Chereads / Playboynya Untukku / Chapter 14 - Ketos Galak

Chapter 14 - Ketos Galak

Keasikan bercerita mengenai hubungan Bell dan Haikal di atas motor malah membuat Bella dan Lia telat tiba di sekolah. Lia lupa bahwa ada harus memacu aktu untuk sampai ke sekolah. Ini semua karena ia malah asik merespon segala ucapan yang keluar dari mulut Bella yang padahal masalahnya tidak jauh dari itu-itu saja.

Raut wajah cemas terukir jelas di wajah Bella dan Lia. Tentu saja mereka cemas karena telat tiba di sekolah. Sebelumnya mereka tidak pernah telat. Jadi saat telat pertama kali, segala kemungkinan terburuk sudah menghampiri pikiran mereka.

"Bel, gimana ini, ya? Gue takut dihukum," cemas Lia.

Sungguh, Bella sangat merasa tidak enak akan hal ini kepada Lia. Karena cerita tak pentingnya, ia dan Lia harus telat. "Maaf, ya, Li ..., karena gue lo jadi telat."

Lia langsung menggeleng atas ucapan Bella. "Bukan karena lo, Bel. Ini salah kita berdua." Lia celingak-celinguk ke dalam sekolah melalui gerbang utama. "Ada osis, Li?" tanya Bella.

Lia menangguk. "Ada, Bel. Mana Bara lagi itu yang jaga."

Bella langsung bergidik ngeri saat Lia menyebutkan nama Bara. Pasalnya, Bara adalah ketua osis yang terkenal dingin dan galaknya seantero sekolah. Jika wanita akan berada dalam mode senggol bacok setiap tamu bulanan datang, maka lain halnya dengan Bara, ia selalu berada dalam mode senggol bacok setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan detik. Makanya, jangan coba-coba mencari masalah dengan ketua osis galak yang satu itu. Namun, ada satu hal yang menjadi pertanyaan besar di kepala Bella sedari dulu, yaitu ia heran kenapa banyak siswi di sekolah ini yang terobsesi bahkan tergila-gila dengan Bara. Padahal sudah jelas-jelas sifat cowok itu sangat tidak oke menurut Bella. Ya, memang Bella akui ia memiliki perasaan yang cukup tampan, tetapi apa gunanya paras tampan jika bisanya hanya marah-marah?

"Ck, males banget deh gue. Lagian piket siswa telat Bara bukannya besok, ya? Ya, walaupun gue jarang telat, gue tetal hafal jadwalnya," ucap Bella.

Lia mengedikkan bahunya. "Gue juga bingung."

Mereka terus memperhatikan Bara dengan beberapa petugas osis lainnya di halaman sekolah. Mereka dapat melihat ada sekitar tujuh orang siswa dan siswi yang telat dan sedang mendapat hukuman. Tentu saja Bella dan Lia tidak ingin menjadi salah satu di antara mereka.

"Eh, Bel, mereka pada pergi ke dalem, tuh," ujar Lia sambil menepuk-nepuk lengan Bella yang berada di belakangnya.

"Bara juga?" tanya Bella.

"Ya, makanya lo lihat sini!"

Mereka terus memperhatikan kepergian para pengurus osis itu. "Udah pada pergi semuanya. Ayo masuk!" ajak Lia. Setelah memastikan halaman sudah kosong, mereka masuk ke dalam dengan berjalan seperti maling.

"Huft, akhirnya lolos juga dari ketos galak itu," ucap Bella saat mereka sudah tiba di depan kelas.

"Siapa bilang? Ini gue di belakang," ucap Bara dari belakang mereka.

Bella dan Lia langsung tertegun saat mendengar suara itu. Mereka tau betul siapa pemilik suara berat bernada dingin tersebut.

"Balik kanan!" perintahnya yang langsung dituruti oleh Bella dan Lia.

Saat badan mereka sudah terputar hingga menghadap Bara, Bella dan Lia menunjukkan cengiran tak berdosa mereka. "Hehe," tawa Lia

dengan canggung.

Orang itu berdiri tegak dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Satu abisnya terangkat sambil menatap bergantian pada Bella dan Lia. "Ketos galak? Gue?" tanya Bara

sambil menatap sinis pada Bella.

Bella yang kesal diberi tahapan seperti itu pun menatap balik pada Bara dengan tatapan menantang. "Iya! Kenapa? Nggak suka? By the way, matanya biasa aja kali!" sinis Bella.

"Nggak diajarin sopan santun sama orang tua lo? Udah tau salah bukannya mengakui kesalahan malah songong."

