FLASH BACK OFF
Dora berlari meninggalkan Setyo serta benda-benda yang nungging di lantai. Biarlah itu menjadi urusan asisten rumah tangga mereka saja. Kecewa di hatinya terlampau besar. Sakit sekali saat tahu bahwa lelaki yang kita cinta, ternyata mencintai wanita lain.
"Keterlaluan kamu, Mas! Aku tidak tahan lama-lama diperlakukan seperti ini," ucap Dora, lalu melenggang memasuki kamar. Dapat dipastikan bahwa Setyo akan tidur di luar lagi malam ini.
Ranjang sepasang suami istri itu menjadi saksi bisu atas air mata Dora yang tumpah membasahi pipi. Hatinya remuk. Hancur tiada keping. Malam yang dipenuhi oleh kesengsaraan. Dora benci dengan musibah yang nyaris menenggelamkan kapal rumah tangganya bersama Setyo.
"Karin sialan! Terkutuk! Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu,"
Yang terlintas di kepala Dora adalah, bagaimana caranya agar Karin merasa kapok dan trauma. Karena pernikahannya dengan Setyo hanyalah seumur jagung. Jadi, sangat tidak pantas apabila ia kembali mengecoh pria yang sekarang sudah milik perempuan lain.
Pagi-pagi benar, Dora gegas menuju garasi mobilnya dan melesat ke jalanan. Sebelumnya ia sempat mendapati Setyo terlelap di sofa ruang tengah. Tubuh pria itu bentol-bentol, karena digigit oleh nyamuk. Agaknya, dia juga kedinginan. Mampus! Dora tak peduli. Rasa sakit yang Dora alami tak sebanding dengan Setyo yang hanya tidak diberi kamar tidur.
Dora menyunggingkan senyum tipis saat ia telah sampai di tempat tujuan. Cepat-cepat Dora menyambangi sebuah kantor yang di dinding luarnya ada sebuah papan pengumuman. Dora mengambil beberapa kertas yang berisikan foto-foto seorang perempuan. Tak lupa ia membubuhkan label "pelakor" di atas gambar tersebut. Gambar-gambar itu ia print sesaat setelah air matanya mengering menangisi Setyo.
"Mati kau, Karin!" Dora tertawa puas.
Akan ramai orang menggunjingkan Karin akibat foto yang tertempel di mading itu. Karin si pelakor akan menanggung malu dan trauma berhubungan dengan Setyo lagi. Tidak peduli jika Karin dapat menerka siapa pelakunya. Yang terpenting bagi Dora adalah, perempuan itu mengalami efek jera.
Seusai melakukan tindakan konyol tersebut, cepat-ceat Dora beranjak pergi sebelum ada yang melihatnya. Tiada henti dia tersenyum licik di jalanan. Membayangkan bagaimana kakunya wajah Karin saat mendapati dirinya jadi sorotan publik. Biar tahu rasa si pelakor itu!
FLASH BACK OFF
Dora mendengus panjang. Ia langsung mengiyakan pertanyaan Guina tanpa pikir-pikir terlebih dahulu.
"Iya. Memang aku yang sudah melakukannya. Aku sengaja mencari akun sosial medianya dan kebetulan ada. Ya, sekalian saja kukerjai. Jadi, bagaimana reaksi si brengsek satu itu?" tanya Dora ingin tahu.
Fiuh. Dora memang sungguh nekat. Syukur, tidak ada yang tahu siapa pelaku sebenarnya. Memangnya apa keuntungan dia berbuat demikian?
"Malahan suami Ibu membela dia,"
Krak!
Khayalan Dora tentang Karin yang menanggung malu, lantas sirna begitu saja. Kembang-kembang amarahnya kembali menyala. Apa maksud Guina? Dora hanyalah seorang istri yang mencoba mempertahankan rumah tangganya. Namun, kenapa alam seolah tak mendukung perjuangannya?
"Membela bagaimana maksudmu?" Dora menekuk dahi.
"Ya. Pak Setyo merobek semua foto-foto itu. Bahkan, dia juga mengancam akan memberi hukuman yang setimpal kepada orang yang sudah memburukkan nama Karin,"
Guina merasa iba dengan kondisi Dora saat ini. Ia juga belum tahu siapa sebenarnya yang ada di hati Setyo. Dora atau Karin.
"Kurang ajar!" Perempuan berambut pendek itu menghentakkan kaki dengan keras.
Rupanya seperti itu kelakuan Setyo di luaran sana. Di depan orang saja dia berani membela Karin, apalagi kalau mereka lagi berdua-duaan. Pasti Setyo lebih bersikap romantis terhadap wanita beranak kembar itu.
