Baru saja Setyo hendak membuka pintu guna beranjak ke rumah Karin, tiba-tiba benda persegi panjang itu sudah diketuk dari luar.
"Setyo. Buka pintunya!" pekik seseorang di depan sana.
Setyo mengenduskan napas berat. Dia bisa menebak suara siapa itu. Setyo pun langsung menyembulkan wajahnya.
"Ibu, Ayah?"
Setyo memandang kedua mertuanya yang turut hadir bersama Dora. Pasti mereka ingin membahas soal kemarin.
"Kami ingin bicara," kata ayah Dora.
Kemudian Setyo pun mempersilahkan tiga manusia tersebut untuk masuk ke rumahnya. Setyo menyimpan kembali kado Isha dan Aru yang tadinya sudah ia pegang.
"Kami sudah mendengar kabar dari Dora," ucap sang ibu mertua.
"Apa kamu yakin bahwa pria asing itu adalah selingkuhan Dora? Kau tahu jika Dora begitu mencintaimu, bukan?" timpal ayah.
Dora memang tidak berubah. Dia kerap melibatkan orang tuanya dalam setiap permasalahan. Hal inilah yang membuat Setyo merasa tak nyaman selain karena Dora adalah pencemburu berat.
"Aku tidak tahu siapa pria itu. Yang jelas aku melihat mereka berpelukan,"
"Dia yang memelukku, Mas!" Dora mencoba membela diri.
Wanita itu sudah tak punya pilihan lain, selain mengadu pada orang tuanya. Dora berharap semoga Setyo dapat mengerti dan sungkan memarahinya di depan sepasang suami istri tersebut.
"Aku tak ingin mendengar alasanmu lagi, Dora. Semuanya sudah jelas. Kalian bermesraan di depanku,"
"Hah? Bermesraan bagaimana? Sementara dia memelukku dari belakang dan aku mencoba melepaskan diri,"
Kondisi ruang tamu menjadi ricuh seketika. Sesungguhnya Dora ingin sekali menampar suaminya yang menuduh tanpa bukti. Namun, Dora mustahil melakukan itu, karena bisa membuat Setyo semakin menghindar.
"Setyo. Ayah jadi curiga padamu. Sepertinya kau bukan tipe laki-laki yang mudah percaya begitu saja. Jika kau tega melakukan ini, pasti semuanya adalah rencanamu,"
"Ah! Sial. Kenapa lelaki tua ini bisa membacanya?" Setyo bermonolog.
"Iya. Ibu juga berpikir seperti itu. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan putri kami selingkuh sebelum mendengar penjelasan dari kedua belah pihak?"
Setyo menyugar rambutnya ke belakang. Ia tak mampu berdebat dengan mertuanya, karena memang dirinyalah yang bersalah. Setyo pun buru-buru menyudahi pertemuan tersebut.
"Pria asing itu menyebut nama Dora. Berarti mereka sudah saling kenal, kan? Bisa saja Dora yang berbohong dan pura-pura tidak mengenalnya,"
"Aku memang tidak tahu siapa dia, Mas. Oh, ayolah! Untuk kali ini saja percaya padaku,"
"Cukup, Dora! Aku mungkin akan memaafkan seluruh kesalahanmu selama itu tidak berbau laki-laki,"
Setyo bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah pintu.
"Ayah, Ibu. Maulai detik ini kukembalikan Dora pada kalian. Aku sudah tidak sudi punya istri pengkhianat seperti dia. Dora, kau kutalak!"
Jeder!
Kata talak yang baru saja dilontarkan oleh Setyo membuat dunia bak disambar petir hingga luluh lantak tak tersisa. Dora termangu di tempat, begitupun dengan kedua orang tuanya.
Hanya karena sebuah kejadian yang belum diketahui kebenarannnya Setyo malah menyia-nyiakan Dora. Siapa yang dapat menerima? Dora justru semakin tak ingin dilepas.
"Tidak, Mas! Sampai kapan pun aku akan selalu menjadi istrimu," teriaknya. Dora terduduk lemas di lantai.
"Setyo. Tidak beradab sekali kau, ya!" Ayah Dora membantu putrinya untuk berdiri sambil memarahi Setyo.
"Semua ini sudah menjadi keputusanku, Ayah. Lebih baik kalian didik lagi Dora agar menjadi manusia yang lebih baik,"
"Ah! Aku menyesal, karena sudah memiliki menantu sepertimu. Aku yakin sekali jika semua ini hanya akal-akalanmu saja, Setyo. Kau memang sudah tidak mencintai putriku lagi, kan?" imbuh Ibu Dora. Perempuan itu mendadak lemas saat tahu putrinya diceraikan.
