Chereads / HE COMES BACK / Chapter 20 - KEMBALI CEKCOK

Chapter 20 - KEMBALI CEKCOK

Suhu badan Setyo seketika memanas. Wajahnya tak ubah seperti tomat matang. Napas hangatnya memburu. Atas dasar apa Dora menemui Karin? Dan, bagaimana perempuan itu mengetahui sosok Karin?

Mata Setyo membola. Laki-laki itu seolah kehilangan harga diri. Ia tak bisa menjaga istrinya agar bersikap normal di hadapan orang lain. Terlebih dengan Karin, seseorang yang Setyo cintai.

"Bagaimana mungkin dia bisa mengenalmu?" tanya Setyo kebingungan.

Kenapa Setyo juga kaget?

Karin menyentak kepala ke belakang. Kelihatannya, Setyo ikut terkejut dengan penuturan Karin barusan. Apakah ini pertanda bahwa bukan Setyo yang mengadu? Ah! Tidak ada yang mengetahui bahwa Karin adalah mantan istri Setyo, selain dirinya sendiri dan pria itu.

"Ya, mana kutahu. Sudahlah, tidak usah pura-pura bodoh. Kau yang sudah mengadukan tentang kita pada istrimu, kan?"

Karin melihat kanan kiri. Satu dua mahasiswa mulai berdatangan. Semoga saja mereka bukan dari jurusan Ilmu Komunikasi yang mengenal Karin.

"Sepertinya ada yang sudah bermain api di belakang kita," ucap Setyo seraya menjepit dagunya dengan jempol dan telunjuk.

"Maksudnya?"

Setyo diam sejenak. Ia mengingat-ingat awal mula Dora mengamuk hingga mengusirnya dari kamar. Menyebabkan ia tidur bersama nyamuk-nyamuk nakal.

"Dora marah-marah semalam. Entah dari mana dia tahu, kalau aku masih menyimpan fotomu di ponsel. Dora juga baru tahu, jika kau adalah mantan istriku. Maka, sangat mustahil apabila Dora menemuimu tanpa bantuan seseorang. Pasti ada yang sudah menjadi tangan kanan Dora untuk memata-matai kita berdua,"

"Kau menyimpan fotoku? Sejak kapan?"

Ya. Setyo meyakini bahwa telah ada seseorang yang dengan sengaja bermain api di belakang dirinya dan juga Karin. Kalau sudah begini, ia harus lebih hati-hati dalam mengambil langkah.

"Iya. Aku masih menyimpannya. Sudahlah. Aku tidak terlalu mempermasalahkan foto itu. Aku hanya menerka-nerka, siapa orang yang sudah memata-matai kita selama berada di kampus,"

Karin bergeming. Ia ikut bingung mendengar penuturan Setyo. Apakah keberadaannya mulai terancam? Uh! Karin sungguh tidak tenang hidup dalam pengintaian seperti ini. Padahal, bukan dia yang mengejar Setyo. Karin hanya ingin mengajar dengan tenang di kampus yang baru saja ia masuki.

"Wah. Tumben nih Karin dan Pak Setyo ngobrol berduaan,"

Deg!

Sedang fokus berkutat dengan pikiran masing-masing, seketika muncul seseorang dari penjuru lain. Baik Karin dan Setyo saling kaget dan melempar pandang. Mereka kelabakan. Bisa-bisa timbul stigma baru setelah ini.

"Eh, Guin. Aku hanya minta izin sama Pak Setyo untuk tidak masuk besok. Sayangnya tidak diperbolehkan, karena aku sudah cuti berhari-hari dalam bulan ini,"

Saat itu juga Karin membuat alasan bohong terhadap lawan bicaranya. Haduh. Kenapa Guina tiba-tiba muncul, sih? Apakah dia sudah lama berdiri di sana dan mendengarkan percakapan Karin dengan Setyo?

Mati.

"Ou…" Guina tersenyum miring. "Memangnya mau libur kenapa, Karin?" ucapnya seraya menilik wajah tegang Setyo.

"Eum. Anu- Aku sedang tidak enak badan,"

Jangan-jangan memang benar kalau antara Karin dan Setyo memiliki hubungan khusus. Guina jadi teringat tentang perkataan Dora tadi siang. Mujur sekali nasibnya. Saat penasaran, tiba-tiba alam mempertemukan ia dengan Setyo dan Karin yang sedang dua-duaan. Membuat Guina cukup yakin, bahwa mereka adalah sepasang mantan suami istri.

"Haduh. Kalau begitu cepat sehat, ya. Nanti Pak Setyo bisa sedih loh kalau kamu bolak balik libur. Ehehehe," titah Guina berseloroh.

Paras Setyo semakin kusut saja mendengar penuturan Guina. Rasanya ia ingin marah. Meskipun Setyo tidak tahu, kalau itu merupakan sebuah sindirian untuknya, tapi tetap saja perasaannya tidak enak.

Sementara Karin, perempuan itu berusaha setenang mungkin. Barang kali, Guina memang sengaja bercanda dan tidak sadar kalau candaannya memang benar. Sudah jelas Setyo akan sedih apabila Karin kembali cuti.

