Pagi hari aku sudah siap-siap akan pergi membeli sayuran dan juga bahan makanan. Aku saat ini sedang mengenakan pasminaku dan aku juga memakai cadar. Aku memang sudah bertekad akan berhijrah untuk menutupi identitasku di sini sampai aku bisa bertemu dengan Mamaku. Saat ini aku sudah selesai dan aku segera keluar dari apartemenku menuju ke sebuah mall di kota ini. Aku mengenakan gamis hitam dengan pasmina yang senada dan mengenakan cadar berwarna abu-abu, sangat kontras dan aku semakin percaya diri sekarang saat keluar dari rumah.
Aku segera menuju ke parkiran dan segera memasuki mobilku. Aku kemudian segera mengemudikan mobil baruku menuju ke mall setelah aku menyalakan GPS untuk membantuku mengetahui arah tujuanku karena memang aku belum hafal dengan jalan-jalan di kota Jakarta ini. Aku dibelikan apartemen oleh Koko Shuo di Sky House yang berlokasi di jantung central business district BXD city yang memiliki sepuluh jumlah tower yang terkoneksi langsung dengan office tower dan juga perkampusan internasional. Mall yang akan aku kunjungi adalah Eon mall Bxd yang masih satu wilayah dengan apartemenku.
Hanya saja karena lokasi apartemenku dibangun diatas lahan seluas delapan koma lima hektar, maka aku menggukanakn mobil untuk menuju ke mall itu. Bisa gempor dong kaki aku kalau harus berjalan kaki. Aku benar-benar dimanjakan oleh Kakak-kakakku meski aku bukan adik kandung mereka, tetapi semua itu karena Mamaku. Mereka menyayangiku karena aku adalah anak Mamaku.
Setelh berkendara selama lima sepuluh menit, aku sampai di mall yang sangat elit dan terkenal sangat lengkap sehingga kita tidak perlu kemana-mana untuk mencari kebutuhan kita kerena semua sudah tersedia. Aku memarkirkan mobilku dan aku segera memasuki mall itu dengan penuh percaya diri. Aku memang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan lagi-lagi itu semua menurun dari sifat Mamaku, sementara aku menuruni kepintaran Papaku yang katanya seorang jenius medis di kota Hongkong pada masanya.
"Permisi Dek, Apakah kamu mau ke mall itu?"
tanya seseorang yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. Aku sendiri tidak menyadari kapan dia datang karena aku juga terkejut saat mendengar dia tiba-tiba menyapaku.
"Iya, Kak."
Jawabku sambil tersenyum. Aku ini adalah gadis yang sangat ramah kepada siapapun meski aku belum pernah mengenal mereka sebelumnya. Wanita yang tadi menyapaku kelihatan sangat lelah dan wajahnya memerah karena terkena panas maatahari yang lumayan terik pagi ini. Aku kemudian mengajaknya ke sebuah stand minuman dingin yang ada di depan mall yang lumayan ramai hari ini karena memang cuaca belakangan ini sangat sulit di prediksi, terkadang hujan dan tiba-tiba panas terik.
"Kak, ini minuman untuk kakak. Aku permisi dulu karena aku terburu-buru."
Pamitku setelah aku memberikan minuman dingin untuk kakak yang tadi aku temui di depan mall tadi. Dia kemudian tersenyum kepadaku dan mengucapkan terima kasih. Aku pun dengan senang hati menerima ucapan terima kasihnya.
"Terima kasih banyak, Dek. Kamu sungguh baik, aku adalah orang asing dan kamu membelikan aku minuman. Padahal aku tidak pernah meminta dan aku juga sebenarnya memiliki uang."
Ucap Kakak itu dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. ternyata dia manis juga kalau sedang tersenyum. Mendengar apa yang di katakannya aku merasa tidak enak hati. Meski aku sama sekali tidak berpikir kalau aku meremehkannya, tetapi aku merasa perlu meminta maaf karena aku takut dia tersinggung.
"Kakak, maafkan aku ya! Aku tidak bermaksud menghina Kakak tidak memiliki uang, tetapi aku orangnya spontan, jadi sekali lagi Kakak jangan tersinggung dengan apa yang aku lakukan."
