Setelah satu Minggu kejadian malam panas itu, Jessy dan Elbey tidak pernah lagi bertemu. Jessy memutuskan, bulan depan akan delay ke luar negeri kembali. Jessy lebih memilih merintis karir disana dan meninggalkan kenangan manis sekaligus terburuknya di sini.
"Jess! lo mau ninggalin kita lagi?" tanya Yura dengan sedih.
"Iya Jess, lo tega banget sih mau ninggalin kita-kita lagi!" ucap Ines sendu.
"Gue bakalan sering pulang, kalian tenang saja oke!" ucap Jessy sambil menyembunyikan kesedihannya.
"Lo kenapa sih Jess jadi aneh gini, lo aneh tau nggak setelah ngilang saat acara reuni Akbar minggu kemarin" Komen Yura menatap curiga ke arah Jessy.
"Kalau ada masalah bilang dong Jess, lo sebenarnya masih nganggep kita temen gak sih!" ucap Ines dengan nada kecewa.
Deg!
'Lo gak bakalan tau gimana perasaan gue, gue sudah hancur Yura, Ines' batin Jessy.
"Huh! gue harap setelah kalian tau fakta yang menjijikkan ini kalian masih mau nganggep gue teman" ucap Jessy sambil merotasikan bola matanya ke sembarang arah.
"Gue kotor asal kalian tau! gue bukan Jessy yang dulu lagi hiks..."
Akhirnya kata-kata itu keluar dari bibir Jessy. Kedua sahabat Jessy menggeleng dengan tangan yang menutup mulut mereka tidak percaya.
"Jess! lo di le-cehkan?" tanya Ines dengan suara tercekat.
Jessy menggeleng dan tersenyum getir, air matanya sudah lagi tidak bisa di bendung.
"Gue yang meminta sendiri Nes! gue yang memohon! malam i-tu gue di jebak, minuman yang gue minum ada obat perangsangnya!" jelas Jessy dengan deraian air mata.
Kedua sahabat Jessy ikut menangis dan memeluk Jessy dengan erat. "Masih ada kita Jess, kita lewati sama-sama"
"Siapa yang sudah tidur sama lo Jessy?" pertanyaan ini akhirnya lolos dari bibir Yura.
Jessy tersenyum kecut mentapan kedua sahabatnya yang sama-sama sedang meneteskan air matanya. "Elbey"
Jeduarrrrrrr
"El-bey?" tanya kedua sahabat Jessy tergagap.
Jessy hanya mengangguk membenarkan ucapan kedua sahabatnya.
"Terus Elbey gimana? dia gak merasa mau tanggung jawab atau gimana gitu!" geram Yura dengan napas yang sudah naik turun.
"Gak bisa Jessy! bagaimanapun Elbey harus tanggung jawab! kalau lo hamil gimana?" seloroh Ines tidak terima.
"Gue yang memilih untuk pergi, bukan dia" jawab Jessy sambil menatap kosong pemandangan dari atas balkonnya.
"Tapi tetap saja Jessy! Elbey gak bisa lepas begitu saja dong dengan kondisi lo, lo mau minta tanggung jawab siapa atas kejadian ini hah!" tanya Yura yang sudah tersulut emosi.
"Ini masalah hidup dan mati lo Jeselyn! ya ampun..." pekik Yura merasa kepalanya seakan mau pecah.
"Yura benar Jess, sebaiknya lo bicarain baik-baik sama Elbey" pinta Ines.
"Kalian gak perlu khawatir. Gue gak bakalan hamil. Lagian gue cuma melalukannya tig-"
"satu kali Maksut gue" bohong Jessy kepada sahabatnya.
"Astaga! lo gak pandai bohong Jeselyn! lo ngelakuin dengan Elbey tiga kali?"
"Artinya..kalian melakukannya dengan kesadaran kalian sendiri! Ya tuhan....Jeselyn!" syok Yura sambil memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja berdenyut nyeri.
"Semua sudah terlanjur, untuk itu, gue lebih baik untuk sementara tinggal di Paris" jawab Jessy sambil tersenyum sumbang.
"Apa dengan lo pergi menghindari Elbey, masalah bisa selesai Jess?" tanya Ines.
"Gue harap sih iya. Masalah ini lama kelamaan juga akan hilang terbawa angin, gue harap kalian bisa jaga rahasia ini rapat-rapat guys" pinta Jessy memohon.
