Chereads / Playboynya Untukku / Chapter 15 - Ruang Rapat OSIS is not a heaven

Chapter 15 - Ruang Rapat OSIS is not a heaven

Bella terus menggerutu kesal selama lengannya ditarik paksa oleh Bara. Sesekali ia mencoba untuk melepaskan diri dari Bara walaupun ia tahu hal itu akan sia-sia. Sungguh, tenaga Bella sangat tidak sebanding dengan tenaga super milik Bara. Bella sampai penasaran, Bara ini kelebihan nutrisi kali, ya, sampai tenaganya sangat kuat seperti itu.

"Bar, gue bisa jalan sendiri," ucap Bella mulai sedikit melunak. Ia sampai kehabisan tenaga bahkan hanya untuk bersuara lebih lantang karena tenaganya habis untuk melawan Bara.

Bara sama sekali tak membuka mulutnya untuk mengucapkan satu huruf pun. Ia terus berjalan ke depan tanpa melirik ke arah Bella yang mati-matian menahan kesal kepadanya.

Kini mereka tiba di depan sebuah ruangan yang pada pintunya bertuliskan 'Ruang Rapat OSIS'. Bella tercengang menatap ruangan itu. Ia melirik ke arah Bara yang ternyata sedang menatapnya datar. "Kenapa ke sini?" tanya Bella terdengar menuntut.

Baru saja Bara ingin membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan itu, ia sudah lebih dahulu memotong kesempatan bicara Bara. "Ohh, gue tau gue tau!" serunya

Bara menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat bertanya. Wajahnya masih sama seperti tadi, dingin, datar, tidak berperikemanusiaan dan sangat tampan.

Bella menarik napasnya sebelum berbicara. "Hukuman karena gue telat itu adalah gue harus masuk OSIS, kan? Tentu aja big no! Gue menolak keras atas hukuman yang tidak berperikamnusiaan dari lo ini. Asli gue mending bersihin toilet daripada jadi pengurus OSIS." Bara selalu mencerna dengan baik segala hal yang diucapkan oleh Bella.

Bara menghela napas dan memutar bola matanya malas. "A fact that you have to know, OSIS lebih menolak keras orang seperti lo untuk jadi pengurusnya."

Bella sangat tidak terima akan hal itu. Apa-apaan maksud ketos galak ini? Apa menurutnya ia seburuk itu untuk tergabung di dalam OSIS? pikirnya.

"Maksudnya apa? Gue ini bisa diandelin! Ngurus OSIS doang kecil buat gue, tapi sorry to say aja, ya, gue ogah masuk OSIS."

"Jangan songong! Pensi yang lo dan teman-teman lo idam-idamkan setiap tahun nggak bakal ada kalau bukan karena OSIS."

Bella tertawa sepele. "Pensi kata lo? Pensi nggak bakal ada kalau bukan karena OSIS? Pensi doang kecil."

Bara mati-matian menahan geramnya kepada Bella. Jika tidak memikirkan bahwa Bella adalah perempuan dan reputasi yang ia miliki di sekolah, mungkin Bella sudah habis di tangannya saat ini.

"Bacot lo gede!" ketusnya dan kembali menarik tangan Bella serta membuka pintu ruangan itu. Ia memaksa Bella agar masuk ke dalam sana. Namun, Bella memberontak hal itu dengan sangat keras. Selain karena ia takut akan dijadikan pengurus OSIS, ia juga takut jika circle OSIS akan mengerjainya. Ia sudah menebak, pasti di dalam sana ada banyak pengurus OSIS.

"Gue nggak mau!" berontak Bella sambil menahan dirinya dengan memegang kuat kusen pintu.

"Masuk, Bella!" Suara Bara terdengar sangat mengintimidasi. Jujur, Bella agak sedikit ngeri melihat Bara. Namun, mau bagaimana lagi, ia tidak mau dijadikan bahan jahilan oleh mereka di dalam sana.

"Nggak!" tolaknya masih tetap pada pendirian.

Bara kembali menghela napas malas. "Lo mau ditarik atau diseret?" tanyanya sambil memepetkan diri pada Bella dan membuat gadis itu mundur sehingga punggungnya tertabrak kusen pintu.

"Gue nggak mau dijadiin pengurus OSIS," cicitnya ketakutan.

