Chereads / Playboynya Untukku / Chapter 11 - Baku Hantam pt 3

Chapter 11 - Baku Hantam pt 3

Dari gedung olahraga tadi, Haikal langsung menjalankan motornya untuk pulang. Namun, di tengah perjalanan, ia teringat akan janjinya pada Bella, yaitu memberikannya seblak dan minuman matcha.

Haikal membelokkan motornya menuju warung seblak langganan Bella. Ia tahu akan hal ini karena ia Bella yang memberitahunya saat hendak menitip makanan adat para wanita itu.

Suasana warung seblak Mang Adun saat ini lumayan ramai. Antreannya juga lumayan panjang. Namun, tidak apa-apa. Haikal rela menunggunya demi Bella.

"Mang, seblak komplit level 20, ya," pesan Haikal.

"Siap! Tunggu sebentar, ya," jawab Mang Adun.

Haikal tahu selera Bella seperti apa. Gadis itu suka makanan yang pedas. Ia lebih suka makan bakso, mie ayam, sate, seblak dan teman-temannya dari pada cokelat. Walaupun katanya cokelat bisa menaikkan mood, tapi menurut Bella, makanan seperti bakso dan lain-lain, itu jauh lebih efektif untuk menaikkan mood. Apalagi di saat tamu bulanan datang.

Sembari menunggu pesanan, Haikal berdiri bersandar pada tembok warung ini. Ia membuka ponselnya untuk mencari kesibukan.

"Mas, seblaknya," ucap Mang Adun memberitahu bahwa pesanan Haikal sudah selesai.

Haikal segera berjalan untuk mengambil dan membayar pesanannya.

"Makasih, Mang," kata Haikal dan diangguki oleh Mang Adun.

Saat Haikal berjalan menuju ke parkiran, bagian belakang jaketnya ditarik paksa oleh seseorang sehingga membuatnya harus berjalan mundur.

"Apa-apaan bangsat?!" Ia mencoba memberontak dari tarikan orang itu. Namun, tidak bisa. Ia juga tidak dapat melihat wajah sang penarik. Karena orang itu membelakangi Haikal.

"Lepas goblok!" sentak Haikal. Namun, tetap tidak dihiraukan.

Hingga kini mereka tiba di sebuah gang kecil dan sepi. Letaknya hanya beberapa meter dari warung seblak Mang Adun.

Haikal langsung melepaskan diri saat mereka berhenti.

"Hahaha." Tawa sinis terdengar dari arah belakang Haikal.

Haikal membalikkan badannya untuk melihat pelaku itu. Dan didapatinya seorang pria berkaos hitam dengan jeans hitam pula sedang berdiri angkuh dengan tangan terlipat di depan dada. Sebuah senyuman sinis teruikir jelas di wajah lumayan tampan dengan beberapa lebam pria itu.

"Antanjing!" geram Haikal saat mengetahui siapa pelaku yang membawanya ke sini dengan cara tidak terhormat.

Orang itu adalah Anta, musuh bebuyutan Haikal di sekolah. Jelas yang memulai permusuhan ini adalah Anta. Ia tidak terima dengan kekalahan tim basketnya atas tim Haikal saat SMP di suatu turnamen. Dan hal yang paling penting, ia tidak bisa menerima fakta bahwa gadis yang ia taksir sejak awal masuk SMP, malah naksir dengan Haikal pada pandangan pertama saat turnamen basket tersebut. Yang mana, pada saat itu, gadis itu juga ada dalam turnamen itu untuk menjadi cheerleaders.

Dan kini, suatu kebetulan yang tidak diinginkan, Haikal malah satu sekolah dengan Anta. Ia terus mengancam Haikal. Jika ia tidak bisa mendapatkan gadis yang ia suka, maka Haikal juga tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Karena hal itulah Haikal  meminta untuk menjadi asing dengan Bella dan menjadi playboy di sekolah. Semua itu ia lakukan untuk meminimalkan resiko tahunya Anta tentang Bella sebagai satu-satunya gadis yang ia cintai selama hidupnya.

Untuk gadis yang ditaksir oleh Anta saat SMP sehingga menimbulkan permusuhan itu sendiri Haikal tidak mengetahui keberadaannya. Haikal hanya berharap agar gadis itu baik-baik saja dan selalu berada dalam keadaan bahagia.

Anta memajukan kepalanya agar lebih dekat dengan Haikal. "Ralat! Anta," ujarnya diakhiri smirk.

"Kelakuan lo kayak anjing!" sentak Haikal.

"Lo sama aja," jawabnya.

Haikal menggeram. Ia mengepalkan tangannya. Namun, sebisa mungkin ia mengatur emosinya agar tidak meledak.

"Mau lo apa? Kenapa bawa gue ke sini?" tanya Haikal yang ingin segera pergi dari hadapan Anta. Ia selalu ingin muntah jika melihat wajah lelaki itu.lllĺl

Ia melirik ke kantung yang digenggam oleh Haikal. "Seblak?" tanyanya sambil tertawa remeh.

