Chereads / Married With Rival / Chapter 12 - Bab 12. Drama Berujung Panik.

Chapter 12 - Bab 12. Drama Berujung Panik.

Rasanya Jeselyn ingin melemparkan badannya ke tengah samudra Atlantik saja mendengar ucapan Elbey yang blak-blakan dan terbilang tanpa basa basi.

"Kamu sadar dengan kesalahan yang kamu perbuat!" pertanyaan pertama lolos dari mulut papa Dean.

"Sadar om, untuk itu saya datang kemari ingin mempertanggung jawabkan kesalahan saya" jawab Elbey dengan tegas.

Papa Dean menghela napasnya dalam-dalam. "Bagaimana cara kamu mempertanggung jawabkan semua kesalahan yang sudah mencoreng nama baik keluarga Om Bey!" tanya papa Dean dengan tatapan intens dan dingin menatap Elbey di depannya.

"Saya akan menikahi Jeselyn om" jawab Elbey tak kalah lekat menatap papa Dean.

'Yes' batin mama Hana dan mami Fania bersorak gembira di dalam hatinya.

"Kamu mau menikahi Jeselyn? mau kamu kasih makan apa Jeselyn Bey! kamu saja baru lulus kuliah" tanya papi Dirga spontan.

'Bagus pi, ayo...kasih pelajaran anak nakal itu' geram mami Fania di dalam hatinya.

"Elbey sudah punya usaha sendiri kalau papi lupa" jawab Elbey datar.

'Anak ini, selalu saja bisa mengelak' kesal mama Fania lagi-lagi hanya bersuara di dalam hatinya.

"Gue berasa nonton drakor Yur" bisik Yura kepada Ines.

"Kira-kira pangeran bakalan bisa membawa tuan putri tidak ya?" cicit Ines sambil melihat tontonan di depannya.

"Bisalah, mereka kan sekarang sedang sandiwara doang Bege!" bisik Yura di samping Ines.

Ines menepuk jidatnya pelan. "Lupa! berasan aseli nonton laga cinema bestai" kekeh Ines pelan.

Leo dan Farell hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan dua gadis cantik yang sedang berdiri di depannya saat ini.

"Tetap saja kakak tidak setuju kalau kalian menikah! Kamu sudah membuat kakak kecewa Bey! kakak pikir kamu sepertinya bukan laki-laki yang baik untuk adik kakak" cetus Sean ikut berkomentar di tengah-tengah ketegangan Jeselyn dan Elbey.

'Mantap menantu!' seru bunda Denia di dalam hatinya sambil menoleh ke belakang, menyembunyikan kekehannya.

"Bunda" lirih ayah Saga di samping istrinya.

"Apasih ayah! gak seru banget deh!" cebik bunda Denia menyindir suaminya.

Ayah Saga hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah absurd istrinya.

Elbey beralih menatap kak Sean yang saat ini sedang menunjukkan aura permusuhannya kepada dirinya. "Elbey akan berusaha untuk menebus kebejatan dan kesalah Bey kepada Jessy. Maaf sudah mengecewakan kak Sean" ucap Elbey tanpa merasa kesal ataupun marah dengan ucapan Sean.

Elbey sadar, dirinya sudah terlampau besar melakukan kesalahan. Sementara Jessy mengepalkan tangannya emosi mendengar semua keluarganya dan Elbey hanya menyudutkan Elbey terus menerus.

"Enggak bisa! kakak bisa carikan laki-laki yang baik buat Jessy! kalau soal bayi yang di kandung Jessy, biar kakak yang urus" ucap Sean tegas dan dingin.

"Tapi ini anak Bey kak! bukan orang lain" jawab Elbey dengan dada yang sudah bergemuruh karena ucapan Sean yang ingin menikahkan Jessy dengan orang lain.

Jessy semakin menyusupkan wajahnya di punggung Elbey. Tanpa sadar tangannya meremat kemeja kantor yang saat ini sedang Elbey pakai.

'Kakak jahat!' batin Jeselyn tersayat pilu.

"Biar nanti anak kalian kakak yang mengadopsi" ucap Sean masih kekeh dengan pendiriannya.

"Dan itu tidak akan pernah terjadi!" balas Elbey dengan tatapan tajam.

"Pa pisahkan mereka saja, bawa Jeselyn ke dalam, secepatnya kita atur rencana pernikahan Jessy dengan laki-laki yang sudah Sean pilihkan"

Bagai menyiram perasaan air jeruk nipis di tengah-tengah luka yang masih basah. Elbey menatap nyalang ke arah semua penghuni Manshion mewah milik Azkara.

Jeselyn memeluk erat tubuh Elbey dari belakang sambil menggeleng kuat. "Gue gak mau Bey!" lirih Jessy menangis terisak di punggung Elbey.

"Ma, jangan terlalu keterlaluan..kasihan Jessy ma, dia sedang mengandung cucu kita" bisik papa Dean pada istrinya.

"Udah deh, papa diam saja. Mama cuma ingin tahu, sampai kapan anak itu terus diam di balik punggung Elbey" bisik mama Hana.

