Toilet demi toilet sudah dibersihkan oleh Bella dan Irma. Kini semua toilet di sekolah ini sudah bersih dan kinclong karena mereka. Ya, walaupun sebenarnya dalam pengerjaannya, mereka tak luput dari yang namanya berkelahi.
Bella dan Irma berjalan menuju ruang osis untuk menghampiri Bara. Mereka hendak laporan bahwa tugas mereka sudah selesai. Bella berjalan lebih dahulu daripada Irma.
Baru saja Bella hendak membuka pintu ruang osis itu, Bara sudah lebih dulu membukanya sehingga membuat mereka nyaris bertabrakan.
"Kenapa?" tanya Bara sambil berjalan ke depan dan mempertipis jarak antara dirinya dengan Bella. Bella terpaksa mundur akibat langkah ke depan Bara.
"Jangan maju mulu dong!" protes Bella.
Bara menghentikan langkahnya dan melirik ke kanan untuk melihat Irma yang masih berjalan menuju dirinya.
"Kok pada di sini? Udah selesai?" tanyanya.
"Menurut lo? Ya, kali belum selesai gue udah ke sini, yang ada lo ngomel lagi," ketus Bella.
"Oh." Singkat, padat, nyelekit. Percayalah, Bella sudah memaki Bara habis-habisan dalam pikirannya saat ini. "Irma, lo boleh balik ke kelas. Rapat udah selesai."
Irma tersenyum senang akan hal itu. Sebenarnya Irma ikut mengurus OSIS bukan untuk mengabdikan diri ke sekolah, melainkan untuk menumpang nama dan ingin lebih dekat dengan Bara.
Melihat Irma yang sudah mendahuluinya, Bella pun berinisiatif pergi dari hadapan Bara. Namun, baru satu langkah ia berjalan, kerah belakang bajunya sudah ditarik oleh Bara hingga membuatnya sedikit tecekik.
Bella memutar badannya dan melemparkan tatapan kesal pada cowok itu. "Jangan tarik-tarik! Kalau robek gimana?"
"Lo mau kemana?" tanya Bara dengan penuh penekanan sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ke kelas, lah! Hukuman gue udah selesai dan ini udah jam istirahat."
Kini bukan satu alis Bara yang terangkat, tetapi keduanya. Ia menunjukkan ekspresi bingungnya. "Hukuman selesai? Hukuman kedua lo ...." Omongan Bara sudah lebih dulu dipotong oleh omelan Bella yang tak terima akan kata-kata 'hukuman kedua'.
Bella menatap tajam Bara. "HUKUMAN KEDUA APAAN? ASAL LO TAU, SELURUH CS SEKOLAH UDAH GUE BIKIN ISTIRAHAT HARI INI!!! DAN LO ...," omel Bella menggantung sambil menunjuk Bara. "LO MASIH TEGA-TEGANYA NGASIH GUE HUKUMAN KEDUA, LO WARAS NGGAK SIH?" lanjutnya.
Bara menurunkan tangan Bella yang menunjuknya, lalu ia tertawa kecil. "Biasa aja kali, gue cuma bercanda," ucapnya diakhiri dengan kekehan kecil.
Bella langsung melototkan matanya lebar-lebar karena ucapan Bara barusan. Ia tidak habis pikir dengan Bara, bisa-bisanya cowok itu mempermainkan emosionya. "Asal lo tau, joke lo nggak lucu! Orang galak kayak lo kalau ngejoke mana ada lucu-lucunya," ketus Bella.
"Gue emang nggak biasa ngejoke," jawabnya cuek.
Bella menggeram kesal. Namun, ia lebih memilih untuk tidak melanjutkan keributan kecil dengan Bara. Ia pergi dari hadapan Bara dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Bara terus memperhatikan gadis itu berjalan hingga hilang dari penglihatan matanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis. "Lucu," gumamnya.
Bella terus berjalan dengan perasaan kesal. Sepertinya dendamnya kepada Bara akan benar-benar abadi. Ia tidak akan pernah melupakan hari ini, hari di mana ia harus ketinggalan tiga jam pelajaran matematika, pelajaran favoritnya.
Sesampai di kelas, Bella langsung menghempaskan dirinya di atas kursi. Raut wajah kesal masih terletak jelas di wajah cantiknya. "WOI!!! KEMANA AJA LO?" tanya Lia dengan sangat heboh.