"Nggak ada yang mau jadiin lo pengurus!" ucap Bara dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Gue nggak mau dikerjain sama pengurus OSIS," cicitnya lagi.

"Sekalian aja bilang gue nggak mau dihukum."

"Boleh emang?" tanya Bella yang langsung membuat Bara naik pitam.

"Ck!" decak Bara dan kembali menairk paksa Bella agar masuk ke dalam ruangan itu.

Kali ini Bara berhasil membawa Bella masuk ke dalam. Sesuai tebakan Bella, di sini udah banyak pengurus OSIS yang duduk di kursi meeting. Sepertinya mereka akan mengadakan rapat beberapa saat lagi.

Beberapa dari pengurus OSIS itu ada yang menatap sinis pada Bella. Dapat Bella tebak kembali, mereka menatap Bella seperti itu karena rasa iri saat Bara memegang-megang lengan Bella.

"Perkenalkan diri," perintahnya sambil menyenggol lengan Bella dengan sikunya.

Bella terbentuk dan menatap Bara dengan tajam. "Biasa aja," ketus Bella.

Bella meluruskan pandangannya agar dapat menatap para pengurus OSIS yang sedang duduk manis di depannya. "Saya Bella dari kelas 12 IPA 1," ujar Bella memperkenalkan dirinya.

"Ehm, Bar." Sebuah suara mengalihkan perhatian seluruh orang yang ada di ruangan itu. Mereka kini menatap pada gadis yang baru saja memanggil Bara sambil mengangkat tangannya.

"Ya?" tanya Bara.

"Ngapain bawa dia ke sini? Dia bukan pengurus OSIS, kan?" tanya Irma—gadis tadi. Bella dapat mendengar dengan jelas nada tidak suka dari pertanyaan Irma.

Bara mengangguk. "Memang bukan. Kalian semua nggak perlu khawatir, dia nggak bakal jadi pengurus di sini. Gue bawa dia ke sini buat minta saran hukuman yang bagus buat dia."

Irma menatap penuh kemenangan atas Bella. Sementara Bella, ia justru terkejut atas penuturan Bara barusan "Saran hukuman? Yang bener aja lo! Gue cuma telat datang!" kesalnya.

"Selain telat datang, lo juga udah songong dan menaruh ketidaksukaan pada OSIS," jelas Bara.

Bella menghela napas malas. "Asal lo tau, gue bukan nggak suka organisasinya, gue nggak suka ketuanya!" bisik Bella yang hanya dapat didengar oleh Bara.

"Gue bagian dari organisasi ini. Selama gue masih menjabat sebagai ketuanya, maka selama itu pula lo akan menaruh ketidaksukaan pada organisasinya," bisik Bara.

"Ini kenapa malah jadi bisik-bisik?" tanya Sora selaku sekretaris OSIS. Sora merupakan gadis yang baik. Bella juga cukup mengenal baik gadis itu, karena mereka pernah terlibat bersama  dalam beberapa kegiatan.

"Maaf. Jadi, apa semua ada saran untuk hukumannya?"

"Menurut gue mending disuruh ngebersihin ruang rapat OSIS ini aja setelah kita pakai nanti," ujar seseorang.

Bella tak terima akan hukuman itu. Hukuman macam apa itu? "Nggak bisa begitu! Yang pakai ruangannya kalian, masa gue yang bersihin. Harusnya organisasi  ini harus mencerminkan sikap tanggung jawab."

"Jangan bicara tanggung jawab kalau lo aja masih menolak hukuman atas kesalahan yang lo perbuat," ketus Bara.

"Betul. Kita-kita di sini udah paham betul tentang tanggung jawab," celetuk gadis yang sinis kepada Bella tadi.

"Udah-udah. Ini ruang rapat untuk menyelesaikan masalah, bukan menambah masalah," ujar Sora yang sudah lelah dengan perselisihan ini.

Sepertinya nanti Bella benar-benar harus berterima kasih kepada Sora karena telah baik padanya saat ini.

"Suruh aja dia bersihin semua toilet sekolah ini. Semoga aja dia jera," celetuk Irma dengan sombongnya.

Bella menggeram. Tidak! Masa ia harus membersihkan seluruh toilet sekolah? Toilet di dalam kamarnya aja tidak pernah ia bersihkan. Untungnya ada asisten rumah tangga yang selalu sedia membantunya.