"Kenapa? Selain ada masalah sama gue, lo juga ada masalah sama seblak?" Haikal balik bertanya dengan nada sinis.

Bugh.

Satu pukulan mendarat sempurna di rahang lebam Haikal. Haikal memegang rahangnya dan menatap tajam Anta. Ia tertawa sinis. "Hidup lo emang setidak jelas itu ternyata. Orang diem aja lo pukul," ujarnya. Dan, bugh! Kini, Haikal yang melayangkan pukulan ke perut Anta.

Anta memegang perutnya. "Sedap juga pukulan lo," sinisnya.

"Mau lo apa anjing?!"

"Pacar lo," jawab Anta santai.

"Berapa kali harus gue bilang? Gue nggak punya pacar," tekannya.

Anta terkekeh. "Oh, ya?" Ia kembali melirik pada kantung yang dipegang Haikal. "Terus seblak itu apa?"

Haikal ikut melirik ke kantung yang ia pegang. Ia mengangkat kantung itu dan menunjuknya. "Ini?" Anta mengangguk. Kini Haikal yang terkekeh. "Gue nggak tau otak lo itu sekecil apa dan terbuat dari apa. Bisa-bisanya lo punya otak, tapi se-nggak berguna itu," lanjut Haikal. Haikal kembali menunjuk kantung itu. "Yang namanya seblak pasti makanan. Anak TK juga pasti tau itu. Lo TK nggak, sih, dulu?"

"Seblak itu identik dengan cewek." Haikal mengangguk dan mengangkat sebelah alisnya. Ia seolah menunggu atas kelanjutan ucapan Anta. "Pasti itu buat pacar lo," lanjutnya.

Haikal agak terkejut mendengar ucapan terakhir dari Anta. Bagaimana bisa pria berotak kecil itu bisa menebak dengan benar untuk siapa seblak itu. Namun, ia mencoba untuk bersikap biasa saja atas itu. Bisa-bisa ia ketahuan jika memasang ekspresi terkejut yang terlalu berlebihan.

"Oh, jadi sekarang cowok nggak boleh makan seblak, ya? Diatur dalam pasal berapa undang-undang berapa itu?"

Anta menggeram atas ucapan Haikal barusan. Ia kembali melayangkan pukulannya pada perut Haikal.

Haikal sedikit meringis atas pukulan itu. "Lo terkesima sama fisik gue apa gimana? Nyentuh-nyentuh gue mulu kerjaan lo."

"Bacot!" geram Anta. Bugh! Lagi dan lagi, pukulan melayang kepada Haikal.

Haikal tak tinggal diam. Ia juga melayangkan beberapa pukulan pada pria itu.

Padahal baru saja tadi mereka berkelahi di sekolah sehingga keduanya diskors. Malam ini malah terulang lagi.

Satu ide jahil terlintas di benak Haikal. Ia tersenyum miring menatap Anta yang sedang mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Ia mengeluarkan seblak itu dari kantung kreseknya dan berjalan mendekati Anta. Senyum miring penuh dendam terus terpasang di wajah tampannya.

Anta menatap tajam pada Haikal. Sepertinya ia belum tahu apa yang akan dilakukan Haikal setelahnya.

Kini, jarak enek hanya tiga puluh sentimeter. Dengan gerakan cepat, Haikal memukul pucuk kepala Anta dengan seblak yang masih terbungkus wadahnya. Jadilah kini, rambut dan wajah Anta yang penuh lebam dan luka dihiasi oleh seblak.

"Anjing!" umpat Anta.

Haikal tertawa terbahak-bahak saat melihat kondisi Anta yang menahan perih di mata dan di tempat-tempat lebam wajahnya karena panas dan pedasnya seblak itu.

"Antanjing berkuah seblak," ejeknya.

"Kalau cowok nggak bisa makan seblak, setidaknya masih bisa dijadiin hiasan rambut sama wajah. Ya, ga, Bro?" ucapnya dengan menepuk-nepuk lengan Anta.

"Bangsat lo!" umpatnya.

Ia sibuk mengibas-ngibaskan rambutnya untuk menghilangkan kuah seblak beserta isiannya dari sana.

"Gue prihatin sama kondisi lo. Mending lo pulang. Di sini ramai. Gue sebagai musuh yang perhatian, nggak mau lo jadi malu," kata Haikal dengan tatapan pura-pura sedih.

Anta dengan rasa kesalnya yang amat sangat pada Haikal pun melenggang pergi dari sana dengan tatapan tajamnya.

Haikal terkekeh menyaksikan bagaimana Anta berjalan menuju motornya dengan kepala yang diselimuti seblak.

"Maaf, Bel, seblak lo gue sedekahin ke Antanjing dulu. Lo tenang aja, ya! Gue beliin lagi kok," gumamnya pada diri sendiri.