Ucapku benar-benar merasa tidak enak hati kepadanya.
"Tidak apa-apa, Dek. Aku malah berterima kasih sekali karena sudah kamu traktir minum. Kapan-kapan kalau kita bertemu lagi, aku akan mentraktirmu. Saat ini aku sedang terburu-buru mengejar adikku yang selalu bikin ulah, aku permisi dulu takut dia keburu lari jauh."
Ucap Kakak itu yang kini sudah berjalan menjauh meninggalkanku. Aku segera melanjutkan belanja karena itu adalah tujuan utamaku mengunjungi mall ini.
Saat ini aku sudah memulai berbelanja, banyak sekali barang-barang yang aku beli hingga aku sangat kuwalahan saat akan membawanya ke mobil. Disaat aku kepayahan membawa barang-barang, ada seorang pemuda yang menabrakku hingga seluruh barang-barang belanjaanku mocar-macir berantakan dan berserakan di parkiran. Aku menggerutu dan memarahi lelaki yang telah menabrakku karena dia benar-benar membuatku kesal. Aku memang type gadis yang mudah meledak saat terkejut, tetapi serius, aku adalah gadis yang baik dan lemah lembut.
"Kamu gimana sih Mas! Kalau jalan lihat-lihat dong, belanjaanku berantakan tuh, awas kalau ada yang rusak!"
Aku memaki-maki lelaki yang tadi menabrakku tetapi dia bukannya meminta maaf malah mengata-ngataiku dengan kata-kata yang membuatku sakit hati.
"Dasar cewek manja yang hanya bisa meminta dan menghabiskan uang kepada ayah dan ibunya. Kamu hanya mengalami hal seperti ini saja sudah mengamuk. Bagaimana kalau kamu mengalami apa yang aku alami setiap harinya. Aku yakin kamu pasti sudah meminum kopi yang di campur dengan sianida."
Ucapnya mengejek dan mengataiku. Aku terus terang tidak terima dengan apa yang dia katakan. Selama ini aku juga bekerja sendiri meski Kakak-kakakku selalu memberi uang saku, juga aku memiliki banyak uang dari peninggalan Papa yang selalu ditambah setiap bulan oleh Mamaku.
"Eeehhhh ... Enak saja kamu kalau ngomong. Aku ini gadis yang sangat mandiri. Aku juga bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, kamu tidak tahu apa-apa main menghakimi orang."
Balasku tak terima dengan apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Karena kami bertengkar cukup keras, seorang satpam kemudian menghampiri kami dan mencoba mendamaikan kami sambil dia membantu memunguti belanjaanku yang masih berserakan.
"Maaf adek-adek, kalian ini tidak tahu malu! Bertengkar di tempat umum. Kalau kalian memiliki masalah rumah tangga sebaiknya kalian selesaikan dirumah. Lagi pula beginilah akibat menikah terlalu muda. Kalian berdua masih labil dan belum dewasa sehingga tidak bisa menyelesaikan masalah malah ribut di tempat umum, tidak malu dilihat orang banyak?"
Pernyataan dan pertanyaan satpam itu membuat aku darting. Aku sudah kesal malah dia mengira kalau kami pasangan suami istri yang sedang ribut.
Untung saja dia membantuku memunguti barang-barangku. Kalau tidak sudah aku semprot juga tuh orang.
"Maaf Pak, tetapi anda salah. Mana mungkin gadis secantik aku menikah dengan pemuda berandalan seperti dia. Apalagi dia tidak memiliki sopan santun, sudah menabrak orang bukannya meminta maaf malah mengata-ngataiku anak manja."
Jawabku sambil menerima belanjaan yang sudah diambilkan oleh Pak Satpam itu. Aku masih sangat kesal dan belum sempat berterima kasih kepada Pak Satpam yang membantuku saat pemuda yang menabrakku tiba-tiba berlari meninggalkan kami. Aku semakin kesal dan saat ini mood aku menjadi sangat buruk. Aku segera berterima kasih dan memasukkan barang-barang belanjaanku ke bagasi lalu aku segera meninggalkan tempat itu dan segera kembali ke apartemenku.