"Ah. Kalau begitu, saya duluan, ya,"

Tak ingin berlama-lama terpojok, akhirnya Setyo memilih untuk mundur. Buru-buru ia masuk ke mobil. Meninggalkan Guina dan Karin di sana.

Sesampainya di rumah, Setyo langsung mencari keberadaan istrinya. Ia mendapati Dora tengah duduk termangu di sofa ruang tengah. Ditatapnya wajah layu itu. Tidak tega jika ia harus memarahi Dora, meskipun tingkahnya sungguh kelewat batas.

"Dora. Kenapa kau menemui Karin dan mengatakan agar dia tidak menggangguku?"

Akhirnya, Setyo memilih untuk menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin.

Dora melongo, agak kaget karena ia tidak tahu kalau suaminya sudah pulang dan masuk ke rumah. Namun, setelah ia sadar dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Setyo, tiba-tiba amarahnya kembali memuncak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Karin telah mengadukan semuanya pada Setyo. Membuat Dora semakin yakin, kalau Karin dan suaminya memang sangatlah dekat.

"Oh. Jadi, si perusak rumah tangga orang itu sudah mengadu?" tanya Dora ketus.

"Lebih tepatnya memberitahu, bukan mengadu. Dan, dia bukanlah perusak rumah tangga orang," balas Setyo membenarkan kalimat istrinya.

Suara-suara dalam kepala Dora kembali berisik. Jiwanya meronta hebat. Ingin mencakar wajah suaminya sendiri. Tidak bisakah Setyo membujuknya agar menjadi dingin? Atau, memutuskan hubungan dengan wanita terkutuk itu. Setyo sungguh tidak peka.

"Lalu, kau akan membentakku karena aku sudah menemui wanitamu itu?"

"Tidak, Dora. Aku hanya ingin kau memberi klarifikasi. Kenapa kau menemui Karin dan bagaimana kau bisa mengenali wajahnya?"

Setyo membuang napas kasar. Sebenarnya ia begitu kesal dengan Dora. Namun, apalah daya. Yang namanya perempuan akan lebih rapuh, jika hatinya digores oleh kata-kata.

"Kau tidak perlu tahu dari mana aku mengenal si ular itu. Karena yang terpenting saat ini adalah, kau harus memecatnya jika ingin rumah tangga kita selamat." Tanpa perhitungan Dora melontarkan kalimat itu.

Sekilas raut Setyo terlihat kaku. Rahangnya mengeras disertai dengan giginya yang menggeletuk. Dora memutar bola mata malas. Tidak peduli dengan Setyo saat ini.

"Apa kau sudah gila? Kau hidup di lingkungan formal, Dora. Kau kira kita bisa seenaknya memecat seseorang tanpa kesalahan?" Setyo mulai terbakar api. Sudah bagus-bagus ia menahan emosi, kini Dora malah memancingnya hingga di luar kendali.

Dora tersentak kaget, saat Setyo mengatakan bahwa ia sudah gila. Sungguh, tak pernah pria itu berkata kasar selain malam ini. Lagi-lagi hati Dora tersayat.

"Kau membela perempuan sialan itu?" Mata Dora berkaca-kaca.

"Aku tidak membela siapapun, tapi tolonglah jangan bersikap seperti anak kecil. Kita sudah berumur, bahkan kepala empat, Dora. Lagian, apa Karin mengatakan bahwa kami berpacaran? Tidak, kan?"

"Kalian pasti bersandiwara di belakangku. Bersikap seolah saling tidak menginginkan, padahal di belakang bermain gila. Ah! Atau, kau sudah pernah tidur dengannya?"

"DORA. JAGA MULUTMU!"

Brak!

Tanpa aba-aba, Setyo langsung menendang meja di hadapannya. Sehingga membuat barang-barang yang berada di atas sanaa terjungkal ke bawah. Setyo memang mencintai Karin. Namun, tidak pernah barang sedetik pun terlintas di hatinya untuk meniduri perempuan itu. Terlebih, saat ini Setyo tahu bahwa Karin milik sahabatnya sendiri. Tidak. Setyo tak akan melakukannya dan Karin tidak serendah yang dipikirkan oleh Dora.

Apa yang harus Dora lakukan sekarang? Ia begitu terperanjat saat melihat suaminya mendadak jadi singa hutan. Apakah perkatannya terlalu berlebihan? Uh, tidak-tidak. Setyo pasti tersinggung karena perempuan yang ia sayangi dikata-katai. Ya, Dora percaya itu.

Air matanya sontak jatuh membasahi pipi. Setyo berubah. Semua ini gara-gara Karin. Andai saja Karin tidak hadir di tengah mereka, pasti Setyo tetaplah pria lembut yang senantiasa memanjakan istrinya.

Dora berlari meninggalkan Setyo serta benda-benda yang nungging di lantai. Biarlah itu menjadi urusan asisten rumah tangga mereka saja. Kecewa di hatinya terlampau besar. Sakit sekali saat tahu bahwa lelaki yang kita cinta, ternyata mencintai wanita lain.

"Keterlaluan kamu, Mas! Aku tidak tahan lama-lama diperlakukan seperti ini," ucap Dora, lalu melenggang memasuki kamar. Dapat dipastikan bahwa Setyo akan tidur di luar lagi malam ini.

***

Bersambung