri panggil Eyang Noto--kakaknya Eyang Putri--yang berbicara.
Gayatri menganggukkan kepala. Dia sadar, siapa dirinya. Dia hanyalah gadis dari panti asuhan yang mereka adopsi dan besarkan dengan kasih sayang. Dua orang di depannya itu pun mengembuskan napas, terlihat lega.
"Dugaan Eyang tak salah. Kamu pasti tak akan mengecewakan Eyang." Dahayu Dinoto--sang Eyang Putri--memeluk Gayatri dengan penuh rasa haru.
Noto tersenyum, menepuk bahu Gayatri sekilas sebelum melangkah pergi bersama Ganendra.
"Segeralah bersiap-siap! Para tamu sudah menunggu dari tadi."
Dahayu segera membawa Gayatri ke ruang ganti dan menyuruh Arumbi--perias pengantin--untuk mendandaninya. Gadis berkerudung putih itu hanya bisa pasrah dan menuruti semua keinginan Dahayu.
Beberapa menit kemudian, Gayatri sudah selesai dirias. Kebaya cantik berwarna putih tulang membalut tubuhnya yang langsing. Dia tampak berbeda dari biasanya yang tak pernah tersentuh make up.
Untung saja ukuran tubuh Gayatri dan Anandita tak jauh berbeda. Jadi tak perlu menunggu lama, Gayatri sudah siap menjadi pengantin, menggantikan posisi pengantin wanita yang kabur entah ke mana.
Gayatri tak habis pikir, entah apa yang ada dalam pikiran Anandita, hingga tega meninggalkan acara pernikahannya sendiri. Padahal dia tahu Anandita dan Ganendra saling mencintai.
Rumah Ganendra yang hanya berjarak beberapa meter dari kediaman Dahayu--tempat Gayatri tinggal--membuat Gayatri seringkali melihat Anandita datang ke kediaman Ganendra. Melihat bagaimana mesranya mereka berdua. Bergandengan tangan, tersenyum manis, dan kadang berpelukan.
Rasanya tak mungkin jika Anandita meninggalkan Ganendra karena tidak mencintai laki-laki itu. Ganendra terlalu baik dan tampan untuk diabaikan. Kariernya sebagai salah satu pegawai bank swasta ternama juga tak perlu diragukan lagi kemapanannya.
Sebagai cucu tunggal dari keluarga Prawiro Dinoto, Ganendra juga mewarisi bisnis batik keluarga yang saat ini dikelola oleh Panji Prawiro Dinoto--bapaknya. Namun, Ganendra lebih suka bekerja di bank swasta dan tinggal di rumah sang eyang daripada terjun ke bisnis keluarga dan tinggal dengan bapak dan ibunya.
Gayatri melangkah keluar diiringi perias. Di luar kamar, dia melihat Dahayu sedang bersitegang dengan Candra Dewi, salah satu cucunya. Gadis cantik itu mengusap matanya yang memerah dan berair dengan punggung tangan. Sementara Dahayu terlihat tak acuh.
Gayatri menghentikan langkahnya. "Dewi kenapa, Eyang?" tanya Gayatri heran. Namun, Dahayu tak menanggapi pertanyaan Gayatri.
"Eyang, kumohon!" Candra Dewi merengek.
"Tidak, Dewi. Eyang tak akan berubah pikiran!" tegas Dahayu.
"Eyang jahat! Eyang pilih kasih! Eyang lebih menyayangi Gayatri yang cuma cucu pungut daripada cucu kandung!" protes Candra Dewi.
Dahayu tak mempedulikan rengekan Candra Dewi, malah menarik tangan Gayatri agar mempercepat langkahnya. Tak lama, mereka tiba di atas panggung, dimana acara ijab kabul hendak dilaksanakan.
"Duduklah, Nduk!" titah Dahayu sambil menunjuk tempat di sebelah Ganendra.
Ganendra melihat sekilas ke arah Gayatri dengan tatapan penuh kebencian. Dia benci kenapa gadis itu tak menolak permintaan Eyang Noto yang dianggapnya konyol.
Ganendra teringat beberapa saat yang lalu dia dan Gayatri dipanggil oleh eyangnya. Laki-laki berumur itu mengajak mereka berbincang di sudut gedung. Ternyata Dahayu telah menunggu di sana.
"Le, kamu tahu kenapa Eyang panggil ke sini?" tanya Noto pada cucu kesayangannya.
"Nendra, nggak tahu, Eyang. Nendra masih pusing mikirin Anandita yang kabur," keluh Ganendra.
Bukan hanya Ganendra yang pusing. Sesungguhnya, Noto dan juga Dahayu juga pusing. Mereka merasa dipermalukan. Namun, mereka tak dapat memaksa orang tua Anandita untuk menghadirkan putri mereka. Sudah jelas gadis itu kabur dari rumah, entah apa alasannya.