Dora benar-benar terpukul. Ia semakin kesal saja dengan tingkah sepasang manusia tersebut.
"Guina. Kau harus menolongku,"
"Menolong bagaimana, Bu?"
Dora menempelkan benda pipih itu di bibirnya. Berbisik-bisik agar suaranya tidak kedengaran oleh telinga lain. Karin harus segera dibasmi. Tidak ada makhluk yang dapat dimintai pertolongan kecuali Guina. Batin Dora.
"Kau harus menjebak perempuan sialan itu agar dia bisa dipecat dari pekerjaannya,"
"Hah, menjebak? Saya tidak mengerti, Bu." Guina garuk-garuk kepala dibuat Dora.
"Kau bisa menuduhnya mencuri uang, menjebaknya agar terpancing emosi lalu melontarkan kata-kata kasar, atau kau bisa menghasut semua orang untuk membencinya sehingga dia muak bekerja di sana,"
Bertahun-tahun Guina bersahabat dengan Karin. Tak pernah barang sedetik pun ia melakukan hal sedemikian rupa. Dan, sekarang hadir seseorang yang memerintahkan Guina untuk mecurangi Karin. Sesuatu yang tak mudah bagi wanita itu.
"Maaf, Bu. Saya tidak bisa melakukannya," tolak Guina mentah-mentah.
"Loh! Kenapa? Ah, aku akan memberimu bayaran yang setimpal jika kau berhasil mengusir Karin dari sana," bujuk Dora. Berharap kalau Guina bersedia menolongnya.
Guina terhenyak. Pikirannya melayang. Dapat dipastikan kalau Setyo akan mengubur rasa pada Karin, jika perempuan itu sudah jauh darinya. Dengan demikian, otomatis Setyo pasti kembali pada Dora dan Karin tetap dengan suaminya saat ini, Ronald. Tidak. Tanpa disadari, Guina mulai menjatuhkan hati pada sosok Ronald. Ya, walaupun rasa yang saat ini ia punya masih absurd dan dipendam dalam diam. Guina merasa bahwa Ronald mampu menggantikan posisi mantan kekasihnya yang sudah lama wafat. Apabila Ronald bahagia bersama Karin, maka sama saja dengan melukai hati Guina. Perempuan itu tak ingin merasa kehilangan untuk yang kedua kali. Tidak peduli jika yang ia cinta adalah suami dari sahabatnya sendiri. Memang ada baiknya jika Karin tetap bekerja di kampus itu. Ia akan selalu bertemu Setyo. Tak ada yang menjamin, bahwa Karin dapat bertahan dengan pendiriannya. Siapa tahu, suatu saat nanti Karin kembali mencintai Setyo dan meninggalkan Ronald.
"Aku tidak mungkin mengelabui Karin, Bu. Bagaimanapun, dia adalah sahabatku. Aku lebih lama mengenal dia daripada Ibu. Kurasa aku juga sudah cukup banyak memberi informasi tentang Karin. Kalau Ibu tidak suka dan ingin melenyapkannya, silahkan pakai cara Ibu sendiri dan jangan melibatkan aku lagi." Guina berdusta. Semua itu hanya alibi agar ia tidak mengatakan alasan yang sejujurnya.
Tut…
Di penjuru lain, Dora sontak membulatkan mata setelah mendengar kalimat panjang lebar dari Guina. Sialnya, wanita itu malah memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Membuat Dora menjadi semakin kesal. Kurang ajar! Berani sekali Guina berkata sedemikian rupa pada dirinya. Bisa mampus dia, kalau sempat Dora mengadukan jika Guina pernah memberinya informasi mengenai Karin.
"Argh. Sialan!" Dora meremas ponselnya sendiri.
Bagaimana caranya agar Dora dapat menjauhkan Karin dan Setyo? Guina sudah tidak mau membantunya lagi. Hal itu tentu mengudang kesulitan bagi diri Dora. Mana mungkin dia setiap hari datang ke kampus guna melancarkan misi. Dora punya kesibukan lain yang tak bisa ia tinggalkan. Selain itu, Setyo pasti marah besar kalau melihat Dora datang ke sana setiap hari. Apalagi jika sampai tahu tujuan sebenarnya. Dora bisa dikandangkan oleh Setyo.
"Oh, ayolah, Dora. Kau harus mencari acar agar rumah tanggamu dapat selamat," desis Dora seraya menggigit kuku. Tubuhnya berbolak-balik seperti setrika baju.
***
Bersambung