"Kita janji, tapi gue minta lo harus tetap bahagia Jess, dimanapun itu! Lo harus inget, bahwa kita berdua selalu ada buat lo" ucap Yura sambil berhambur memeluk Jessy yang mengangguk sambil ikut memeluk erat sahabatnya.
"Thanks kalian selalu ada buat gue"
"Kita sahabat lo, bukan saingan lo Bege!" cibir Ines.
Ketiganya tergelak bersama, walau kedua sahabat Jessy tau, bahwa saat ini tawa Jessy adalah menipu namun keduanya lebih memilih diam. Tapi Ines dan Yura sudah bertekad akan berbicara kepada Elbey tanpa sepengetahuan Jessy.
***
Di kota S!
Elbey tengah uring-uringan karena permintaan papinya yang menyuruhnya untuk menghandle ajang agency besar di kota S. Padahal, niatnya ingin segera berbicara baik-baik dengan Jessy. Namun semuanya gagal, setelah papi Dirga menyurutkan membereskan pekerjaan yang menumpuk selama dua Minggu di sini.
Elbey menarik dasi yang melilit di lehernya. Rasanya lehernya terasa tercekik, belum lagi pikirannya yang bercabang memikirkan Jessy.
"Arghhhhhh....." teriak Elbey frustasi.
"Gue harus cepat beresin urusan papi disini, gue gak mau Jessy berpikir buruk tentang gue" gumam Elbey sambil mengambil ponselnya, guna menghubungi seseorang.
"Gimana?" tanya Elbey kepada Leo.
"Jessy gak pernah keluar Manshion Bey" jawab Leo.
"Gue minta awasi terus Le, gue gak mau kecolongan lagi" pinta Elbey kepada Leo.
"Lo tenang saja, gue bakalan mantau Jessy"
"Thank le"
Rasanya Elbey ingin menceritakan kepada maminya tentang masalahnya. Namun, Elbey takut maminya akan semakin heboh dan membuat Jessy menjadi malu. Apalagi kalau sampai bunda Denia mengetahui, bisa-bisa kiamat dunianya.
Tapi setelah pekerjaan di sini selesai, Elbey berniat akan membicarakan kepada seluruh keluarganya dan keluarga Jessy. Sudah cukup dirinya selama ini bermungsuhan.
Elbey mengambil berkas di mejanya dan meneliti semua isi dari berkas tersebut. Namun, bukan fokus yang dia dapatkan. Bayangan dimana Jessy dengan tubuh polosnya sedang mende*ah nikmat kini tengah menari-nari di atas kepalanya.
"Shiit!" umpat Elbey sambil map hijau yang berada di tangannya.
"Gue benar-benar gak waras, sebelum masalah ini clear!" gumam Elbey seraya berdiri mencari kopi untuk menetralkan otaknya yang sedang traveling kemana-mana.
***
Dua Minggu telah berlalu, rencananya lusa Jessy akan berangkat ke Paris. Dengan berbagai alasan akhirnya Jessy bisa mendapat kantongan restu dari keluarganya.
Siang ini Jessy tengah berbelanja ke supermarket bersama dengan Kenan dan Ellena.
"Jess, mau ini?" tanya kak Ellena sambil menyodorkan ayam teriyaki dalam kemasan box mini.
Entah mengapa perutnya tiba-tiba bergejolak dan mual. "Huek..." Jessy lari mencari toilet yang berada di dalam supermarket tersebut.
"Huek...Huek...Huek"
Jessy mengeluarkan semua isi di perutnya hingga membuatnya lemas.
"Jess kamu gpp sayang?" tanya kak Ellena dengan cemas.
"Jessy mual kak bau ayam teriyaki tadi"
Deg!
Tiba-tiba saja detak jantung Ellena terpompa cepat. Mengapa tingkah Jessy meningkatkan dirinya saat hamil Kenan dulu, tapi Ellena segera menepis pikiran negatif nya jauh-jauh.
"Kamu masuk angin mungkin dek, kakak belikan teh hangat ya" tawar Ellena.
"Iya kak, Jessy gak enak makan akhir-akhir ini, bawaanya pengen tidur terus. Males mandi pula" gerutu Jessy tanpa sadar menyebutkan keluh kesahnya.
'Ya ampun! kenapa bisa sama seperti saat hamil Kenan dulu' batin Ellena kini benar-benar cemas.