Orang tua Anandita telah berkali-kali meminta maaf padanya, tetapi, kata maaf tak akan mampu memperbaiki keadaan. Untuk itulah, Noto dan Dahayu akhirnya mencari jalan keluar demi menyelamatkan kehormatan keluarga mereka di hadapan tamu undangan yang telah datang.
"Le, jika Eyang punya permintaan, apa kamu mau mengabulkannya?"
Noto menatap Ganendra penuh harap. Dia tahu, sang cucu tak akan mungkin menolak permintaannya. Selama ini, Ganendra selalu mengabulkan apa pun permintaan Noto. Termasuk saat Noto meminta laki-laki itu untuk menemani dan tinggal bersamanya.
"Nendra janji akan mengabulkan apa pun permintaan Eyang," sahut Ganendra mantap.
"Nduk, jika Eyang mempunyai permintaan, apa kamu juga mau mengabulkan permintaan Eyang?"
Dahayu menanyakan hal yang sama pada Gayatri. Tanpa ragu, Gayatri menganggukkan kepalanya.
"Gayatri akan mengabulkan apa pun permintaan Eyang."
Gayatri memang tak mempunyai pilihan lain. Di dunia ini, dia tak mempunyai siapa-siapa lagi selain Dahayu. Dua puluh satu tahun yang lalu, dia diadopsi dari panti asuhan oleh Mahendra--salah satu putra Dahayu. Mahendra tak mungkin bisa memiliki keturunan lagi karena rahim Arum--istrinya--terpaksa diangkat gara-gara myom.
Saat Gayatri berusia sepuluh tahun, Mahendra dan Arum meninggal karena kecelakaan. Lalu Gayatri pun dirawat dan dibesarkan oleh Dahayu hingga kini. Dahayu sangat menyayangi gadis itu, bahkan melebihi rasa sayangnya pada cucu kandungnya sendiri.
Gayatri berhutang budi pada keluarga Dahayu. Oleh karena itulah dia merasa sudah sepantasnya untuk tak menolak apa pun permintaan Dahayu. Hal itu dia lakukan sebagai salah satu caranya berbakti dan membalas kebaikan mereka padanya.
"Jadi, gimana? Kalian sudah setuju untuk memenuhi permintaan kami, kan?"
Kali ini, Noto memandangi Ganendra dan Gayatri bergantian. Kedua orang itu menatap Noto dengan raut penasaran, tetapi tetap menganggukkan kepala.
"Le, Eyang minta, hari ini kamu teruskan pernikahan ini, dan Gayatri, kamu yang akan menjadi pengantin wanitanya."
Akhirnya Noto mengatakan apa yang menjadi permintaannya. Keputusan itulah yang dia dan Dahayu ambil untuk menyelamatkan kehormatan keluarga mereka.
Ganendra dan Gayatri berpandangan sejenak, lalu masing-masing membuang muka. Dari sikap mereka, bisa dikatakan jika mereka merasa tak menyukai keadaan tersebut. Namun, bagaimana pun juga, mereka telah berjanji.
Mau tak mau, akhirnya mereka berdua pasrah dengan keputusan Noto dan Dahayu. Ganendra pasrah mengikuti kemauan Noto, kembali duduk di tempat semula. Noto pun langsung memberitahukan pada penghulu untuk mengadakan perubahan identitas pengantin wanita.
Gayatri tak protes lagi waktu dibawa ke ruang ganti dan didandani layaknya pengantin wanita. Dia hanya bisa pasrah saat kemudian dibawa ke hadapan penghulu. Air mata gadis itu menitik waktu penghulu menyebutkan namanya sebagai pengantin wanita.
Dengan satu kali tarikan napas, akad nikah terucap dengan lancar dari bibir Ganendra. Detik itu juga, dia dan Gayatri telah sah menjadi suami istri. Lalu doa-doa pun terlantun dari bibir tamu undangan. Mereka mendoakan keberkahan pernikahan pasangan pengantin tersebut.
Kasak-kusuk mengenai pernikahan itu pun teredam oleh lantunan doa. Walaupun pernikahan tetap berlanjut, tetapi ada saja pihak yang tetap menjadikan kejadian itu sebagai bahan gosip.
Ganendra dan Gayatri pun menjadi raja dan ratu hari itu. Bersanding di pelaminan dan tersenyum manis pada tamu undangan yang menyalami mereka. Di balik senyum manis mereka, ada hati yang sama-sama terluka.
Ganendra tak pernah menyangka, jika gadis yang selama ini dia benci malah menjadi istrinya. Gadis yang merebut kasih sayang Dahayu, adik dari Eyang Noto.
Sebelum Gayatri hadir, Ganendra adalah cucu kesayangan Dahayu. Tiga orang cucu yang Dahayu punya, semuanya perempuan. Tak heran jika Dahayu sangat menyayangi cucu dari Noto, kakaknya itu.
Setelah kematian Mahendra dan Arum, perlahan kasih sayang Dahayu untuk Ganendra terbagi dengan Gayatri. Ganendra merasa tersisih oleh kehadiran gadis itu. Sejak itulah, dia mulai membenci Gayatri.