"Aku tidak mau, Mas. Aku mencintaimu, sungguh!"
Dora terus saja meringik pada Setyo. Ia tak ubahnya anak kecil yang menangis, karena ditinggal oleh Ibunya. Pemandangan seperti itu membuat hati Ayah Dora semakin panas. Orang tua mana yang sudi melihat anaknya mengemis cinta.
"Dasar suami tidak bertanggung jawab! Lihat saja nanti. Kami akan mengumpulkan bukti, bahwa memang kaulah yang sudah mengarang semuanya. Dora, ayo kita pulang! Jangan hiraukan Setyo si manusia keji ini lagi,"
Ayah Dora pun langsung menggotong tubuh putrinya yang enggan diajak keluar. Dia tak lagi memikirkan untuk menghajar Setyo hingga babak belur. Pria itu ingin segera keluar dan meninggalkan Setyo.
"Keterlaluan kau, Setyo!" kata sang ibu sebelum mereka benar-benar enyah dari hadapan.
Setyo tidak sadar kalau dirinya sudah mengulangi perbuatan yang sama terhadap istrinya sendiri. Namun, kali ini dengan latar belakang yang berbeda. Semoga saja Setyo tidak menyesal seperti yang ia rasakan saat ini, karena sudah meninggalkan Karin.
Dia pun mendadak badmood dan tak ingin melangkahkan kaki ke rumah Karin untuk menghadiri pesta ulang tahun Isha dan Aru. Sebagai gantinya, Setyo akan memberikan kado yang sudah ia siapkan pada esok hari saat ia ke kampus.
***
Hingga sampai pagi pun Dora belum bisa menghentikan air matanya. Wajahnya begitu sembab seperti baru tersengat lebah. Dora tak bisa melupakan bagaimana Setyo menggodanya dahulu kala sampai dia pun mau menjadi istri dari lelaki itu.
Dora jadi ingat bahwa Setyo memiliki mantan yang bekerja satu kawasan dengannya. Meskipun belum terbukti benar, tapi Dora meyakini jika semua ini hanyalah setingan belaka. Setyo pasti menginginkan agar Karin kembali ke kehidupannya.
Namun, dugaan Dora tak semuanya benar. Wanita itu percaya bahwa yang Setyo lakukan semata-mata karena perintah Karin. Maka dari itu, Dora pun berencana melabrak Karin untuk yang kedua kalinya. Dora tertipu. Disangkanya Setyo sudah tidak menaruh rasa lagi terhadap mantannya tersebut.
Tanpa diketahui oleh orang tuanya, Dora beranjak dari rumah menuju kampus pada jam sembilan pagi. Dora langsung nyelonong ke kantor jurusan untuk mencari keberadaan Karin.
"Di mana Karin?" tanyanya.
Semua orang yang berada di sana terpaku menatap kehadiran Dora yang secara tidak sopan itu. Meraka juga turut aneh, karena Dora berpenampilan lusuh.
Setyo sedang tidak berada di ruangannya. Ada rapat antar ketua jurusan se-universitas yang masih ia jalani. Seorang staff yang mengenal Karin langsung menjawab pertanyaan Dora.
"Karin sedang mengajar, Bu,"
Dora melenggang masuk dan duduk di bangku kebesaran suaminya. "Panggilkan dia!" perintahnya.
Lelaki yang sedang duduk di hadapan komputer itu pun segera menghubungi orang yang dimaksud. Dia tidak menyampaikan tentang siapa yang tengah mencarinya.
Tak lama kemudian, Karin pun masuk ke kantor jurusan. Kehadiran Karin sontak mengundang gemuruh di dada Dora. Tanpa rasa malu dan pemikiran Dora langsung menarik rambut Karin hingga tubuh perempuan itu terhuyung ke depan.
"Perempuan jalang! Sudah puas kau membuat aku dan Setyo bercerai, hah?"
Segenap orang yang berada di sana spontan memanjangkan leher. Semuanya terkejut dengan tindakan anarkis yang dibuat Dora terhadap Karin. Tidak ada hujan dan tak ada angin tiba-tiba saja Dora melakukan hal tak senonoh di lingkungan formal.
Karin yang diperlakukan sedemikian rupa lantas saja merasa geram disertai bingung. Dia tidak melakukan apa-apa dengan Setyo. Lalu, kenapa dirinya harus terkena imbas? Karin juga tak menyangka jika Dora dan Setyo sudah berpisah. Dilihatnya Setyo tak pernah menampakkan kesedihan.
"Apa-apaan ini?" Karin terpaksa mendorong tubuh Dora untuk menciptakan jarak.
***
Bersambung