"Semua akan baik-baik saja" ucap Elbey sambil membalikkan badannya memeluk Jessy.

"Cepat bawa Jessy ke atas ma, atau mereka akan melakukan kesalahan yang lebih fatal lagi!" lantang Sean seraya berdiri.

"STOP! kakak cukup kak! memangnya apa yang kakak tau tentang kita hah! Elbey dan Jessy juga tidak mau seperti ini. Kalian pikir kita dengan sengaja melakukan kesalahan yang di luar nalar kita sendiri, bahkan bagi Jessy ini adalah hal yang paling tabu untuk Jessy lakukan!"

"Maaf om, tante jika karena Jessy kalian malu..tapi bukan Elbey yang salah. Ini semua salah Jessy! bukan salah Bey!" lantang Jeselyn mengeluarkan unek-unek di hatinya.

"Ma, pa maafin Jessy! gara-gara Jessy kalian harus malu menanggung aib ini. Jessy minta maaf pa, ma..hiks...hiks"

"Lo gak perlu bilang seperti itu, kita bisa pergi tanpa restu mereka" ucap Elbey kembalik merengkuh Jeselyn ke dalam pelukannya.

Jeselyn mengangguk lemah, kepalanya tiba-tiba pusing, tubuhnya seakan tidak berpijak pada tempatnya berdiri dan ...

"Jessy!" teriak Elbey panik melihat Jessy pingsan di dekapannya.

"Jeselyn" semua teriak panik melihat Jessy yang sudah tidak sadarkan diri di pelukan Elbey.

"Kamu keterlaluan Sean! awas kalau sampai Jessy dan kandungannya kenapa-kenapa! aku gak bakalan maafin kamu!" bentak Ellena menatap nyalang ke arah suaminya.

Sean menjambak rambutnya frustasi, ini semua gara-gara ide mertuanya dan mamanya sendiri.

"Ya ampun Jessy sayang, maafin bunda" panik bunda Denia yang merasa cemas melihat Jessy tidak sadarkan diri.

"Kalian semua keterlaluan!" bentak Elbey sambil membopong tubuh Jessy.

"Rell, bawa mobil gue, kita ke rumah sakit sekarang!" titah Bey dengan nada dinginnya.

Farell segera berlari ke dalam mobil Elbey. Sementara yang lain mengikuti mobil Elbey dari belakang.

"Jess, lo jangan bikin gue takut" lirih Elbey sambil mengusap lembut pipi Jessy yang terlihat sangat pucat di dekapannya.

"Kenapa lo bawa mobilnya lama banget! lebih cepat Rell!" bentak Elbey dari balik kursi belakang.

Ferell mengangguk patuh, "Iya ini gue cepetin Bey! lo yang tenang.. Jessy pasti baik-baik saja" ucap Farell menenangkan sahabatnya yang sedang kesetanan.

"Lo sama keterlaluannya dengan yang lain! gue masih dendam sama lo!" bentak Elbey dengan aura sedingin kutub.

Ferell hanya bisa menelan ludahnya bulat-bulat mendengar ancaman dari Elbey.

"Gue kan gak ikut-ikutan Bey! semua rencana tante Hana, bunda Denia dan mami lo" jelas Ferell.

"Mami" geram Elbey merutuki kecerobohan maminya sendiri yang mengakibatkan Jessy pingsan.

Mobil yang di kendarai Ferell kini masuk ke dalam rumah sakit elite milik keluarga Vander. Elbey membopong Jessy masuk ke dalam ruang VVIP pribadi milik keluarganya.

Terlihat dokter pribadi keluarga Vander sedang berlarian menuju ruang VVIP yang saat ini tengah di selimuti dengan wajah-wajah cemas.

"Dokter tolong periksa menantu saya" celetuk mami Fania.

Dokter Gilang menautkan alisnya bingung, putra dari pemilik rumah sakit ini setahu dokter Gilang adalah Elbey.

"Tuan Elbey sudah menikah?" tanya dokter Gilang bingung.

"Belum dok, sudah cepat periksa menantu saya!" perintah mami Fania dengan pias.

Dokter Gilang hanya bisa mengangguk pasrah. "Permisi mas Elbey, saya periksa dulu mbaknya"

Elbey mengangguk dan menggeser sedikit posisinya. Dokter Gilang hanya garuk-garuk pelipisnya melihat Elbey yang bergeser beberapa centi saja dari gadis cantik yang sedang terbaring pucat di atas ranjang.

"Agak kesana dikit ya mas Elbey, saya gak bisa meriksa kalau kehalang gini" pinta dokter Gilang dengan sedikit kikuk.

Elbey dengan spontan menggeser badannya dan mempersilahkan dokter Gilang memeriksa Jessy.

Setelah memeriksa denyut nadi dan tensi darah dari Jessy, pandangan dokter Gilang kini menatap semua penghuni ruangan di dalam kamar VVIP saat ini.

"Bagaimana dengan anak saya dok?" tanya papa Dean yang sudah tidak sabaran.

"Suami mbak cantik ini yang mana?" tanya dokter Gilang.

Jeng!

Jeng!