Bella melirik sekilas pada Lia, lalu ia menghembuskan napas lelah. "Dihukum Bara," jawabnya singkat dan merebahkan kepalanya di atas meja.
"Ya, gue tau. Maksudnya disuruh ngapain?"
"Bersihin seluruh toilet sekolah."
"WHAT THE FUCK?!!! HAHAHAHA." Lia tertawa sangat puas setelah mendengar hukuman untuk Bella. Hukuman yang snahta berbanding jauh dengannya.
Bella mengangkat kembali kepalanya dan melemparkan tatapan tajam ke Lia. "Seneng lo!"
Lia masih berusaha menghentikan tawanan. Entah apa yang lucu, Bella pun tak tau. "Lo, sih!"
"Lah? Kenapa gue? Gue cuma telat, sama kayak lo, tapi hukuman kita beda," kesal Bella.
"Tapi gue nggak misuh-mishuhin si Bara, hehehe."
"Hehe hehe ndas mu."
"Udah kali, Bel, keselnya. Ayo ke kantin, lo pasti capek habis bersihin toilet."
"LIA!!!!!"
"HAHAHAHA."
***
Saat ini mereka sudah tiba di kantin. Suasana kantin masih sama seperti hari-hari sebelumnya, yaitu ramai dan sumpek. Namun, demi perut kenyang, apapun akan mereka lakukan.
"Ini kantin kapan sepinya, sih? Mau memenuhi asupan nutrisi aja harus desak-desakan begini," keluh Bella.
"Lambe lo digeplak Ibu Kantin pakai sendok kuah bakso baru tau rasa."
Mereka terus berjalan menuju stand-stand makanan. Menu pilihan mereka untuk hari ini jatuh kepada bakso dan es jeruk.
Setelah pesanannya selesai, mereka segera menuju ke sebuah kursi panjang kosong yang ada di pojok kantin.
Saat Bella akan menyuapkan bakso pertama ke mulutnya, ia tak sengaja mendengar pembicaraan beberapa gadis dari meja sebelahnya.
"Eh, gue diajakin Haikal nonton lho nanti malam," ucap salah seorang dari mereka.
Pembahasan tersebut tentu saja langsung ennwrik perhatian Bella. Ia menaruh kembali bakso yang sudah di depan mulutnya dan lebih memilih fokus mendengarkan pembicaraan mereka.
Lia yang juga sadar akan pembicaraan itu pun ikut mendengarkan, tapi tetap lanjut makan.
"Baru diajakin? Gue udah ngelakuin. Minggu lalu gue nonton bareng dia. Dan lo semua tau apa? Kami ngambil kursi VIP," sahut yang satunya lagi dengan kebanggaan tiada tara.
"Lah, gue yang diajakin berenang biasa aja, tuh."
Deg. Hati Bella seperti hancur setelah mendengar ucapan itu. Berenang? Bagaimana bisa Haikal mengajak seorang gadis berenang bersama?
Bella kembali mendengar pembicaraan para gadis korban Haikal tersebut.
"Seriusan lo?"
"Iya, beneran."
"Kok bisa? Coba ceritain."
"Jadi waktu itu gue pulang bareng dia. Nah, jalan menuju rumah gue itu lewat empang. Tiba-tiba Haikal kehilangan keseimbangan pas bawa motor, alhasil gue sama dia jatuh deh ke empang itu."
Bella tak kuasa menahan tawanya setelah mendengar penjelasan gadis itu. Cewek itu polosnya kebangetan menurut Bella. Begitu pula dengan Lia, ia berusaha meredam tawanya dengan mengunyah bakso yang ada di mulutnya.
"Dia nggak bisa bedain ajakan sama musibah," bisik Lia setelah baksonya tertelan.
"Mana gue udah mikir yang enggak-enggak."
Mereka berdua tertawa kecil. Ada-ada saja ragam macam gebetan Haikal.
"Udahlah, kalian semua itu cuma dijadiin mainan sama Haikal. Haikal mana pernah serius sama cewek," ucap gadis yang lain dan sepertinya paling waras di antara mereka. Karena hanya dia yang tidak pamer kebersamaan dengan Haikal yang jelas hanya main-main.
"Kecuali sama gue," lanjut gadis itu.
Detik itu juga, Bella membatalkan pemikirannya tentang gadis itu yang paling waras di antara mereka. Andai saja mereka tahu bahwa pacar Haikal yang sebenarnya itu adalah Bella.