Bella tertawa sinis. "Kebetulan orang tua gue udah meninggal. Ajaran sopan santun cuma sedikit gue dapat. Boleh gue minta ajarin sama Bapak Ketos terhormat yang paling paham tentang sopan santun?"

Lia tidak tahu harus bersikap bagaimana atas ucapan Bella barusan. Temannya itu benar-benar gila.

Bara menghela napas kesal. "Perasaan kita nggak pernah ada masalah, tapi kenapa lo songong banget ke gue?"

Bella mengambil kaca kecil yang selalu ia bawa dari saku bajunya. Ia harapkan kaca itu tepat di depan muka Bara. "Ngaca bos! Kalau kurang gede, ntar gue beliin di situs online."

Bara menggeram kesal atas perlakuan Bella kepadanya. Ia merampas kaca itu dari tangan Bella dan menghempaskannya ke lantai hingga kaca itu pecah. Bella terkejut dan menatap tak menyangka pada kacanya yang sudah pecah tak berbentuk.

Sebelum Bella mengeluarkan segala omelannya, Lia sudah terlebih dahulu buka suara. "Bar, apa hukuman untuk gue sama Bella?" tanyanya pasrah.

Bella kembali terkejut atas pertanyaan yang terlantar dari mulut Lia. "Li? Apa-apan, sih? Lia yang gue tau bukan begini, deh," kejutnya.

"Bel, kali ini posisinya kita yang salah," bisik Lia yang sebetulnya masih dapat didengar oleh Bara.

"Tapi orang kayak begini emang harus disongongin sekali-sekali biar nggak seenaknya sama orang lain," ucap Bella dengan suara lumayan tinggi.

"Ngegunain jabatan untuk semena-mena ngejatuhin hukuman ke orang-orang. Lengser aja, Bang!" lanjutnya dengan begitu sinis.

Bara terus mencoba menahan emosinya atas segala ucapan dari Bella. "Lia, hukuman lo hormat tiang bendera sampai pergantian jam pelajaran," ucap Bara.

Bella terkejut. "Kok cuma Lia? Ya, walaupun gue nggak sudi dihkum sama lo, tapi kalau temen gue dihukum, hukum juga gue! Lo harus adil!"

"Yang bilang lo nggak dapet hukuman siapa?" tanya Bara.

Bella mendesak kesal. "Ya udah, hormat tiang bendera doang, kan? Oke!" ucapnya dan mengambil ancang-ancang untuk pergi bersama Lia. Namun, baru saja ia akan melangkahkan kakinya, tasnya malah ditarik oleh Bara. "Ck, kenapa, sih?!" kesal Bella.

"Gue nggak pernah bilang hukuman lo sama seperti Lia."

Bella tak terima dengan itu. Menurutnya, hukuman itu harus sportif. "Lah? Kenapa begitu? Kasusnya kan sama."

"Lakuin hukuman lo sekarang," tegasnya pada Bella.

"Tapi temen gue?" tanyanya.

"Sekarang," ulang Bara dengan penuh penekanan.

Lia yang tidak ingin terkena lebih banyak masalah pun segera melakukan hukuman yang diperintahkan oleh Bara.

"Terus ini mau ngapain?" tanya Bella.

Tanpa basa-basi, Bara langsung menarik paksa lengan gadis itu. Bella tentu saja tak tinggal diam. Ia mencoba memberontak. Namun, tenaganya tak cukup untuk melawan Bara.

"Lepasin woi! Gue bisa jalan sendiri!"

Bara tidak menghiraukan racauan Bella. Ia terus menarik lengan gadis itu. Untungnya saat ini semua siswa-siswi sedang belajar di dalam kelas dan pintunya ditutup, jadi suara mereka tidak begitu terdengar hingga ke kelas.

"Sok jago banget lo begini, Bara!"

"Kalau jago beneran, lo udah di rumah sakit sekarang."

Bella menatap kesal atas ucapan pria itu. "Cowok gue jago, lo jangan main-main!"

Bara menghentikan langkahnya, tapi masing mencengkeram lengan Bella. Ia tidak akan membiarkan gadis songong itu lepas dari hukuman yang akan ia berikan.

"Siapa cowok lo? Suruh temui gue sekarang. Gue bakal minta dia buat didik lo jadi cewek bener."

"Kayak hidup lo udah bener aja."

Bara menggelengkan malas kepalanya. Ia kembali menarik lengan Bella untuk membawa gadis itu ke suatu tempat.